Monday, December 14, 2015

Untuk Mereka Yang Memberi Gelar Ahlussunnah Dengan Nawashib

Oleh : Sholih bin abdul Qodir
Kata an-Nashobu menurut bahasa berarti menegakkan sesuatu dan mengangkatnya. Dikatakan, Nashibatu syarro wal harba, artinya penyulut huru hara dan perang . Sedangkan dalam kamus dinyatakan kata nawashib, naashibah, dan kata ahlu nashab berarti orang-orang yang membenci Ali Rodhiyallaallu ‘anhu dan menganggap kebenciannya sebagai ibadah. Sebab mereka ; nashobuu lahu, yakni memusuhi beliau. Inilah asal katanya. Jadi, setiap orang yang membenci Ahlul Bait, maka ia tergolong Nawashib.
Para pembaca! Sikap dan pujian ulama Ahlussunnah terhadap Ali dan putra-putri beliau –Rodiyallahu ‘anhum- sangat jelas. Ahlussunnah bersaksi bahwa Ali, Hasan dan Husein Rodiyallahu ‘Anhum kelak berada didalam Surga bersama kakek mereka. Alhamdulillah.
Sikap Ahlussunnah sangat jelas kepada orang-orang Nawashib dan Ahlussunnah berlepas diri dan membencinya. Karena ini termasuk masalah yang sangat penting. Masalah ini merupakan penyebab berbagai perpecahan dan perselisihan dikalangan ummat Islam. Anda akan menyaksikan orang-orang yang memanfaatkan perpecahan ini. Mereka membahas persoalan yang menyulut perpecahan dan selalu menambah-nambahinya di setiap kesempatan yang didapatkan. Bahkan ada kalanya tanpa memandang situasi dan kondisi, mereka menambah-nambahi dengan berbagai ucapan yang menyulut fitnah dan mengobarkan api perpecahan atau dengan ucapan penuh kebohongan, tipu daya dan dusta belaka.
Anda akan mendapati adanya orang-orang yang mengatakan bahwa Ahlussunnah membenci Ali dan putra-putrinya Rodiyallahu ‘Anhum. Mereka dengan mudah mengarang dan membuat kedustaan. Mereka mengulang-ulang riwayat dan kisah khayal tentang kebencian Ahlussunnah kepada Ali Rodhiyallahu ‘anhu. Sementara Ahlussunnah sendiri telah meriwayatkan banyak hadits tentang keutamaan beliau. Bahkan tidak didapati sebuah kitab hadits pun, kecuali didalamnya dijelaskan tentang berbagai keutamaan Ali Rodhiyallahu ‘anhu dan sejarah emas dari kehidupan beliau.
Pembaca budiman! Pernyataan Ahlussunnah terhadap Nawashib sudah jelas. Kiranya cukup dengan mengutip pernyataan Syaikhul Islam Ibnuu Taimiyah. Beliau dianggap oleh Syi’ah sebagai ulama Sunni yang paling keras memusuhi mereka. Bahkan beliau menyusun ensiklopedi terbesar tak terbantahkan yang membantah ajaran Syi’ah. Beliau berkata : “Mencaci Ali dan mengutuknya termasuk tindakan durhaka yang layak digolongkan sebagai sifat kelompok pendurhaka” ( ath-Thaifah al-Baghdadiyah ). Sebagaimana diriwayatkan al-Bukhori dalam shahihnya, dari Kholid al-Hadza, dari Ikrimah, ia berkata :”Ibnu Abbas berkata kepadaku dan kepada putra Ali : “pergilah kalian berdua kepada Abu Sa’id dan dengarkanlah oleh kalian hadits dari beliau”.

Lalu kami pun berangkat. Ternyata beliau sedang membenahi pagar rumahnya. Beliau mengambil selendangnya, lalu mengikatnya pada dua kakinya. Selanjutnya menceritakan hadits kepada kami. Saat beliau menjelaskan tentang pembangunann masjid, lalu beliau berkata : “Ketika itu kami mengangkat batu bata satu-satu, sedang Ammar ( mengangkatnya ) dua-dua. Ketika itu Nabi melihatnya, Lalu beliau mengibaskan debu dari tubuh Ammar. Beliau bersabda : “Aduh Ammar!! Ia akan dibunuh oleh kelompok pendurhaka ( al-fiah al-Baghiyah ). Dia mengajak mereka ke Surga, sedangkan mereka mengajaknya ke neraka.”
Ia melanjutkan : “Lalu Ammar berkata : “A’udzu billahi minal fitan.” ( saya berlindung kepada-Nya dari fitnah ).

Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Sa’id, ia berkata : “saya diberitahu oleh orang yang lebih mulia dari saya, yaitu Abu Qotadah, bahwa Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepada Ammar ketika ia sedang menggali parit. Beliau mengusap kepalanya seraya bersabda : “Alangkah malang putra Sumayyah, ia akan dibunuh oleh kelompok pendurhaka.”

Muslim juga meriwayatkan dari Ummu Salamah, dari Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda : “Ammar akan dibunuh kelompok pendurhaka”.

Kisah ini membuktikan sahnya khilafah Ali Rodiyallahu ‘anhu dan membutikan bahwa kaum muslimin wajib patuh kepada beliau. Orang-orang yang mengajak untuk mematuhi beliau sama dengan mengajak ke Surga. Dan orang-orang yang mengajak untuk memerangi beliau sama dengan mengajak ke Neraka meskipun atas dasar Ta’wil. Haidts ini merupakan dalil yang melarang kaum Muslimin untuk memerangi Ali Rodhiyallahu ‘Anhu. Karenanya, orang yang memeranginya merupakan pihak yang keliru atas dasar ta’wil, atau sengaja memeranginya walaupun tidak berdalil. Itulah pendapat yang paling benar diantara dua pendapat Madzhab kami. Artinya, menetapkan hukum bahwa mereka yang memerangi Ali Rodhiyallahu ‘Anhu berada di pihak yang salah. Inilah pendapat madzhab para Fuqoha yang mengambil kesimpulan bahwa diperbolehkan memerangi para pembangkang walaupun mereka memiliki dalil dan ta’wil dari peristiwa itu.” ( Majmu’ al-Fatawa ibnu Taimiyah 4/437 ).
Renungkanlah penjelasan Syaikhul Islam, setelah beliau membahas sikap Ahlussunnah terhadap Yazid, mendudukkan persoalannya dan menjelaskan perbedaan pendapat yang terjadi tentang Yazid, maka beliau berkata : “Orang yang telah membunuh Husein dan yang turut serta membantu membunuhnya, ataupun mereka yang rela atas pembunuhan itu, semoga ia dikutuk oleh Allah, para Malaikat dan segenap ummat manusia.” ( Majmu’ al-Fatawa ibnu Taimiyah 4/487 ).

Dengan demikian, layakkah seorang penceramah atau orang yang mengaku pintar menuduh Ahlussunnah dengan mengatakan bahwa mereka adalah golongan Nawashib??? Padahal pernyataan tersebut dari salah seorang Imam Ahlussunnah.