Madzhab secara bahasa bermakna tempat kembali, yang dalam istilah
agama disebut sebagai tempat ruju’; tempat untuk melihat hukum suatu
permasalahan fiqh. Bukan permasalahan aqidah. Karena para Imam madzhab yang
empat, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin
Hambal bersatu dalam aqidah, toleransi dalam furu’ dan khilafiyah.
Madzhab-madzhab bermunculan dikarenakan berbedanya tingkat pemahaman
terhadap suatu dalil dari Alquran dan Hadis dalam masalah fiqh, furu’, dan
khilafiyah. Yang dibahas dalam madzhab-madzhab itu bukan masalah aqidah,
selain karena aqidah Islam itu satu, tidak berbeda-beda, juga karena dari
awalnya madzhab itu bukan suatu aliran aqidah.
Tidak ada dalil yang menyuruh kita bertahan dalam satu madzhab fiqh
dan menolak yang lainnya. Justru kita dituntun oleh Rasulullah saw ketika
terjadi perbedaan pedapat agar kita kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Para
Imam madzhab pun tidak senang jika ada di antara umat Islam yang taqlid buta
kepada mereka. Sehingga sikap yang pas adalah meneliti dan mencari argumen
setiap ulama yang melontarkan pendapatnya, kemudian kita pilih mana yang
terkuat menurut pemahaman kita. Dan di sinilah berlaku tasamuh atau toleransi
terhadap orang yang berbeda pandangan dengan kita.
Madzhab Ja’fari
Di antara paham keliru yang menyebar di tengah kaum muslimin adalah
menganggap istilah “Ja’fariyah” yang dipakai Syiah Imamiyah sebagai madzhab
fiqh Imam Ja’far Ash Shadiq. Beberapa poin berikut ini kita akan membuktikan
kepalsuan madzhab ini:
1. Tidak adanya
penulis dan penyusun madzhab ja’fari
Kenyataan yang terjadi
menunjukkan bahwa Syiah tidak memiliki satu kitab fiqh pun yang disusun sendiri
oleh Imam Ja’far Ash Shadiq atau disusun oleh murid-muridnya. Dan madzhab fiqh
yang disandarkan kepada beliau itu baru disusun beratus-ratus tahun setelah
wafatnya beliau, namun dengan rangkaian sanad (mata rantai periwayatan) yang
tidak bisa dipertanggung jawabkan .
Di antara hakikat
tersembunyi yang tidak diketahui oleh banyak orang awam Syiah (dan sengaja
disembunyikan oleh ulama-ulama Syiah), bahwa Imam Ja’far Ash Shadiq atau semua
Imam Syiah Imamiyah yang dua belas itu tidak pernah menulis satu kitab pun
tentang fiqh dan hadis.
Ini bertolak belakang
dengan keadaan Imam madzhab yang empat atau selain mereka, dimana Imam Abu
Hanifah telah melahirkan murid yang memegang pendapat-pendapatnya seperti
al-Qadhi Abu Yusuf dan Muhammad bin Al Hasan Asy Syaibani, Imam Malik bin Anas
menulis kitab Muwaththo’ dalam kajian fiqh dan hadits, Imam Syafi’i mewariskan
kepada kita “Al Musnad” dalam kajian hadis, kitab al Umm dalam kajian fiqh,
beliau juga peletak dasar ilmu ushul fiqh dalam kitabnya al Risalah, tak
ketinggalan Imam Ahmad bin hambal menulis kitab Al Musnad dalam bidang hadis
yang sangat terkenal itu, dan pendapat-pendapat fiqh-nya tersusun dan terjaga,
di antara murid beliau yang menyusun fiqh-nya adalah Imam al Khallal.
Kitab yang paling sering
dijadikan rujukan dalam fiqh ja’fari adalah “Furu’ al Kafi” yang disusun oleh
al Kulaini, namun ini tidak bisa dipertanggung jawabkan keasliannya karena al
Kulaini mati 180 tahun setelah wafatnya Imam Ja’far Ash Shadiq!, selain itu ada
juga kitab “Man Laa Yahdhuruhu al Faqiih” yang sering dijadikan rujukan fiqh
ja’fari yang ditulis oleh Ibn Babawaih al Qummi yang mati 230 tahun setelah
wafatnya Imam Ja’far Ash Shadiq! Jauhnya masa penulisan pendapat-pendapat fiqh
Imam Ja’far Ash Shadiq menjadi tidak bisa dipertanggung jawabkan keasliannya.
2. Perbedaan tajam
sesama faqih madzhab ja’fari
Seorang ulama Syiah, Al
Faidh al Kasyaani dalam kitabnya “al Wafi” mengatakan: “kamu perhatikan mereka
(ulama Syiah) bersilang pendapat dalam satu masalah sampai 20, 30, atau lebih
dari 30 pendapat. Bahkan kalau mau, saya katakan: tidak tersisa satu masalah
pun yang tidak mereka perselisihkan” (Muqaddimah al Wafi, al faidh al kasyaani,
juz 1 hal 9)
Sebagai contoh perbedaan
tajam di antara sesama faqih (orang alim) dalam satu madzhab ja’fari adalah
permasalahan shalat jum’at, Syekh Muhammad al ‘Amiliy al Kazhimiy mengatakan;
di antara pendapat yang paling masyhur; 1. Shalat jum’at itu haram mutlak, 2.
Wajib takhyiri, 3. Wajib ta’yini, 4. Wajib dgn syarat imamnya harus faqih, 5.
Tawaqquf antara wajib dan haram. Setelah itu mereka berbeda pendapat lagi, 1.
Tidak harus ada imam dan penggantinya bagi yang mengatakan jum’atan itu wajib
(al kulaini dan ash shaduq), 2. Harus ada imam dan naibnya bagi yang mengatakan
jum’atan itu wajib ‘ainiy dan selainnya mustahab (ath Thusi), 3. Harus ada imam
dan naibnya kalau memang imamnya ada (ath Thusi). Dan masih banyak lagi
perbedaan mereka dalam satu masalah ini.
Padahal umat Islam sudah
sepakat semuanya bahwa shalat jum’at itu wajib. di antara banyak pendapat di
atas, tidak ada satu pun pendapat Ja’far Ash Shadiq pribadi, dan perbedaan
tajam di atas menunjukkan bahwa dalam madzhab ja’fari tidak terdapat satu
sumber hukum yang dijadikan rujukan bersama di antara mereka. Poin ini juga
membuktikan bahwa madzhab ja’fari itu tidak pernah ada! Yang ada justru
pendapat masing-masing ulama’ mereka, bukan Imam mereka!
3. Sanad palsu yang
dibuat-buat
Kita akan pelajari berikut
ini kondisi sanad periwatannya yang aneh, yang tidak akan dipercayai oleh akal.
Kita lihat contohnya dalam kitab Ushulul Kafi sebagai berikut:
a. Diriwayatkan
beberapa hadits dari seorang laki (siapa laki-laki ini? Tidak ada seorang pun
yang mengetahuinya)
b. Dari seorang
laki-laki penduduk Bashrah (siapa dia, dan apa biografinya, tidak ada seorang
pun yang mengetahuinya)
c. Dari seekor keledai
(tentu saja, tidak perlu kita tanyakan siapa keledai ini, yang aneh dalam
Madzhab Ja’fari, mungkin kehabisan nama-nama palsu sehingga hewan pun masuk
dalam rangkaian sanad???!)
d. Dari sebagian
sahabat-sahabat kami, saya kira dia adalah as Sayyari (lihatlah kepada
kedetailan sanad, perhatikanlah agama Syiah yang berdiri di atas persangkaan)
e. Dari sebagian
sahabatnya dari penduduk Iraq (Allahu Akbar, inikah sanad yang wajib kita untuk
mengambil agama kita darinya, dan kita yakin akan keshahihannya?!)
f. Dan masih banyak
lagi contoh-contoh sanad dari orang-orang yang tidak jelas, bahkan dari hewan
pun ada!
Beginilah kondisi sanad
mereka, madzhab ja’fari dibangun atas dasar yang rapuh seperti ini, bagaimana
mungkin kita percaya pada keaslian madzhab ja’fari jika riwayatnya dipalsukan
seperti contoh diatas? I
Contoh-contoh ini diambil
dari kitab hadis mereka yang paling shahih, Ushulul Kafi. Yang paling shahih
pun sanadnya hancur seperti ini maka bagaimana lagi dengan kitab-kitab rujukan
Syiah lainnya?!
4. Madzhab Ja’fari
dibangun atas dasar taqiyyah
Syiah berkeyakinan bahwa
taqiyyah salah satu rukun agama seperti shalat yang tidak boleh ditinggalkan
sampai datangnya Imam Mahdi, atau sampai hari kiamat.
Ja’far Ash Shadiq: “Jikalau
kamu mengatakan bahwa yang meninggalkan taqiyyah itu seperti orang yang
meninggalkan shalat, maka kamu benar!” (Man Laa yahdhuruhul Faqih, Ibnu
Babawaih, juz 2 hal 80)
Al baqir: “Sesungguhnya
9/10 agama merupakan taqiyyah. Tidak ada agama bagi yang tidak mengamalkan
taqiyah!” (Ushul al Kafi, al Kulaini, juz 2 hal 217)
Ibn Babawaih al Qummi:
“Bertaqiyyah itu wajib, tidak boleh ditinggalkan sampai munculnya al Qa’im
(Imam mahdi), maka siapa yang meninggalkannya sebelum munculnya al Qa’im maka
ia telah murtad dari agama Allah Ta’ala, murtad dari agama Imamiyah, dan
juga menyelisihi Allah, Rasul-Nya dan para Imam !” (al I’tiqadaat, Ibn Babawaih
al Qummi, hal 114-115)
Maka selama agama (baca:
Syiah) itu boleh dibicarakan dan diriwayatkan dengan taqiyah (mengatakan
sesuatu yang tidak diyakininya) bahkan wajib, maka kebenaran dan keaslian
madzhab Ja’fari perlu dipertanyakan, karena periwayat-periwayatnya diharuskan
berbohong dan berdusta dengan dalih taqiyyah.
Adakah agama di dunia ini
yang mengajarkan kepada umatnya berbohong?, saya yakin tidak ada kecuali agama
sesat yang satu ini, Syiah!
5. Kandungan madzhab
Ja’fari yang mengguncang akal sehat dan fitrah yang suci
a. Mut’ah di atas
mut’ah
Masalah nomor 293, Apakah
wajib bagi seorang laki-laki yang ingin mut’ah lagi (zina) dengan wanita lain
untuk memberitahukan kepada wanita yang dimut’ah pertama yang belum habis masa
mut’ahnya?, jawab: “tidak wajib diberi tahu!” (Masa’il wa Rudud Muhammad
Shadiq Ash Shadr)
b. Bersetubuh lewat
dubur
Bolehkah seorang laki-laki
mendatangi istrinya lewat dubur?, jawab: “itu boleh!” (Furu’ al Kafi, juz 5,
hal 540)
c. Bolehnya memandang
aurat wanita non-muslim. (Furu’ al Kafi, juz 6, hal 501)
d. Aurat seorang
Muslim
“Adapun aurat seorang
muslim, maka cukup ditutup dengan meletakkan tangan pada kemaluan!” (al Masa’il
al Muntakhobah, al Sistani, hal 348, masalah no. 1020)
e. Bolehnya bagi
seorang laki-laki tidur dengan dua wanita dalam satu kasur. (Furu’ al Kafi, juz
5, hal 560)
f. Meminjam Istri
budak dan kemaluan budak wanita
- “Dan boleh juga
bagi seorang laki-laki jika ia melihat istri budaknya kemudian bangkit
syahwatnya untuk disetubuhi dan menyuruh sang budak untuk meninggalkan
istrinya, kemudian jika ia mau boleh dikembalikan lagi setelah dipakai!!!”
(Furu’ al Kafi, juz 5, hal 481)
- “Dan boleh juga
bagi seorang laki-laki untuk meminjam kepada saudaranya kemaluan budak
wanitanya untuk disetubuhi kemudian dikembalikan lagi!!!” (Furu’ al Kafi, juz
5, hal 470)
g. Menikah dengan
semua anggota keluarga!
Masalah no. 992, “Jika seorang wanita telah menikah, kemudian ia
bersetubuh dengan bapaknya atau saudaranya atau anaknya, maka itu tidak haram”
(al Masa’il al Muntakhobah, oleh Imam al Khu’i, hal 300)
Sekarang marilah merenung, apakah mungkin fatwa dan fiqh seperti di
atas keluar dari mulut orang-orang shaleh?, apakah mungkin keluar dari mulut keluarga
anak cucu Nabi kita?, apa kaitannya Imam Ja’far yang mereka muliakan itu
berbicara dengan kalimat-kalimat kotor semacam ini?! Apakah masuk akal jika
seorang Ja’far, sang ‘Alim Rabbani keluar dari mulutnya kata-kata jorok semisal
ini?! Ini dusta dan sungguh tidak mungkin. Oleh karenanya dimanakah fiqh Ja’far
dan madzhabnya?!!!
