Benarkah Syaikh Nashirudin Al-Albaniy Itu
Muhadits Tanpa Guru Dan Sanad ? Apalah Artinya Sanadnya Bersambung Pada Nabi,
Tapi Amalannya Menyelisihi Ajaran Nabi.. Pujian Ulama Dunia Terhadap Syaikh
Al-Albaniy Dan Tuduhan Dusta Kepadanya
Syaikh Al-Albany memiliki
ijazah hadits dari ‘Allamah Syaikh Muhammad Raghib at-Tabbagh yang kepadanya
beliau mempelajari ilmu hadits, dan mendapatkan hak untuk menyampaikan hadits darinya.
Syaikh Al-Albany menjelaskan tentang ijazah beliau ini pada kitab Mukhtasar
al-‘Uluw (hal 72) dan Tahdzir as-Sajid (hal 63). Beliau memiliki ijazah tingkat
lanjut dari Syaikh Bahjatul Baytar (dimana isnad dari Syaikh terhubung ke Imam
Ahmad). Keterangan tersebut ada dalam buku Hayah al-Albany (biografi Al-Albany)
karangan Muhammad Asy-Syaibani. Ijazah ini hanya diberikan kepada mereka yang
benar-benar ahli dalam hadits dan dapat dipercaya untuk membawakan hadits
secara teliti. Ijazah serupa juga dimiliki murid Syaikh Al-Albany, yaitu Syaikh
Ali Hasan Al-Halabi. Jadi, adalah tidak benar jika dikatakan bahwa Syaikh hanya
belajar dari buku, tanpa ada wewenang dan tanpa ijazah.
Dalam pembahasan ini, saya pikir tidak mengapa untuk memberikan sedikit gambaran
tentang kehidupan dan pekerjaan Syaikh Al-Albany agar kita lebih yakin perihal
kedudukan beliau dalam bidang ilmu hadits, semisal penghormatan dari
ulama-ulama lain yang ditunjukan kepada beliau. Mungkin satu atau dua
penjelasan pendek belumlah mencukupi, meski begitu, saya berharap informasi ini
cukup menarik dan dapat memberi semangat kepada para pembaca:
1. Syaikh Al-Albany dilahirkan pada taun 1914 M di Asykodera, ibukota pertama
Albania.
2. Syaikhnya yang pertama adalah ayahnya, Al-Hajj Nuh An-Najjati, yang telah
menyelesaikan belajar Syari’ah di Istanbul dan kembali ke Albania sebagai
seorang ulama Hanafiyah. Di bawah bimbingan ayahnya, Syaikh Al-Albany belajar
Quran, tajwid dan bahasa Arab, dan juga fiqh Hanafiyah.
3. Beliau belajar fiqh hanafiyah lebih lanjut dan bahasa Arab dari Syaikh Sa’id
al-Burhan.
4. Beliau mengikuti pelajaran dari Imam Abdul Fattah dan Syaikh Taufiq
Al-Barzah
5. Syaikh Al-Albany bertemu dengan ulama hadits zaman ini, Syaikh Ahmad Syakir,
dan beliau ikut berpartisipasi dalam diskusi dan penelitian mengenai hadits.
6. Beliau bertemu dengan ulama hadits India, Syaikh Abdus Shamad Syarafuddin,
yang telah menjelaskan hadits dari jilid pertama kitab Sunan al-Kubra karya
An-Nasai, seperti halnya karya Al-Mizzi yang monumental, Tuhfat al-Asyraf, yang
selanjutnya mereka berdua saling berkirim surat tentang ilmu. Dalam salah satu
surat, Syaikh Abdus Shamad menunjukkan keyakinan beliau bahwa Syaikh Al-Albany
adalah ulama hadits terbesar saat ini.
7. Sebagai pengakuan terhadap keilmuannya mengenai hadits, pada tahun 1955
Syaikh Al-Albany ditugaskan di Fakultas Syariah Universitas Damaskus untuk
menganalisa dan meneliti secara terperinci mengenai hadits-hadits jual beli dan
yang berhubungan dengan transaksi bisnis lain.
8. Syaikh Al-Albany memulai pekerjaannya secara resmi pada bidang hadits dengan
men-transkrip karya monumental Al-Hafidz al-Iraqy, yaitu Al-Mughni ‘an
Hamlil-Ashfar -sebuah studi tentang beragam hadits- dan riwayat-riwayat pada
karya terkenal Al-Ghazali, Ihya’ Ulumudin. Pekerjaan ini sendiri mencakup lebih
dari 5000 hadits.
