Turunya Allah ke Langit Dunia ( Bagian 1
)
Turunya Allah ke Langit Dunia ( Bagian 2/
Comments )
Turunya Allah ke Langit Dunia ( Bagian 3/
Comments )
Ahlus Sunnah Mengimani Tentang an-Nuzul
(Turunnya Allah ke Langit Dunia). Ahlus menolak keyakinan wahdatul wujud
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
https://almanhaj.or.id/3257-ahlus-sunnah-mengimani-tentang-an-nuzul-turunnya-allah-ke-langit-dunia.html
https://almanhaj.or.id/3257-ahlus-sunnah-mengimani-tentang-an-nuzul-turunnya-allah-ke-langit-dunia.html
Allah Turun Ke Langit Dunia Tiap Sepertiga
Malam Terakhir (perkataan
para ulama dalam 3 abad pertama hijriyah).
Allah Yang Maha Tinggi Turun ke
Langit Dunia
(Sumber Rujukan Syarh al ‘Aqidah al
Wasithiyah , Syaikh Sholeh Alu Syaikh dan Syaikh Muhammad bin Sholeh al
‘Utsaimin)
Jangan Ditanya Bagaimana Turunnya Allah
Ke Langit Dunia
Menjawab Syubhat-syubhat seputar Turunnya
Allah Ke Langit Dunia (Abu Muhammad Umar As-Salafi).
Mengungkap
Tipu Muslihat Abu Salafy CS (dalam sebuah artikel yang berjudul :
Ternyata Tuhan itu tidak di langit).
Firanda Andirja
Madzhab ahlus sunnah tentang turunnya
allah ke langit dunia
Dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad
al-Juda’i
https://almanhaj.or.id/786-madzhab-ahlus-sunnah-tentang-turunnya-allah-ke-langit-dunia.html
https://almanhaj.or.id/786-madzhab-ahlus-sunnah-tentang-turunnya-allah-ke-langit-dunia.html
menta’wil ‘an-nuzuul’ (turunnya Allah)
Masukan ke 4 Untuk Al-Ustadz AH Menolak
Allah Turun Di Sepertiga Malam Yang Terakhir (Firanda andirja).
Mengimani Sifat Nuzul, Ityan, Maji’ bagi
Allah Ta’ala
Muhammad Umar As Sewed
Tidak Ada Pertentangan Antara Turunnya
Allah Ta'ala Ke Langit Dunia Dan Bersemayam-Nya Di Atas Arasy
Syekh Muhammad Shaleh Al-Munajjid
Turunnya Allah Ke Langit Dunia Pada
Sepertiga Malam Akhir
Silahkan Bandingkan dengan Pemahaman (Muharrif Dan Mukayyif) Aswaja (mutiara zuhud, Zon Jonggol) ?
Allah Turun (Zon Jonggol)
Allah Turun pada setiap malam ke langit
dunia
Turun ke langit dunia pada setiap malam
Larangan Takyiif
al-Muzani menyatakan: Kecerdasan pikiran
makhluk tidak mampu mensifatkanNya (secara menyeluruh dan mendetail).
Secerdas apapun suatu makhluk, tidak akan
mampu akalnya menjangkau kaifiyat Sifat Allah. Ucapan al-Muzani tersebut di
atas menunjukkan larangan menanyakan atau memikirkan kaifiyat (seperti apa atau
bagaimana) Sifat-Sifat Allah.
Di dalam suatu hadits disebutkan:
تفكروا فى خلق الله ولا تفكروا فى الله
Berpikirlah tentang makhluk Allah,
janganlah berpikir tentang (kaifiyat Dzat atau Sifat) Allah (HR arRofi'i,
dihasankan Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami ').
Kadangkala bisikan Syaithan akan
berhembus dalam hati seseorang, sehingga ia memikirkan sesuatu yang batil dan
sangat bertentangan dengan keimanannya. Lalu, bagaimana cara mengatasinya jika
terjadi was-was syaithan semacam itu yang menyelimuti hati kita?
Langkah-langkahnya telah dibimbing oleh
Nabi shollallahu alaihi wasallam:
1. Berkata: Aamantu billaahi wa rosuulihi
(Aku beriman kepada Allah dan Rasul-RasulNya). Atau berkata: Allahu Ahad,
Allaahus Shomad, Lam Yalid wa lam Yuulad wa lam yakun lahu kufwan ahad.
2. Berta'awwudz (memohon perlindungan
kepada Allah dari syaithan) dengan mengucapkan: A'udzu billahi minasy
syaithoonir rojiim.
