Oleh: Dr. Raghib As-Sirjani
Bagian Pertama
Banyak yang berpendapat bahwa membicarakan masalah Syiah,
akan menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam karena pada dasarnya umat
Islam di dunia ini terbagi dua mazhab atau golongan yaitu
Syiah dan Sunni. Pandangan ini adalah keliru dari dua sisi:
Pertama. Jumlah orang
Syiah cuma
11% dari
seluruh penganut
agama Islam seluruh dunia, yaitu sekitar 150 juta jiwa. Suatu kezaliman yang
sangat nyata bagi umat Islam (Sunni) jika mereka harus berdiam diri terhadap
Syiah yang agresif menyinggung akidah Sunni, sementara Syiah tidak mau menahan
diri dari hal tersebut.
Kedua. Bahwa
fitnah pertentangan Syiah-Sunni bukanlah sesuatu yang sudah redam dan tenang,
lalu kita mengungkit-ungkitnya lagi. Ternyata fitnah di antara kedua firqoh ini benar-benar terjadi dan terus menyala
dengan dahsyatnya. Implikasinya dapat dirasakan hampir di seluruh penjuru
dunia, terutama
dominasi Syiah di
Irak sekarang.
Lantas apa yang kita harus perbuat dengan menyaksikan kekejaman mereka terhadap Ahlussunnah di
sana? Ini hanyalah sebuah permulaan ancaman untuk
menguasai negara-negara yang berdekatan atau berjauhan dari negara Iran Syiah.
Hal
yang mendasar seperti ini harus kita pahami, agar kita dapat menentukan sikap
yang benar dan tepat. Selanjutnya ada lima alasan, yang satu saja dari padanya,
cukup jadi sebab kita perlu membicarakan Syiah, sebagaimana berikut ini:
1. Syiah
tak pernah berhenti menyerang para sahabat Nabi saw, seakan-akan hal tersebut adalah dasar pokokdalam
agama mereka.
Bahkan hal ini kita bisa ketemukan di internet tentang serangan-serangan mereka
terhadap para sahabat khusunya Abu Bakr, Umar, dan Utsman radhiallahu ‘anhum. Bisakah
kita diam? Mendiamkan yang terorganisir secara rapi ini adalah pengkhianatan agama.
2. Kuatnya
penyebaran Syiah di dalam negara-negara Islam, termasuk merubah akidah dengan
langsung atau jugamengarahkan opini publik kepada paham Syiah tanpa disadari.
3. Jatuhnya
korban dari
pihak Sunni yang jumlahnya ribuan
di Irak.
4. Dominasi
Syiah secara
langsung di Irak, baik
dai segi politik, ekonomi, maupun militer, dengan membonceng kekuatan Amerika
5. Ancaman
Syiah secara
langsung terhadap
keamanan negara-negara
yang berdekatan dengan Irak, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Saudi
Arabia.
Disamping
lima alasan di atas, masih ada alasan lain yang tidak kalah pentingnya, yang
melalaikannya bisa berakibat fatal, yaitu:
6. Tentang
kedekatan ideologi dan geografis antara Suriah dan
Iran. Dari sikap penguasa Suriah yang Syiah Nushairiyah, yang telah memerintah
dan sedang gencar menyebarkan Syiah selama kurang lebih 40 tahun.Walaupun para
pengikut mazhab Syiah
Nushairiyah tidak lebih sepuluh
persen dari total penduduk Suriah, akan
tetapi mereka menguasai pemerintahan Suriah secara mutlak dan membuka lebar-lebar kesempatan untuk
menyebarkan Syiah dan
menekan Sunni. Dari sini dapat kita pahami bahaya program Bulan Sabit Syiah yang
menghubungkan Iran
ke Irak, dan selanjutnya ke Suriah dan
Libanon yang akan menjadi ancaman bagi kawasan sekitarnya.
7. Juga
terdapat perkara yang tidak bisa diabaikan, yaitu pengaruh kejiwaan bagi kaum
muslimin dari golongan Sunni dengan adanya dua simbol utama kepemimpianan Syiah
yaitu presiden Iran Ahmadinejad dan pemimpin tertinggi Hizbullah Hasan
Nasrallah di Libanon.
· Tidak
diperdebatkan lagi bahwa kedua pemimpin di atas telah membawa petaka bagi kaum
muslimin, khususnya kepada para pemimpin dunia yang kagum kepadanya, terutama
keperkasaan Hizbullah dalam melawan Yahudi-Israil atau kemandirian Iran dalam
membangun negaranya. Petaka itu ialah adanya anggapan bahwa keberhasilan kedua
tokoh Syiah itu menunjukkan kebenaran ajaran Syiah, atau adanya anggapan tidak
boleh mengeritik akidah Syiah, karena kedua tokoh yang hebat itu adalah orang
Syiah, atau karena Syiah itu pusatnya di Iran, negara yang hebat.
· Dari
sini kita selaku kaum muslim harus kembali melihat dengan jelas, bahwa jalan
untuk selamat adalah harus memiliki akidah dan manhaj yang benar. Dari sini
tidak mungkin kita terpengaruh -jika akidah dan manhaj kita telah benar
walaupun pengaruh itu kuat.
· Sesungguhnya
agama Islam ini adalah satu kesatuan, tidak boleh bagi kita mengambil sebagian
dan meninggalkan bagian lain, sebagimana firman Allah dalam Surah al-Baqarah
(2):208,
$yg•ƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=äz÷Š$# ’Îû ÉOù=Åb¡9$# Zp©ù!$Ÿ2 Ÿwur (#qãèÎ6®Ks?ÅVºuqäÜäz Ç`»sÜø‹¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNà6s9 Ar߉tã ×ûüÎ7•B
“Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.”
· Karena
kekaguman tersebut, sehingga ada Sunni yang memimpikan diperintah oleh Syiah
yang moderat. Ingat, semoderat apapun pemimpin Syiah itu, ia akan menggiring
rakyatnya beriman kepada Imam 12 Syiah, menilai buruk para sahabat, dan tidak
membiarkan Sunni bebas menganut dan menjalankan
akidah dan fikhinya.
· Pada
tahun 907 H, Syiah Ismaili dari dinasti Shafawi membangun negara yang kuat,
ternyata ia memaksakan Syiah ke seluruh Iran dan menyerang kekhalifahan Utsmani
dari belakang dengan dengan bersekongkol dengan Portugis, dan selanjutnya
menyebarkan Syiah ke Irak.
8. Masalah
yang lain adalah berhubungan dengan riwayat-riwayat yang berbau Syiah yang
telah masuk dalam buku sejarah umat Islam secara umum, yang memerlukan
penelitian dan penyaringan yang serius. Contohnya
dalam Tarikh Thabary, tentang Perang Shiffin, terdapat 113 riwayat, di
antaranya 99 riwayat Syiah yang mengandung kedengkian kepada sahabat.
9. Banyak
orang (Ahlussunnah) yang mengabaikan dan tidak meresa berkewajiban untuk
mendakwahkan kebenaran kepada Syiah yang berjumlah 150 juta orang, dan diajak
ke jalan yang benar. Padahal mereka jelas-jelas memiliki keyakinan dan akidah
yang rusak. Apakah nanti
kita tidak ditanya oleh Allah, jika kita membiarkan mereka dalam kesesatan?
10. Dan
terakhir adalah, siapakah yang menolong dan melindungi kaum Sunni yang berada
di Iran yang presentasinya mencapai 20 juta atau mewakili 30% penduduk Iran
secara keseluruhan. Di sana tidak terdapat walau satu menteri pun dari
perwakilan Sunni, dan jumlah mereka di parlemen kurang dari 10%, orang Sunni di
Taheran berjuang mati-matian untuk mendirikan satu mesjid saja dan itu pun
gagal hingga saat ini. Begitu pula para kaum Syiah terus menerus menghancurkan
mesjid milik kaum Sunni, sebagaimana peristiwa yang paling terkenal adalah
penghancuran mesjid Syaikh Feed di Khurasan pada tahun 1994 kemudian pemusnahan
Mesjid Jami di wilayah Blustan plus menjagal 200 pemuda Sunni yang membela
mati-matian mesjid tersebut. Dan
harus diingat bahwa kurikulum yang
dipelajari oleh kaum Sunni di Iran yang berjumlah dua puluh juta bukanlah
berdasarkan akidah
Ahlussunnah dengan sesungguhnya, akan tetapi kurikulum yang sesuai
dengan akidah Syiah yang bertentangan dengan akidah mereka.
Inilah
sekelumit malapetaka Sunni di Iran dan Irak, apakah bijaksana kita diamkan,
atau perlu kita bicarakan untuk sekurang-kurangnya kita bersimpati kepada
mereka dan mendoakannya, dan sebelum terjadi di negeri kita apa yang terjadi di
sana.
Bagian
Kedua
Sesudah
kita pahami keterangan-keterangan di atas, maka bagaimana sikap kita?
v Jumhur
ulama berpendapat bahwa penganut Syiah itsna ‘asyariah, adalah muslim, namun
mereka adalah muslim yang menyempang dan mengada-ada bid’ah dalam ajaran Islam.
Karena itu, berlaku bagi mereka hukum-hukum Islam pada umumnya seperti hukum
pernikahan, pembagian harta waris, pengurusan jenazah, adab-adab makan dan
bentuk-bentuk muamalah lainnya. Juga diizinkan untuk pergi naik haji, umrah,
dan masuk dalam dua tanah haram (Mekah dan Madinah) yang diharamkan bagi non
muslim. Namun tetap saja harus diingat banyaknya penyimpangan mereka dari
ajaran Islam yang sesungguhnya, dan membutuhkan perbaikan dan pembinaan
aturan-aturan khusus daripada ulama.
v Dan
jumhur ulama berpendapat bahwa ada beberapa sekte dalam Syiah yang sudah
benar-benar kufur, seperti sekte Syiah Ismailiyah, Nushairiyah, dan selainnya
yang berpaham ateis.
v Karena
banyaknya penyelewengan yang dilakukan oleh penganut paham Syiah, maka kita
sudah dapat mengambil sebuah kesimpulan untuk tidak sekali-kali melakukan
pendekatan terhadap mereka melalui akidah dan fikih (syariat) -
antara kaum Sunni dan Syiah yang disebut “Taqribul Madzahib”. Dan
harus dipahami bahwa Syiah bukanlah merupakan salahsatu mazhab dalam Ahlussunnah
sebagaimana dikatakan sebagian orang, akan tetapi penyelewengan dari kebenaran
yang nyata. Karena itu pendekatan apalagi yang harus dilakukan jika satu berada
pada koridor kebenaran yang nyata dan lainnya menyimpang? Tentu saja
penyimpangan juga yang akan terjadi walau dalam kadar lebih rendah. Dan hal ini
tidak bisa diterima sama sekali dalam syariat kita.
v Apalah
guna kita mengadakan pendekatan terhadap mereka padahal mereka mencaci maki
sahabat dan melebihkan yang lainnya, Ali ra dan Ahlul bait mereka? Begitu pula
apakah pedekatan kita dengan mereka berguna jika imam yang diakuinya hanya 12
imam Syiah bukan yang lainnya? Apakah
makna pendekatan itu berarti hanya mengambil hadis Imam Bukhari dan Muslim dan
mengabaikan Tirmidzi dan Abu Daud? Bisakah kita menerima pendekatan dengan
maksud mengakui mereka yang menghalalkan nikah mut’ah? Atau agar kita
mendiamkan penindasan terhadap kaum Sunni di Iran, Irak, Lebanon, Suria, dan
tempat lainnya? Tentunya pendekatan seperti ini tidak mungkin kita terima.
v Jadi
segala bentuk usaha-usaha pendekatan antara Syiah dengan Sunni adalah usaha
untuk merubah agama Islam, dan ini tidak boleh kita lakukan. Mari kita semua
melihat kembali segenap usaha ulama-ulama kita yang berusaha bekerja keras
untuk berdekatan dengan para kaum Syiah, lalu pada akhirnya semua sadar bahwa
usaha ini mustahil dilanjutkan. Lihat contoh pengakuan Ulama Besar Suriah
Syaikh Dr. Musthafa As Siba’i rahimahullah yang
ia tulis dalam bukunya, “Assunnah wa Makanatuha fi as Tasyri’ al Islami”, “Seluruh
usaha untuk mengadakan pendekatan Sunni-Syiah hanyalah sia-sia belaka, karena
ternyata pendekatan yang mereka inginkan adalah mendekatkan Ahlus Sunnah kepada
paham Syiah!” (hal. 24)
v Hal
ini juga pernah dialami oleh Dr. Yusuf Qardhawi, dan hasilnya dapat ditebak
sama seperti di atas yang dikatakan Sayikh Dr. Musthafa Assiba’i rahimahullah.