9. Syaikh selalu mengunjungi perpustakaan Dhahiriyyah di Damaskus, sehingga
kemudian beliau diberi kunci perpustakaan, karena beliau sering berada di sana
dan belajar dalam waktu yang lama. Suatu hari, selembar kertas hilang dari
manuskrip yang digunakan Syaikh Al-Albany. Kejadian ini menjadikan beliau
mencurahkan seluruh perhatiannya untuk membuat katalog seluruh manuskrip hadits
di perpustakaan agar folio yang hilang tersebut bisa ditemukan. Karenanya,
beliau mendapatkan banyak ilmu dari 1000 manuskrip hadits, sesuatu yang telah
dibuktikan beberapa tahun kemudian oleh Dr. Muhammad Mustafa A’dhami pada
pendahuluan “Studi Literatur Hadits Awal”, dimana beliau mengatakan, “Saya
mengucapkan terimakasih kepada Syaikh Nashiruddin Al-Albany, yang telah
menempatkan keluasan ilmunya pada manuskrip-manuskrip langka dalam tugas akhir
saya”.
10. Syaikh Al-Albany kadang-kadang terlihat keadaannya yang amat miskin selama
hidupnya. Beliau mengatakan sering mengambil sobekan-sobekan kertas dari jalan
–biasanya berupa kartu undangan pernikahan-, yang kemudian digunakan untuk
menulis haditsnya. Seringkali, dia membeli potongan-potongan kertas dari tempat
pembuangan dan membawanya ke rumah untuk dipakai.
11. Beliau senantiasa berkorespondensi dengan banyak ulama, terutama yang
berasal dari India dan Pakistan, mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan
hadits dan agama pada umumnya, termasuk dengan Syaikh Muhammad Zamzami dari
Maroko dan ‘UbaiduLlah Rahman, pengarang Mirqah al-Mafatih Syarh Musykilah
al-Mashabih.
12. Keahliannya dalam bidang hadits diakui oleh banyak ulama yang berkompeten,
baik masa lalu maupun sekarang, termasuk Dr. Amin Al-Mishri, kepala Studi Islam
di Universitas Madinah yang juga termasuk salah satu murid Syaikh Al-Albany,
juga Dr. Syubhi Ash-Shalah, mantan kepala bidang Ilmu Hadits di Universitas
Damaskus, Dr. Ahmad Al-Asal, kepala Studi Islam di Universitas Riyadh, ulama
hadits Pakistan sekarang, ‘Allamah Badi’uddien Syah As-Sindi; Syaikh Muhammad Thayyib
Awkij, mantan kepala Ilmu Tasfir dan Hadits dari Universitas Ankara di Turki;
belum lagi pengakuan dari Syaikh Ibn Baaz, Ibnul ‘Utsaimin, Muqbil bin Hadi,
dan banyak lagi yang lain pada masa berikutnya.
13. Setelah sejumlah hasil karyanya dicetak, selama tiga tahun Syaikh terpilih
untuk mengajar hadits di Universitas Islam Madinah, sejak tahun 1381 H sampai
1383 H, dimana beliau juga bertugas sebagai anggota dewan pengurus universitas
(setelah itu beliau kembali ke tempat studi pertamanya dan mengkhidmatkan
dirinya pada perpustakaan Adh-Dhahiriyyah). Kecintaan beliau pada Universitas
Madinah dibuktikan dengan mewariskan seluruh koleksi perpustakaan pribadinya ke
Universitas.
14. Beliau mengajar dua kali sepekan di Damaskus, yang dihadiri oleh banyak
mahasiswa dan dosen universitas. Di sini, Syaikh menyelesaikan pengajarannya
pada karya klasik dan modern (edited):
* Fath al-Majid, karya Abdur Rahman bin Hushain Alu Syaikh
* Raudhah an-Nadiyyah karya Siddiq Hasan Khan
* Minhaj al-Islamiyah karya Muhammad As’ad
* Ushul al-Fiqh, karya al-Khallal
* Mustholah at-Tarikh, karya Asad Rustum
* Al-Halal wa al-Haram karya Yusuf Qardhawi
* Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq
* Ba’its al-Hadits karya Ahmad Syakir
* At-Taghib wa at-Tarhib karya Al-Hafidz Al-Mundziri
* Riyadh ash-Shalihin karya Imam An-Nawawi
* Al-Imam fi Ahadits al-Ahkam, karya Ibnu Daqiqil ‘Ied
15. Setelah menganalisa hadits-hadits pada kitab Shahih Ibnu Khuzaimah, seorang
ulama hadits India, Muhammad Musthofa A’dhami (kepala Ilmu Hadits di Makkah),
memilih Syaikh Al-Albany untuk memeriksa dan mengoreksi kembali analisanya, dan
pekerjaan tersebut telah diterbitkan empat jilid, lengkap dengan ta’liq
(catatan, red) dari keduanya. Ini adalah tazkiyah dari ulama yang lain atas
keilmuan hadits Syaikh Al-Albany.