3. Sedikit meludahi arah kirinya 3 kali.
4. Berhenti dari memikirkan hal itu.
يأتي الشيطان أحدكم فيقول من خلق كذا من خلق كذا
حتى يقول من خلق ربك فإذا بلغه فليستعذ بالله ولينته
Syaiton mendatangi salah seorang dari
kalian kemudian berkata: Siapa yang menciptakan ini..siapa yang menciptakan ini
.. sampai ia berkata: Siapa yang menciptakan Tuhanmu. Jika telah sampai hal
itu, berlindunglah kepada Allah (taawudz) dan berhentilah (HR alBukhari no 3034
dan Muslim no 191).
يأتي الشيطان الإنسان فيقول من خلق السموات فيقول
الله ثم يقول من خلق الأرض فيقول الله حتى يقول من خلق الله فإذا وجد أحدكم ذلك
فليقل آمنت بالله ورسوله
Syaithan mendatangi manusia kemudian
berkata: Siapa yang menciptakan langit? Ia berkata: Allah. Kemudian (syaithan)
berkata: Siapa yang menciptakan bumi. Ia mengatakan Allah. Sampai (Syaithan)
berkata: Siapa yang menciptakan Allah. Jika salah seorang dari kalian mengalami
hal itu, ucapkanlah: Aamantu billahi wa rosuulihi (Aku beriman kepada Allah dan
RasulNya) (HR Ahmad dan atThobarony, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam
Shahihul Jami ').
يوشك الناس يتساءلون بينهم, حتى يقول قائلهم: هذا
الله خلق الخلق, فمن خلق الله عز وجل? فإذا قالوا ذلك, فقولوا: {الله أحد, الله
الصمد, لم يلد, ولم يولد, ولم يكن له كفوا أحد}, ثم ليتفل أحدكم عن يساره ثلاثا,
وليستعذ بالله من الشيطان
Hampir-hampir saja manusia akan saling
bertanya satu sama lain, sampai ada yang mengatakan: Allah menciptakan makhluk.
Siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla? Jika mereka mengatakan demikian
ucapkanlah: Allahu Ahad, Allaahus Shomad, lam yalid walam yuulad, wa lam yakun
lahu kufuwan ahad. Kemudian (sedikit) meludahlah ke kiri 3 kali dan bertaawwudz
(memohon perlindungan kepada Allah) dari syaithan (HR Abu Dawud, anNasaai,
Ibnussunni, Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany).
--------------
Kendari, 18 Syawwal 1438 H / 12 Juli
2017.
Dikutip dari Buku "Akidah Imam
Al-Muzani (Murid Imam Asy-Syafii)"
Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Hafidzahullah.
http://ungarans.blogspot.co.id/2017/07/larangan-takyiif.html?m=0
Keyakinan yang benar seorang muslim
terhadap nama dan sifat Allah adalah sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah rahimahullah: “Termasuk keimanan kepada Allah adalah
beriman terhadap sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya dan
Rasulullah tetapkan untuk Allah tanpa
melakukan tahrif, ta’thil, tamtsil, dan takyif “ (Al
‘Aqidah Al Wasitiyyah).
Tahrif artinya mengubah, baik
mengubah lafaz maupun makna. Namun yang banyak terjadi
adalah tahrif makna. Pelaku tahrif disebut muharrif. Penggunaan
istilah tahrif lebih tepat dan lebih adil. Sebagian ulama
menjelaskan istilah tahrif dengan istilah ta’wil, dan pelakunya
disebut muawwil. Namun penggunaan istilah ta’wil kurang tepat,
yang lebih tepat adalah tahrif. Orang yang melakukan ta’wil tanpa
dalil tidak tepat (ta’wil yang batil) dikatakan muawwil, namun lebih tepat
disebut muharrif. Ta’wil yang tidak didasari dalil merupakan
kebatilan, sehingga wajib menjauhkan hal tersebut dari manusia. Penggunaan
istilah tahrif akan lebih membuat manusia takut dan meninggalkan
perbuatan tersebut daripada penggunaan istilah ta’wil. Ahlussunah wal
jama’ah mengimani nama dan sifat Allah tanpa disertai tahrif.
Takyif artinya menyebutkan tentang kaifiyah (karakteristik) suatu
sifat. Takyif merupakan jawaban dari pertanyaan “bagaimana?”.
Ahlussnunnah wal jama’ah tidak men-takyif sifat Allah. Terdapat
dalil naqli dan dalil ‘aqli yang menunjukkan
larang takyif.Tamtsil adalah menyebutkan sesuatu dengan yang semisalnya.
Takyif dan tamtsil mempunyai makna yang hampir sama, namun terdapat
perbedaan. Takyif lebih umum daripada tamtsil.
Setiap mumatstsil adalah mukayyif, namun tidak
setiap mukayyif adalah mumatstsil. Takyif adalah
menyebutkan bentuk sesuatu tanpa menyebutkan contohnya.
Sumber: