Telah masyhur
di kalangan Ahlus-Sunnah bahwa Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa adalah salah seorang shahabat Nabi yang
berpendapat ‘membolehkan’ nikah mut’ah. Bahkan ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu pernah mengecamnya dengan keras atas pendapatnya
itu, sebagaimana riwayat :
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، حَدَّثَنَا
الزُّهْرِيُّ، عَنِ الْحَسَنِ، وَعَبْدِ اللَّهِ ابني محمد بن علي، عَنْ
أَبِيهِمَا، أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قِيلَ لَهُ: إِنَّ ابْنَ
عَبَّاسٍ " لَا يَرَى بِمُتْعَةِ النِّسَاءِ بَأْسًا، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْهَا يَوْمَ خَيْبَرَ، وَعَنْ
لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ "
Telah
menceritakan kepada kami Musaddad : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin
‘Umar : Telah menceritakan kepada kami Az-Zuhriy, dari Al-Hasan dan ‘Abdullah –
keduanya anak Muhammad bin ‘Aliy - , dari ayahnya : Bahwasannya ‘Aliyradliyallaahu
‘anhu pernah dikatakan kepadanya : ‘Sesungguhnya Ibnu
‘Abbaas berpandangan nikah mut’ah itu tidak apa-apa’. Maka ia (‘Aliy) berkata :
“Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang nikah mut’ah dan daging keledai
peliharaan/jinak pada hari Khaibar” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6961].[1]
وحدثناه عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِيُّ، حدثنا جُوَيْرِيَةُ، عَنْ
مَالِكٍ، بِهَذَا الْإِسْنَادِ، وَقَالَ: سَمِعَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ،
يَقُولُ لِفُلَانٍ: إِنَّكَ رَجُلٌ تَائِهٌ نَهَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin Asmaa’ Adl-Dluba’iy : Telah
menceritakan kepada kami Juwairiyah, dari Maalik dengan sanad ini[2], dan Muhammad bin ‘Aliy mendengar ‘Aliy
bin Abi Thaalib berkata kepada Fulaan (yaitu Ibnu ‘Abbaas) : “Sesungguhnya kamu
itu orang yang bingung. Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kami….dst.” semisal dengan hadits
tersebut [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1407].