16. Pada edisi dari himpunan hadits terkenal, Misykah al-Mashabih, penerbit
Maktabah Islamy meminta Syaikh Al-Albany untuk memeriksa pekerjaan mereka
sebelum diterbitkan. Pihak penerbit telah menulis pada bagian pendahuluan,
”Kami meminta kepada ulama hadits, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany, untuk
membantu kami dalam memeriksa Misykat dan bertanggung jawab untuk memberi
tambahan hadits-hadits yang diperlukan dan meneliti serta memeriksa kembali
sumber-sumber dan keasliannya pada tempat-tempat yang diperlukan, dan
membetulkan kesalahan-kesalahan…”
17. Hasil karya Syaikh yang telah dicetak, terutama pada bidang hadits dan ilmu
perangkatnya (seperti ilmu Mustholah Hadits, Jarh wa Ta’dil, Rijalul Hadits,
edit.) berjumlah sekitar 112 buku. Tujuh belas diantaranya sebanyak 45 jilid.
Beliau meninggalkan manuskrip minimal tujuh puluh karangan.
18. Telah terekam suatu kejadian (dan kejadian ini terdapat pada dua kaset –
murid-murid beliau sering merekam pelajaran beliau), bahwa seorang laki-laki
telah mengunjungi Syaikh Al-Albany di rumahnya di Yordania dan menyatakan bahwa
dirinya adalah seorang Nabi! Bagaimana reaksi kita ketika berada pada situasi
ini? Syaikh Al-Albany meminta lelaki itu duduk dan mendiskusikan pernyataannya
tersebut dalam waktu yang lama (seperti yang saya katakana: ada pada dua
kaset), sehingga pada akhirnya, si tamu tersebut bertaubat dari klaimnya itu
dan semua yang hadir, termasuk Syaikh turut menangis. Pada kenyataannya, sudah
berapa sering terdengar Syaikh Al-Albany menangis ketika berbicara mengenai
Allah, Rasul-Nya, dan muamalah antar Muslim?
19. Pada kejadian yang lain, beliau dikunjungi tiga orang yang kesemuanya
menuduh Syaikh Al-Albany kafir. Ketika waktu sholat tiba, mereka menolak untuk
bermakmum kepada Syaikh, karena tidak mungkin bagi seorang kafir menjadi imam
sholat. Syaikh menerima hal ini, dan mengatakan bahwa menurut pandangannya,
ketiga orang ini adalah Muslim, sehingga salah satu dari mereka berhak menjadi
imam sholat. Tak lama kemudian, mereka bertiga berdebat lama sekali mengenai
perbedaan di antara mereka sendiri, dan ketika waktu sholat berikutnya telah
tiba, ketiga laki-laki ini mendesak untuk ikut sholat di belakang Syaikh
Al-Albany !
20. Selama hidupnya, Syaikh telah meneliti dan men-ta’liq lebih dari 30.000
silsilah perawi hadits (isnaad) pada hadits-hadits yang tidak terhitung
jumlahnya, dan menghabiskan waktu enam puluh tahun untuk belajar buku-buku
hadits, sehingga buku-buku tersebut menjadi sahabat sekaligus berhubungan
dengan ulama-ulamanya (pengarang kitab-kitab Sunnah tersebut, pent) (wbmstr
Jilbab Online)
sumber: www.troid.org
Penerjemah: Webmaster Jilbab Online (2003)
Dialog antara al bani dan al
buthi dibawah ini dusta belaka !
Mengenal Lebih Dekat Syaikh
Al-Ghumari
Membantah Ustaz Abu Syafiq (
Tipikal Syiah ! ) Yang Menghina Syaikh Al-Albani
Pujian Ulama Dunia terhadap
Syaikh Al-Albaniy
Penistaan Terhadap Syaikh
Al-Albani Rahimahullah Oleh KH. Luthfi Bashori, Dengan Bersandar Pada Kitab
Hasan Ali Assegaf. (Pembelaan terhadap al-imam al-muhaddits al-albany dari
kedustaan hasan ali as-saqqof dan pendukungnya)
Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albany dan 9 Tuduhan Dusta Yang Dialamatkan Padanya (Bag. I)
Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albany dan 9 Tuduhan Dusta Yang Dialamatkan Padanya (Bag. II)
Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albany dan 9 Tuduhan Dusta Yang Dialamatkan Padanya (Bag. III)