Syi’ah saudara ahlussunnah, slogan tak laku (di
kalangan syiah) yang sengaja dijejalkan di kalangan masyarakat muslimin
ahlussunnah:
Bahkan kekejaman Syiah Rafidhah Alawiyin Suriah
bersama Hizbullah & Iranpun tidak lagi bisa ditutup-tutupi oleh media umum!
Berikut rekam jejak kekejiannya pada tahun 2013 sebelum pada akhirnya Mufti al
Azhar dan Mufti Syiah Lebanon berkampanye di Indonesia menegaskan bahwa Syiah
adalah saudaranyaAhlussunnah!
Nukilan:
Sabtu, 29 Juni 2013, 06:01 WIB
VIVAnews – PBB mencatat telah lebih dari 900 ribu
orang tewas pada perang saudara di Suriah yang telah berlangsung selama dua
tahun. Keterlibatan Hizbullah dan Iran mempertegas konflik sektarian
Sunni-Syiah di negara tersebut.
Kekejaman tentara rezim Bashar al-Assad yang dibantu
Hizbullah dan Iran juga semakin tidak bisa diterima nalar. Salah satuya
digambarkan dalam kesaksian warga asal Baniyas, Abu Mohammad, kepada stasiun
televisi Al-Arabiya. Mohammad adalah satu dari korban yang selamat dari
pembantaian di desanya yang menewaskan 1.500 orang dalam satu malam.
Pembantaian ini, kata Mohammad, sangat tidak diduga.
Menurut dia, awalnya tentara Suriah mengizinkan warga berlalu-lalang, walaupun
pos-pos pemeriksaan berdiri di beberapa tempat. Kemudian pada Rabu itu, militer
menutup semua akses jalan. Insiden ini diduga terjadi bulan lalu.
“Saat ini orang-orang mulai merasa takut bahwa ada
sesuatu yang akan terjadi. Pada hari Kamis, warga setempat yang berjumlah
sekitar 500-600 orang berusaha kabur menuju jembatan dekat pos pemeriksaan.
Namun mereka diteriaki tentara dan disuruh berbaring di tanah, ‘Kalian hewan!!
Berdiri dan pulang ke rumah kalian!!’,” Mohammad menirukan.
Kemudian datanglah hari Jumat, hari naas yang penuh
darah. Tentara memberlakukan jam malam dan menembakkan ratusan peluru ke udara
jika ada warga yang berusaha kabur. Akhirnya, orang-orang memilih berdiam di
dalam rumah dengan perasaan dicekam ketakutan.
Dan benar saja. Pada dini hari, terjadilah pembantaian
itu.
“Antara jam 3.00 dan 3.30, mereka mulai menembak di
Baniyas terutama di Ras-Elnabe’ menggunakan tembakan mortir dan artileri.
Penduduk adalah orang-orang yang hidup dalam situasi damai sebelumnya. Kami tak
punya apa-apa di desa dan tidak ada pemberontak bersenjata. Kami kemudian
melihat tentara turun dari jembatan Ooze mendekati desa. Mereka lalu menghadang
dan menembaki desa kami dengan artileri berat,” ujar Mohammad.
“Mereka tiba di rumah pertama dan memaksa semua orang
keluar lalu menyuruh mereka menghadap dinding dan menembaki mereka semua.
Kemudian di rumah kedua, mereka membunuh sekitar 4-5 orang. Pada saat itu,
beberapa anggota keluarga saya berada di luar rumah. Saya datang kembali untuk
menjemput dan membawa mereka kabur. Ketika saya kembali, saya dipaksa masuk ke
ruang bawah tanah kecil. Saya terjebak di dalam,” Mohammad menuturkan.
Horor
Dari ruang bawah tanah itu, Mohammad menyaksikan horor
peperangan. Sebanyak 35 anggota keluarganya dibantai tentara Assad, tidak
peduli mereka orang dewasa, wanita atau anak-anak. Mohammad mengatakan bahwa
usia anggota keluarganya yang terkecil adalah 15 hari, lalu 1,5 tahun, 2 dan 3
tahun!
“Bunuh mereka semua! Jangan ada belas kasihan pada
siapa pun! Bunuh mereka semua, jangan berbelas kasihan pada siapa pun!!”
Mohammad menirukan teriakan tentara berkali-kali di atas kepalanya.
Tentara rezim Assad melepaskan 20-30 tembakan setiap
menitnya. Eksekusi dilakukan dari rumah ke rumah, belum termasuk mereka yang
dihadang di jalan. Diperkirakan, jumlah korban tewas mencapai 1.000-1.500
orang. Mohammad menjelaskan saat itu tentara yang seperti kerasukan setan itu
menumpuk mayat anak-anak menjadi satu, tanpa belas kasihan sama sekali.
“Salah satu dari mereka mengatakan melihat yang ada
satu masih hidup, tanpa basa-basi mereka menembak kepala bayi itu. Tentara ini
meneliti mereka satu per satu dan menembak mereka. Jika Anda telah melihat
foto-foto, ada dua anak-anak setelah mereka bunuh, mereka bakar tangan dan kaki
anak tersebut,” kata Mohammad.
Mohammad mengaku dia tidak bisa memahami aksen dan
beberapa kata yang diucapkan tentara-tentara itu. Dia menduga, mereka berasal
dari lebih satu kelompok. Salah satunya, dia menduga ada yang berasal dari
kelompok Syiah Alawi dan dari Iran.
“Beberapa orang terbunuh oleh senjata dan pisau,
lainnya dipukul dengan batu sampai kepala mereka terbelah. Mereka bahkan tidak
menyisakan anak-anak atau orang tua,” ujarnya lagi.
Komunitas internasional belum juga bisa menghentikan
kengerian yang dialami masyarakat Suriah. Di tataran diplomasi, solusi mandek
saat Rusia dan China memveto resolusi PBB. Amerika Serikat dan negara-negara
Eropa masih ribut membahas siapa yang akan mengirim bantuan senjata lebih dulu
bagi pejuang Suriah.
Sementara mereka berdebat soal solusi damai,
masyarakat Suriah hidup di ambang maut. Setiap hari mereka dilanda ketakutan.
Anak-anak, istri, dan orang tua mereka bisa saja mati mengenaskan setiap saat
di moncong senjata tentara rezim. (kd)
Url bukti: http://m.news.viva.co.id/news/read/424615-kesaksian-atas-horor-kekejaman-tentara-rezim-assad