Apakah anda belum yakin akan kepalsuan dan ketiadaan madzhab Ja’fari?
Apakah anda belum yakin bahwa Ahlul Bait semisal Imam Ja’far hanya dijadikan
alat oleh orang-orang keji dari para ulama’ Syiah untuk merusak Islam dari
dalam?
(disadur dari buku “Usthurah Madzhab al Ja’fari”)
المدينة المنورة عام 1861 التقطها العقيد محمد صادق، وهي أقدم صورة
فوتوغرافية معروفة في الحجاز
Madinah
Munawwarah tahun 1861, diambil oleh Kolonel Mohammad Sadiq,
foto tertua di Hijaz/ majdah.maktoob.com
·
Ja`far Ash Shadiq
termasuk orang yang sangat mencintai kakeknya yakni Abu Bakar Ash Siddiq, dan
juga Umar bin Khaththab Radhiyallahu `anhu. Beliau sangat mengagungkan keduanya
karena itu beliau sangat membenci Rafidhah yang telah membenci keduanya.
·
Ja`far juga membenci
Rafidhah yang telah menetapkannya sebagai imam yang ma`sum. Diriwayatkan oleh
Abdul Jabbar bin Al Abbas Al Hamdzani bahwa Ja`far bin Muhammad mendatangi
mereka ketika mereka hendak meninggalkan Madinah, dia (Ash Shadiq) berkata,
·
Sesunggunya kalian insya
Allah adalah termasuk orang-orang shalih di negeri kalian, maka sampaikanlah
kepada mereka ucapanku, `Barangsiapa mengira bahwa aku adalah imam ma`shum yang
wajib ditaati maka aku benar-benar tidak ada sangkutpaut dengannya. Dan
barangsiapa mengira bahwa aku berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar maka aku
berlepas diri daripadanya`. (Syiar `A`lam An Nubala : 259).
***
Semenjak dahulu Syi`ah mengklaim bahwa mereka
mengikuti manhaj dan langkah Ja`far Ash Shadiq. Madzhab mereka dalam bidang
fikih adalah ucapan-ucapan dan pendapat-pendapatnya. Karena mereka menamakan
dirinya sebagai Ja`fariyun, padahal Ja`far berlepas diri dari mereka dan
orang-orang seperti mereka. Mereka tidak berada di atas manhaj dan
langkah-langkahnya dan dia bukanlah pemilik manhaj dan langkah-langkah yang
diklaim tersebut.
Semenjak dahulu Syi`ah mengklaim bahwa mereka mengikuti manhaj dan langkah
Ja`far Ash Shadiq. Madzhab mereka dalam bidang fikih adalah ucapan-ucapan dan
pendapat-pendapatnya. Karena mereka menamakan dirinya sebagai Ja`fariyun,
padahal Ja`far berlepas diri dari mereka dan orang-orang seperti mereka. Mereka
tidak berada di atas manhaj dan langkah-langkahnya dan dia bukanlah pemilik
manhaj dan langkah-langkah yang diklaim tersebut.
Mereka menukil dari Ja`far tanpa sanad atau dengan sanad maudhu` (dipalsukan)
atau dhaif atau maqthu` (terputus). Dan ini berlaku untuk para imam yang lain.
Sudah dimaklumi bersama bahwa Syi`ah sangat kurang dan lemah dalam ilmu sanad,
karena mereka tidak berpengalaman di dalam agamanya. Agama mereka adalah agama
masyayikh mereka. Apa yang dikatakan oleh masyayikh, mereka menukilnya dari
mereka tanpa memilih dan memilah. Salah seorang Syaikh Rafidhah telah mengakui
dan membenarkan hal ini bahwa (bila) mereka menerapkan ilmu al jarh wa at
ta`dil sebagaimana ahlus sunnah, maka tidak tersisa sedikitpun dari hadits
mereka. Orang Syi`ah telah banyak berdusta atas Ja`far Ash Shadiq, mereka
menasabkan kepadanya banyak sekali dari riwayat-riwayat yang dibuat-buat,
hingga pada akhirnya mereka (sampai) pada perubahan dan penggantian ayat-ayat
Al Qur’an.
Sebagaimana mereka menasabkan sebagian kitab kepada Ja`far. Padahal para ahli
ilmu bersaksi bahwa kitab-kitab itu dipalsukan atas namanya. Diantara
kitab-kitab tersebut adalah:
- Kitab Rasail Ikhwan Ash
Shafa. Kitab ini dikarang lebih dari dua ratus tahun setelah wafatnya
Ja`far, pada waktu Dinasti Buwaihiyyah. Pada abad ketiga (ke empat?, nm)
hijriyah (321 H – 447 H). Sementara Ja`far telah wafat pada tahun 148 H. Kitab
ini banyak berisi kekufuran, kebodohan dan juga filsafat buta yang tidak layak
bagi Ja`far Ash Shadiq dan ilmunya. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat
yang luas.
- Kitab Al Ja`far,
yaitu kitab ramalan-ramalan tentang kejadian dan ilmu ghaib.
- Kitab Ilm Al Bithaqah.
- Kitab Al Jadawil atau
Jadawil Al Hilal, telah memalsukan atas nama Abdullah bin Mu`awiyah
salah seorang yang sudah terkenal dengan kebohongan.
- Kitab Al Haft.
- Kitab Ikhtilaj Al A`dha.
Juga kitab-kitab lain seperti Qaus Qazah (pelangi) dan disebut Qaus Allah,
Tafsir Al Qur-an, Manafi` Al Qur-an, Qira`ah Al Qur-an fi Al Manam, Tafsir
Qira`ah As Surah fi Al Manam dan Al Kalam `ala Al Hawadits.
Tidak ada satu penetapan yang jelas di kalangan Syi`ah bahwa kitab-kitab ini
adalah kitab-kitab Ja`far Ash Shadiq selain oleh Abu Musa Jabir bin Hayyan Ash
Shufi Ath Tharthusi Al Kimai (200 H).
Ibnu Hayyan ini diragukan tentang agama dan
amanahnya. Dia memang
menjadi teman bagi Ja`far, tetapi bukan Ja`far Ash Shadiq melainkan Ja`far Al
Barmaki. Diantaranya yang mengukuhkannya adalah Ibnu Hayyan tinggal di Baghdad
sementara Ja`far Ash Shadiq tinggal di Madinah. Juga abad pertama
dan abad kedua tidak membutuhkan kitab-kitab dan risalah-risalah seperti yang
telah dinasabkan kepada Ja`far Ash Shadiq ini.
Sekapur
Sirih Tentang Kehidupan Ja`far Ash Shadiq
Dia adalah Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain
bin Ali bin Abu Thalib. Begitu pula ia adalah keturunan dari Abu Bakar Ash
Shiddiq, karena ibunya adalah Ummu Farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu
Bakar Ash Shiddiq. Dan nenek dari ibunya adalah Asma binti Abdurrahman bin Abu
Bakar Ash Shiddiq. Semoga Allah meridhai mereka semua. Karena itu Ja`far Ash
Shadiq berkata, Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Syiar `A`lam An Nubala
: 259).
Dia dilahirkan di Madinah tahun 80 H dan wafat tahun 148 H dalam usia mendekati
68 tahun. Dia wafat di tempat dia dilahirkan yaitu Madinah. Dia meninggalkan
tujuh putra: Ismail, Abdullah, Musa Al Kazhim, Ishaq, Muhammad, Ali dan
Fathimah.
Dia benar-benar shadiq, jujur dalam ucapannya dan perbuatannya, tidak dikenal
dari diri Ja`far selain sifat shidq (jujur, benar), karena itu digelar ash
shadiq. Dia juga digelari al imam oleh ahlus sunnah karena kedalaman dan
keluasan ilmunya. Ja`far
menimba ilmu dari para sahabat besar seperti Sahl bin Sa`ad As Sa`idi dan Anas
bin Malik Radhiyallahu anhu dan dari ulama tabi`in seperti Atha` bin Abi Rabah,
Muhammad bin Syihab Az Zuhri, Urwah bin Az Zubair, Muhammad bin Al Munkadir,
Abdullah bin Abu Rafi` dan Ikrimah Mawla bin Al Abbas Radhiyallahu anhuma.
Diantara murid-muridnya adalah Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Sufyan Ats Tsauri,
Syu`bah bin Al Hajjaj dan Sufyan bin Uyainah. Para ulama Islam telah banyak
memuji dan menyanjung.
Ja`far Ash Shadiq termasuk orang yang sangat mencintai kakeknya Abu Bakar Ash
Siddiq dan juga Umar bin Khaththab Radhiyallahu `anhu. Beliau sangat
mengagungkan keduanya karena itu beliau sangat membenci Rafidhah yang telah
membenci keduanya.
Ja`far juga membenci Rafidhah
yang telah menetapkannya sebagai imam yang ma`sum. Diriwayatkan oleh
Abdul Jabbar bin Al Abbas Al Hamdzani bahwa Ja`far bin Muhammad mendatangi
mereka ketika mereka hendak meninggalkan Madinah, dia (Ash Shadiq) berkata,
Sesunggunya kalian insya Allah adalah termasuk orang-orang shalih di negeri
kalian, maka sampaikanlah kepada mereka ucapanku, `Barangsiapa mengira bahwa
aku adalah imam ma`shum yang wajib ditaati maka aku benar-benar tidak ada
sangkutpaut dengannya. Dan barangsiapa mengira bahwa aku berlepas diri dari Abu
Bakar dan Umar maka aku berlepas diri daripadanya`. (Syiar `A`lam An Nubala :
259).
Muhammad bin Fudhail menceritakan dari Salim bin Abu Hafshah, Saya bertanya
kepada Abu Ja`far dan putranya, Ja`far, tentang Abu Bakar dan Umar. Maka dia
berkata, `Wahai Salim cintailah keduanya dan berlepas diri (dari)
musuh-musuhnya karena keduanya adalah imam huda.` Kemudian Ja`far berkata, `Hai
Salim apakah ada orang yang mencela kakeknya? Abu Bakar adalah kakekku. Aku
tidak akan mendapatkan syafaat Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam pada hari
kiamat jika aku tidak mencintai keduanya dan memusuhi musuh-musuhnya.` Ucapan
imam Ash Shadiq seperti ini dia ucapkan dihadapan bapaknya, Imam Muhammad bin
Ali Al Baqir dan dia tidak mengingkarinya. (Tarikh Al Islam 6/46)
Hafsh bin Ghayats murid dari Ash Shadiq berkata, Saya mendengar Ja`far bin
Muhammad berkata, `Aku tidak mengharapkan syafaat untukku sedikit pun melainkan
aku berharap syafaat Abu Bakar semisalnya. Sungguh dia telah melahirkanku dua
kali.
Sebagaimana murid Ja`far yang tsiqat lainnya yaitu Amr bin Qa-is Al Mulai
mengatakan, Saya mendengar Ibnu Muhammad (Ash Shadiq) berkata, `Allah ta`ala
berlepas diri dari orang yang berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar`. (Siyar
Alam An Nubala : 260).
Zuhair bin Mu`awiyah berkata, Bapaknya berkata kepada Ja`far bin Muhammad,
`Sesungguhnya saya memiliki tetangga, dia mengira bahwa engkau berbara`
(berlepas diri) dari Abu Bakar dan Umar`. Maka Ja`far berkata, `Semoga Allah
berbara` dari tetanggamu itu, demi Allah sesungguhnya saya berharap mudah-mudahan
Allah memberikan manfaat kepadaku karena kekerabatanku dengan Abu Bakar.
Sungguh aku telah mengadukan (rasa sakit) maka aku berwasiat kepada pamanku
(dari ibu) Abdurrahman bin Al Qasim. (At Taqrib, Ibnu Hajar, Tarikh Al Islam,
Adz Dzahabi).
Semua teks ini adalah dari Ja`far Ash Shadiq, secara jelas menjelaskan
kecintaanya kepada Abu Bakar dan Umar, wala`nya kepada keduanya serta
taqarrubnya kepada Allah dengan wasilah mahabbah dan wala` tersebut. Juga
menunjukkan kebencian kepada yang membenci keduanya dan bara` kepada yang bara`
dari keduanya. Bahkan bara`nya dari orang yang meyakini imamah dan
kema`shumannya. Dan permohonannya kepada Allah agar Allah memutus segala
Rahmat-Nya dari orang-orang yang memusuhi Abu Bakar dan Umar.
Maraji`: Gen Syi`ah, Sebuah Tinjauan Sejarah Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi
Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah. (Pz/shoutussalam)
TAHUKAH ANDA
http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/imam-ja-far-ash-shadiq-tokoh-ahlus-sunnah-yang-direkayasa-syi-ah.htm
Publikasi: Rabu, 11/01/2012 14:49 WIB
© ERAMUSLIM.COM