Wednesday, July 12, 2017

Bahasan Ketiga (Rangkuman), Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Menurut Ulama Tiga Abad Pertama Hijriyah Dan Ulama Al-Syafi‘Iyyah : Turunnya Allah Ke Langit Dunia. Bandingkan Dengan Pendapat Intelektual (Muharrif Dan Mukayyif) Aswaja Zon Jonggol (Mutiara Zuhud).


Turunya Allah ke Langit Dunia ( Bagian 1 )
Turunya Allah ke Langit Dunia ( Bagian 2/ Comments )
Turunya Allah ke Langit Dunia ( Bagian 3/ Comments )
Ahlus Sunnah Mengimani Tentang an-Nuzul (Turunnya Allah ke Langit Dunia). Ahlus menolak keyakinan wahdatul wujud
Allah Turun Ke Langit Dunia Tiap Sepertiga Malam Terakhir (perkataan para ulama dalam 3 abad pertama hijriyah).
Allah Yang Maha Tinggi Turun ke Langit Dunia
(Sumber Rujukan Syarh al ‘Aqidah al Wasithiyah , Syaikh Sholeh Alu Syaikh dan Syaikh Muhammad bin Sholeh al ‘Utsaimin)
Jangan Ditanya Bagaimana Turunnya Allah Ke Langit Dunia
Menjawab Syubhat-syubhat seputar Turunnya Allah Ke Langit Dunia (Abu Muhammad Umar As-Salafi).
Mengungkap Tipu Muslihat Abu Salafy CS (dalam sebuah artikel yang berjudul : Ternyata Tuhan itu tidak di langit).
Firanda Andirja
Madzhab ahlus sunnah tentang turunnya allah ke langit dunia
menta’wil ‘an-nuzuul’ (turunnya Allah)
Masukan ke 4 Untuk Al-Ustadz AH Menolak Allah Turun Di Sepertiga Malam Yang Terakhir (Firanda andirja).
Mengimani Sifat Nuzul, Ityan, Maji’ bagi Allah Ta’ala
Muhammad Umar As Sewed
Tidak Ada Pertentangan Antara Turunnya Allah Ta'ala Ke Langit Dunia Dan Bersemayam-Nya Di Atas Arasy
Syekh Muhammad Shaleh Al-Munajjid
Turunnya Allah Ke Langit Dunia Pada Sepertiga Malam Akhir

 Silahkan Bandingkan dengan Pemahaman (Muharrif Dan Mukayyif) Aswaja (mutiara zuhud, Zon Jonggol) ?

Allah Turun (Zon Jonggol)
Allah Turun pada setiap malam ke langit dunia
Turun ke langit dunia pada setiap malam

Larangan Takyiif

al-Muzani menyatakan: Kecerdasan pikiran makhluk tidak mampu mensifatkanNya (secara menyeluruh dan mendetail).

Secerdas apapun suatu makhluk, tidak akan mampu akalnya menjangkau kaifiyat Sifat Allah. Ucapan al-Muzani tersebut di atas menunjukkan larangan menanyakan atau memikirkan kaifiyat (seperti apa atau bagaimana) Sifat-Sifat Allah.

Di dalam suatu hadits disebutkan:

تفكروا فى خلق الله ولا تفكروا فى الله

Berpikirlah tentang makhluk Allah, janganlah berpikir tentang (kaifiyat Dzat atau Sifat) Allah (HR arRofi'i, dihasankan Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami ').

Kadangkala bisikan Syaithan akan berhembus dalam hati seseorang, sehingga ia memikirkan sesuatu yang batil dan sangat bertentangan dengan keimanannya. Lalu, bagaimana cara mengatasinya jika terjadi was-was syaithan semacam itu yang menyelimuti hati kita?

Langkah-langkahnya telah dibimbing oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam:

1. Berkata: Aamantu billaahi wa rosuulihi (Aku beriman kepada Allah dan Rasul-RasulNya). Atau berkata: Allahu Ahad, Allaahus Shomad, Lam Yalid wa lam Yuulad wa lam yakun lahu kufwan ahad.

2. Berta'awwudz (memohon perlindungan kepada Allah dari syaithan) dengan mengucapkan: A'udzu billahi minasy syaithoonir rojiim.