Sia-sia belaka!
v Tidak
cukup bagi kita semua hanya sebatas mengingkari akidah Syiah akan tetapi, wajib
hukumnya bagi kita untuk membentengi para pengikut Ahlussunnah dengan ilmu yang
bermanfaat, agar menjaga mereka jangan sampai terjerumus kepada akidah yang
rusak. Agar para ulama dan dai-dai supaya senantiasa gigih memberi mereka
pelajaran tentang akidah ahlusunnah dengan benar. Selalu menceritakan sejarah nabi
dan para sahabat serta tokoh-tokoh Islam yang mulia dari buku-buku sejarah yang
benar, karena generasi yang tidak mengetahui sejarah tokoh-tokoh agamanya
sendiri adalah generasi yang akan hilang masa depannya.
v Dan
kita juga tidak boleh malu dan takut untuk mengungkap beragam tuduhan dan
syubhat yang dilontarkan oleh orang Syiah di mana-mana, lalu kita bongkar
kesalahannya. Bahkan kita harus bangkit dan berbicara dengan berani, karena ini
adalah persoalan akidah, dan urusan ini adalah urusan meluruskan yang salah dan
membina akhlak. Karerna itu kita harus kemukakan segala hal yang berhubungan
dengan sejarah yang dijadikan bahan kritikan Syiah untuk merusak citra Islam
dan tokoh-tokohnya, dan harus diterangkan dari sudut pandang agama Islam yang
tepat dan benar.
v Sebagaimana
pula kita harus menjelaskan bagaimana cara yang benar mencintai ahlul bait, dan
menolak propaganda Syiah yang mengaku bahwa merekalah yang mengagung-agungkan
ahlul bait, tapi dengan cara berlebih-lebihan dan dusta.
v Kita
juga harus langsung berhadapan dengan orang-orang Syiah dan memberinya
pengetian akan agama yang benar, dan nasihat-nasihat yang ikhlas, agar mereka
kembali kepada ilmu yang benar dengan menelaah kembali buku-buku sejarah mereka
tentang akidah mereka, agar mereka tahu dengan jelas bahwa sesungguhnya
riwayat-riwayat yang mereka pegang adalah riwayat yang sangat lemah dan
terputus. (Bahwasanya ajaran mereka tidak pernah ada dari Rasulullah dan hanya
ada setelah beliau wafat dari seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’. Pent.)
v Dan
kita yakin, bahwa di antara mereka ada yang ikhlas dan semoga Allah memberikan
mereka hidayah ke jalan yang benar.
v Dan
untuk negara-negara Arab dan Islam, bahkan kaum minoritas Islam yang berada di
negara-negara barat, agar selalu waspada dari pengaruh penyebaran ajaran Syiah
yang sedang tumbuh dengan pesatnya.
v Untuk
umat Islam (Sunni) yang ada di Irak, Iran, dan Lebanon, agar selalu bersatu
padu dalam bertindak, dan agar selalu menjalin hubungan mereka dari sesama Sunni
yang ada di negara-negara Islam.
v Kita
tidak alergi terhadap hidup harmonis berdampingan dengan kaum Syiah tanpa
saling bermusuhan dan saling mengganggu. Bukan dalam arti memberi kebebasan
Syiah meluaskan pengaruhnya sementara Sunni diajak mendiamkan demi menjaga
persatuan.
v Kepada
pemerintah, agar meningkatkan tanggungjawabnya menjaga kemurnian akidah kaum
muslimin yang mayoritas di negeri ini, dan menjaga mereka dari pengrusakan
akidah yang dilakukan oleh golongan minoritas dengan dalih kebebasan beragama
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
v Inilah
di antara sikap kita terhadap kaum Syiah, dan kita yakin kalau masih terdapat
masalah yang sangat banyak untuk kita ketahui lalu mencari solusinya. Ini
hanyalah sekadar pintu masuk untuk membuka langkah-langkah selanjutnya, yang
tentu saja membutuhkan penelitian dan penjabaran secara ilmiah. Dan kita
bermohon pada Allah agar memberikan taufik kepada para ulama kaum muslimin agar
tetap memberikan penjelasan kepada semua umat manusia tentang kewaspadaan
terhadap kesesatan kaum Syiah, “sehingga tidak terjadi fitnah (musibah) dan
supaya agama itu semata-mata untuk Allah”. (QS [8]:39.)
Diterjemahkan
Oleh: LPPI Makassar
(Ilham/LPPIMakassar.blogspot.com)