Monday, March 21, 2016

Kesaksian Atas Horor Kekejaman Tentara Rezim Assad Yang Dibantu Hizbullah & Iran

kekejaman atas horor kekejaman tentara rezim assad yg dibantu hizbullah dan iran

Syi’ah saudara ahlussunnah, slogan tak laku (di kalangan syiah) yang sengaja dijejalkan di kalangan masyarakat muslimin ahlussunnah:

Bahkan kekejaman Syiah Rafidhah Alawiyin Suriah bersama Hizbullah & Iranpun tidak lagi bisa ditutup-tutupi oleh media umum!

Berikut rekam jejak kekejiannya pada tahun 2013 sebelum pada akhirnya Mufti al Azhar dan Mufti Syiah Lebanon berkampanye di Indonesia menegaskan bahwa Syiah adalah saudaranyaAhlussunnah!
Inna lillahi wa innailaihi raji’un.

Nukilan:
Sabtu, 29 Juni 2013, 06:01 WIB
VIVAnews – PBB mencatat telah lebih dari 900 ribu orang tewas pada perang saudara di Suriah yang telah berlangsung selama dua tahun. Keterlibatan Hizbullah dan Iran mempertegas konflik sektarian Sunni-Syiah di negara tersebut.
Kekejaman tentara rezim Bashar al-Assad yang dibantu Hizbullah dan Iran juga semakin tidak bisa diterima nalar. Salah satuya digambarkan dalam kesaksian warga asal Baniyas, Abu Mohammad, kepada stasiun televisi Al-Arabiya. Mohammad adalah satu dari korban yang selamat dari pembantaian di desanya yang menewaskan 1.500 orang dalam satu malam.
Pembantaian ini, kata Mohammad, sangat tidak diduga. Menurut dia, awalnya tentara Suriah mengizinkan warga berlalu-lalang, walaupun pos-pos pemeriksaan berdiri di beberapa tempat. Kemudian pada Rabu itu, militer menutup semua akses jalan. Insiden ini diduga terjadi bulan lalu.
“Saat ini orang-orang mulai merasa takut bahwa ada sesuatu yang akan terjadi. Pada hari Kamis, warga setempat yang berjumlah sekitar 500-600 orang berusaha kabur menuju jembatan dekat pos pemeriksaan. Namun mereka diteriaki tentara dan disuruh berbaring di tanah, ‘Kalian hewan!! Berdiri dan pulang ke rumah kalian!!’,” Mohammad menirukan.
Kemudian datanglah hari Jumat, hari naas yang penuh darah. Tentara memberlakukan jam malam dan menembakkan ratusan peluru ke udara jika ada warga yang berusaha kabur. Akhirnya, orang-orang memilih berdiam di dalam rumah dengan perasaan dicekam ketakutan.
Dan benar saja. Pada dini hari, terjadilah pembantaian itu.
“Antara jam 3.00 dan 3.30, mereka mulai menembak di Baniyas terutama di Ras-Elnabe’ menggunakan tembakan mortir dan artileri. Penduduk adalah orang-orang yang hidup dalam situasi damai sebelumnya. Kami tak punya apa-apa di desa dan tidak ada pemberontak bersenjata. Kami kemudian melihat tentara turun dari jembatan Ooze mendekati desa. Mereka lalu menghadang dan menembaki desa kami dengan artileri berat,” ujar Mohammad.
“Mereka tiba di rumah pertama dan memaksa semua orang keluar lalu menyuruh mereka menghadap dinding dan menembaki mereka semua. Kemudian di rumah kedua, mereka membunuh sekitar 4-5 orang. Pada saat itu, beberapa anggota keluarga saya berada di luar rumah. Saya datang kembali untuk menjemput dan membawa mereka kabur. Ketika saya kembali, saya dipaksa masuk ke ruang bawah tanah kecil. Saya terjebak di dalam,” Mohammad menuturkan.
Horor
Dari ruang bawah tanah itu, Mohammad menyaksikan horor peperangan. Sebanyak 35 anggota keluarganya dibantai tentara Assad, tidak peduli mereka orang dewasa, wanita atau anak-anak. Mohammad mengatakan bahwa usia anggota keluarganya yang terkecil adalah 15 hari, lalu 1,5 tahun, 2 dan 3 tahun!
“Bunuh mereka semua! Jangan ada belas kasihan pada siapa pun! Bunuh mereka semua, jangan berbelas kasihan pada siapa pun!!” Mohammad menirukan teriakan tentara berkali-kali di atas kepalanya.
Tentara rezim Assad melepaskan 20-30 tembakan setiap menitnya. Eksekusi dilakukan dari rumah ke rumah, belum termasuk mereka yang dihadang di jalan. Diperkirakan, jumlah korban tewas mencapai 1.000-1.500 orang. Mohammad menjelaskan saat itu tentara yang seperti kerasukan setan itu menumpuk mayat anak-anak menjadi satu, tanpa belas kasihan sama sekali.
“Salah satu dari mereka mengatakan melihat yang ada satu masih hidup, tanpa basa-basi mereka menembak kepala bayi itu. Tentara ini meneliti mereka satu per satu dan menembak mereka. Jika Anda telah melihat foto-foto, ada dua anak-anak setelah mereka bunuh, mereka bakar tangan dan kaki anak tersebut,” kata Mohammad.
Mohammad mengaku dia tidak bisa memahami aksen dan beberapa kata yang diucapkan tentara-tentara itu. Dia menduga, mereka berasal dari lebih satu kelompok. Salah satunya, dia menduga ada yang berasal dari kelompok Syiah Alawi dan dari Iran.
“Beberapa orang terbunuh oleh senjata dan pisau, lainnya dipukul dengan batu sampai kepala mereka terbelah. Mereka bahkan tidak menyisakan anak-anak atau orang tua,” ujarnya lagi.
Komunitas internasional belum juga bisa menghentikan kengerian yang dialami masyarakat Suriah. Di tataran diplomasi, solusi mandek saat Rusia dan China memveto resolusi PBB. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa masih ribut membahas siapa yang akan mengirim bantuan senjata lebih dulu bagi pejuang Suriah.
Sementara mereka berdebat soal solusi damai, masyarakat Suriah hidup di ambang maut. Setiap hari mereka dilanda ketakutan. Anak-anak, istri, dan orang tua mereka bisa saja mati mengenaskan setiap saat di moncong senjata tentara rezim. (kd)