3. Sedikit meludahi arah kirinya 3 kali.

4. Berhenti dari memikirkan hal itu.

يأتي الشيطان أحدكم فيقول من خلق كذا من خلق كذا حتى يقول من خلق ربك فإذا بلغه فليستعذ بالله ولينته

Syaiton mendatangi salah seorang dari kalian kemudian berkata: Siapa yang menciptakan ini..siapa yang menciptakan ini .. sampai ia berkata: Siapa yang menciptakan Tuhanmu. Jika telah sampai hal itu, berlindunglah kepada Allah (taawudz) dan berhentilah (HR alBukhari no 3034 dan Muslim no 191).

يأتي الشيطان الإنسان فيقول من خلق السموات فيقول الله ثم يقول من خلق الأرض فيقول الله حتى يقول من خلق الله فإذا وجد أحدكم ذلك فليقل آمنت بالله ورسوله

Syaithan mendatangi manusia kemudian berkata: Siapa yang menciptakan langit? Ia berkata: Allah. Kemudian (syaithan) berkata: Siapa yang menciptakan bumi. Ia mengatakan Allah. Sampai (Syaithan) berkata: Siapa yang menciptakan Allah. Jika salah seorang dari kalian mengalami hal itu, ucapkanlah: Aamantu billahi wa rosuulihi (Aku beriman kepada Allah dan RasulNya) (HR Ahmad dan atThobarony, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami ').

يوشك الناس يتساءلون بينهم, حتى يقول قائلهم: هذا الله خلق الخلق, فمن خلق الله عز وجل? فإذا قالوا ذلك, فقولوا: {الله أحد, الله الصمد, لم يلد, ولم يولد, ولم يكن له كفوا أحد}, ثم ليتفل أحدكم عن يساره ثلاثا, وليستعذ بالله من الشيطان

Hampir-hampir saja manusia akan saling bertanya satu sama lain, sampai ada yang mengatakan: Allah menciptakan makhluk. Siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla? Jika mereka mengatakan demikian ucapkanlah: Allahu Ahad, Allaahus Shomad, lam yalid walam yuulad, wa lam yakun lahu kufuwan ahad. Kemudian (sedikit) meludahlah ke kiri 3 kali dan bertaawwudz (memohon perlindungan kepada Allah) dari syaithan (HR Abu Dawud, anNasaai, Ibnussunni, Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany).
--------------
Kendari, 18 Syawwal 1438 H / 12 Juli 2017.
Dikutip dari Buku "Akidah Imam Al-Muzani (Murid Imam Asy-Syafii)"
Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.
http://ungarans.blogspot.co.id/2017/07/larangan-takyiif.html?m=0

Keyakinan yang benar seorang muslim terhadap nama dan sifat Allah adalah sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah: “Termasuk keimanan kepada Allah adalah beriman terhadap sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya dan Rasulullah tetapkan untuk Allah tanpa melakukan tahrif, ta’thil, tamtsil, dan takyif “ (Al ‘Aqidah Al Wasitiyyah).
Tahrif artinya mengubah, baik mengubah lafaz maupun makna. Namun yang banyak terjadi adalah tahrif  makna. Pelaku tahrif disebut muharrif. Penggunaan istilah tahrif  lebih tepat dan lebih adil. Sebagian ulama menjelaskan istilah tahrif dengan istilah ta’wil, dan pelakunya disebut muawwil. Namun penggunaan istilah ta’wil kurang tepat, yang lebih tepat adalah tahrif. Orang yang melakukan ta’wil tanpa dalil tidak tepat (ta’wil yang batil) dikatakan muawwil, namun lebih tepat disebut muharrif. Ta’wil yang tidak didasari dalil merupakan kebatilan, sehingga wajib menjauhkan hal tersebut dari manusia. Penggunaan istilah tahrif akan lebih membuat manusia takut dan meninggalkan perbuatan tersebut daripada penggunaan istilah ta’wil. Ahlussunah wal jama’ah mengimani nama dan sifat Allah  tanpa disertai tahrif. Takyif artinya menyebutkan tentang kaifiyah (karakteristik) suatu sifat. Takyif merupakan jawaban dari pertanyaan “bagaimana?”. Ahlussnunnah wal jama’ah tidak men-takyif sifat Allah. Terdapat dalil naqli dan dalil ‘aqli yang menunjukkan larang takyif.Tamtsil adalah menyebutkan sesuatu dengan yang semisalnya. Takyif dan tamtsil mempunyai makna yang hampir sama, namun terdapat perbedaan. Takyif lebih umum daripada tamtsil. Setiap mumatstsil adalah mukayyif, namun tidak setiap mukayyif adalah mumatstsil. Takyif adalah menyebutkan bentuk sesuatu tanpa menyebutkan contohnya. 
Sumber: