Friday, August 28, 2015

Din Syamsuddin, Bukan Syiah Tapi Pembela syiah, Ada Apa ?

Anggota MUI Desak Bahas Syiah, Ini Jawaban Din Syamsuddin
Rabu, 26 Agustus 2015 - 11:34 WIB

Semua Negara yang dimasuki Syiah di seluruh dunia pasti melakukan revolusi dan mengangkat senjata
Harapan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur agar gelaran Musyawarah Nasional (Munas) MUI ke-IX di Surabaya membahas persoalan Syiah mendapat tanggapan Ketua Umum MUI Prof Dr Din Syamsuddin.
Sebelumnya, isu tersebut muncul setelah Din Syamsuddin menyampaikan pandangannya terkait Syiah pada Rapat Paripurna yang dilakukan secara tertutup di Garden Palace Hotel, Senin 24 Agustus kemarin. [Baca: MUI Jatim Desak Munas Bahas Masalah Syiah]
“Saya ini belajar kitab-kitab Syiah, baik dari bahasa Arab maupun bahasa Persia, insya Allah cukup mendalam,” tukas Din kepadahidayatullah.com seusai acara pembukaan di Gedung Grahadi, Selasa (25/08/2015) kemarin. [ mengerti gak ?  ]

Din berkesimpulan, dirinya tidak boleh gegabah dalam mentakfirkan suatu kelompok.
“Saya kemarin di rapat paripurna mengemukakan tentang fatwa dariMajma al-Fiqh al-Islami ad-Du’ali (International Fiqh Academy) di bawah naungan OKI,” papar Din.
Menurut Din, fatwa Majma al-Fiqh al-Islami ad-Du’ali menegaskan untuk tidak boleh ada pengkafiran terhadap Delapan kelompok dalam tubuh umat Islam.
Kedelapan kelompok itu adalah mereka yang mengikut 4 Imam Madzhab (Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hanafi, dan Imam Hambali), 2 dari kelompok Syiah (Ja’fari, dan Zaidi), serta lainnya adalah kelompok Ibadi dan Zohiri. [ madzhab Fiqih, red.lamurkha ]
“Ini fatwa ulama se-Dunia dan sudah dikukuhkan,” tegas Din.
Namun terkait kalangan Syiah lainnya, Din juga menegaskan menolak.
Tapi ada sikap kalangan Syiah yang ekstrim, radikal, dan sinis. Itu tidak bisa ditolerir,” jelasnya.
Meski demikian, Din tetap mengingatkan untuk tidak mudah mentakfirkan, terutama jika menyangkut akidah.
“Jika masuk kelingkaran akidah, kita perlu hati-hati,” ujarnya.
Revolusi Syiah
Semetara Dr. Muhammad Kholid Muslih, MA, Ketua Program Studi Ilmu Akidah Pasca Sarjana UNIDA Gontor yang juga dikenal pakar bidang Syiah membenarkan Majma al-Fiqh al-Islami ad-Du’ali yang disebut Din.
Jebolan Fakultas Ushûluddin Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, dengan disertasi terkait Syiah dan Wilayatul Faqih (Imamah dalam Syiah) yang memiliki pemikiran takfir justru kelompok Syiah.
“Dua hal yang berbahaya dari Syiah itu adalah pemikiran takfiri dantsauroh (revolusi). Dan dua hal ini yang sangat mengancam Indonesia,” ujarnya kepada hidayatullah.com, Rabu (26/08/2015) pagi.
Kholid juga mengatakan, fatwa MUI Jawa Timur Januari 2012, menetapkan ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait) serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah sesat dan menyesatkan. [baca juga: MUI Telah Keluarkan Fatwa Pokok Kesesatan Ajaran Syiah]
Menurut Kholid, mayoritas Syiah di Indonesia adalah pengikut Imamiyah Itsnā Asyariah yang meyakini tsauroh (revolusi). [Baca: Dr. M. Kholid Muslih: Syiah di Berbagai Negara Berpotensi Memberontak]
Menurutnya, semua Negara yang dimasuki Syiah di seluruh dunia pasti melakukan revolusi dan mengangkat senjata. Termasuk temuan aparat Kuwait terbaru terkait Syiah. Cepat dan lambat hal itu akan masuk ke Indonesia, ujarnya mengingatkan pemerintah.
Siang ini, masalah Syiah menjadi bahasan di Sidang Komisi Munas MUI.
Seperti diketahui, saat menyampaikan pandangannya terkait Syiah pada Rapat Paripurna yang dilakukan secara tertutup di Garden Palace Hotel, Senin 24 Agustus, Din mengatakan telah membaca banyak buku tentang Syiah baik versi Arab atau Persia. Ia mengaku yang tidak setuju ajaran Syiah, termasuk masalah Ghadir Khum yang dinilai sudah fabrikasi(akal-akalan). */Yahya G. Nasrullah
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar


Din: Muhammadiyah Keberatan Fatwa Sesat Syiah
Jumat, 7 September 2012
Pengurus Pusat Muhammadiyah menegaskan keberatannya atas fatwa sesat Syiah yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan, fatwa tersebut justru akan memicu tindakan intoleransi yang tidak sesuai dengan semangat Islam.
“Atas dasar apa MUI Jatim mengeluarkan fatwa itu? Baik Sunni maupun Syiah adalah sama-sama Muslim karena masih berada di lingkaran syahadat. Menurut kami, yang mempercayai syahadat itu otomatis Islam, apa pun mazhabnya,” ujar Din, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (6/9/2012) malam.
Menurutnya, baik Syiah maupun Sunni pasti mempunyai keunggulan dan kekurangan. Kedua hal itu, lanjutnya, harus disikapi dengan mengedepankan rasa saling menghargai dan toleransi satu sama lain. Kemunculan dua mazhab itu, kata Din, setelah Nabi Muhammad SAW sehingga dapat dipandang sebagai pandangan kritis dalam memaknai Islam. Oleh karena itu, menurutnya, hal itu tidak perlu dipertentangkan.
“Hal yang perlu diingat adalah bagimu pendapatmu dan bagiku pendapatku, mari kita bertoleransi,” kata Din.
Ia pun berharap fatwa tersebut dapat dicabut.
Sebelumnya, MUI Jatim tetap pada pendirian tidak akan mencabut fatwa sesat Syiah dengan nomor keputusan 01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tentang kesesatan ajaran Syiah di Indonesia. Alasannya, fatwa itu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ajaran Syiah. MUI Jatim berdalih fatwa tersebut sebenarnya untuk memperkuat fatwa MUI Pusat tahun 1984. Dalam fatwa itu, MUI menegaskan agar masyarakat mewaspadai aliran Syiah.
MUI Jatim turut berpendapat, seorang presiden pun tidak memiliki kuasa mencabut fatwa kesesatan Syiah.
“Bahkan Presiden pun tidak bisa mencabut fatwa kesesatan Syiah,” tegas Sekretaris MUI Jawa Timur, M Yunus, Kamis (6/9/201
(nahimunkar.com)

MUI Bahas Syiah Dimunas, Ada Apa?
Rabu, 26 Agustus 2015, 08:40 WIB
Persoalan syiah menjadi salah satu isu besar yang bakal dibahas para ulama dalam Munas IX Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Surabaya.

Ketua Umum MUI Din Syamsudin mengatakan, masalah Syiah ini penting dibahas. Karena di kalangan ulama ini terdapat perbedaan pendapat.
Bahkan besar sekali yang mengajukan sikap anti-Syiah. Sehingga kelompok Syiah pun tidak diundang. “Ada yang menolak, bahkan juga ada yang menolak satu ormas Islam lain untuk tidak boleh ikut,” jelasnya, di Surabaya, Rabu (26/8).
Terkait hal ini, Din mengaku bersedih. Ia sangat menginginkan MUI menjadi tenda besar, baik bagi kelompok yang telah bergabung dengan ormas Islam maupun yang belum. Termasuk syiah, karena MUI ini merupakan wadah musyawarah. Bahkan terkait sikap itu,

Din sendiri mengaku sempat dituduh syiah. Menurutnya semua pihak jangan gegabah menafsirkan. Dalam rapat paripurna Din mengaku menyampaikan ada fatwa dari majma’ al Fiqh al Islami International Fiqh Academy di bawah naungan Organisasi Konfrensi Islam internasional (OKI).

Dalam fatwa nomor 152 menegaskan tidak boleh ada pengkafiran terhadap delapan kelompok umat Islam. Empat di antaranya merupakan mazhab yang sudah umum dikenal selama ini (Imam Syafi’i, Maliki, Hambali dan Imam  Hanafi), dua dari kalangan syiah (syiah Ja’fari dan syiah Zaidi) serta dua lagi mazhab Ibadhi dan Zahiri.
Bahkan juga sudah dikukuhkan oleh majma’ al Buhuts al Islamiyah di Al Azhar dan juga oleh konfrensi al muktamarul aam dari tokoh Islam sedunia di Amman yang intinya mendukung fatwa majma’ fikih internasional.
“Tetapi, bahwa kemudian ada sikap kalangan Syiah yang ekstrim dan radikal tentu hal itu tidak dapat ditoleransi,” tegasnya.


K.H. Athian Ali M. Da’i, Lc, MA : Syiah Ajaran Sesat dan Bukan Mazhab dalam Islam

PRESS RELEASE
1. Bahwa aktivitas gerakan sesat Syi’ah kini terasa semakin meningkat dan berani sehingga  kewaspadaan dan antisipasi bersama perlu ditingkatkan pula;
2. Bahwa gerakan sesat Syi’ah memiliki strategi ambivalen, di satu sisi menampilkan diri kepada masyarakat umum seolah-olah menjadi bagian dari madzhab Islam yang harus ditoleransi perbedaannya (dengan menyembunyikan sikap dendam dan kebencian–taqiyah), namun di sisi lain kepada kader-kader dan obyek da’wah penyesatannya ditanamkan doktrin militan pemujaan Ali Ra dan penghinaan kepada sahabat-sahabat serta istri-istri Nabi.
3. Bahwa gerakan sesat Syi’ah di Indonesia kini sudah semakin kuat dan mulai memasuki marhalah idhar berani tampil membuka baju dan membusungkan dada menyatakan “kami Syi’i”, merayap memasuki ranah politik dengan menyusupkan pimpinan dan kader-kadernya di lembaga-lembaga politik strategis.
4. Bahwa aksi-aksi melalui berbagai perayaan keagamaan Syi’ah seperti hari asyuro, iedul ghadir k hum,  haul-haul maupun diskusi dan seminar-seminar terbuka menunjukkan rasa percaya yang tinggi bahwa gerakan sesat Syi’ah telah mendapat dukungan elemen-elemen penting seperti dana, jaringan politik, media, serta dukungan global.
5. Bahwa toleransi dan pembiaran politik terhadap perkembangan Syi’ah hanya merupakan bom waktu bagi terjadinya proses radikalisasi. Syi’ah yang menguat akan menjadi kekuatan radikal yang menafikan faham yang berbeda. Sementara itu penguatan Syi’ah pun akan mendapat reaksi nyata yang tak akan kalah radikalnya. Konflik horizontal yang memecah belah bangsa sangat potensial terjadi akibat toleransi, salah persepsi, serta pembiaran perkembangan faham sesat Syi’ah ini. Pencegahan dan penindakan merupakan suatu keniscayaan.
6. Bahwa fenomena gerakan ISIS yang disorot dan direaksi habis-habisan sebenarnya hanya konsekuensi dari sikap radikal Syi’ah yang berkuasa di Syria dan Irak. Masyarakat dan bangsa Indonesia yang khawatir akan munculnya kekuatan ISIS harus mulai mengarahkan pandangan pula kepada faham sesat Syi’ah yang semakin menguat dan merajalela ini.  Deklarasi anti ISIS harus berbanding lurus dengan deklarasi-deklarasi anti Syi’ah.
7. Bahwa Rekomendasi Rakernas MUI tanggal 14 Agustus 2014 yang meminta masyarakat untuk mewaspadai penyimpangan gerakan sesat Syi’ah Rafidhah, Ahmadiyah, Millah Abraham, Jaringan Islam Liberal, dan aliran radikal lain kiranya patut untuk didukung dan disosialisasikan secara serius. Khusus mengenai Syi’ah Rafidhah maka sudah pada tempatnya anjuran kewaspadaan MUI ini mesti ditingkatkan menjadi Fatwa yang lebih tajam dan  langkah aksi yang lebih berdaya guna.
8. Bahwa dukungan politik, dana, dan lobby negara Republik Iran terhadap pengembangan Syi’ah di Indonesia tak dapat dipungkiri. Sikap ini di samping dinilai mencampuri urusan negara dan bangsa Indonesia juga dapat dikualifikasikan merusak tatanan masyarakat yang relatif stabil dan rukun. Jika intensitas fasilitasi dan dukungan semakin masif, maka perlu dikaji ulang manfaat hubungan diplomatik antara kedua negara ini. Pemutusan hubungan menjadi opsi yang perlu dipertimbangkan.
9. Bahwa Pemerintahan Indonesia yang baru  patut untuk memperhatikan persoalan penting ummat tentang gerakan sesat Syi’ah yang sangat potensial menjadi bahaya laten. Karenanya perlu penyiapan perangkat kekuasaan untuk mengantisipasinya baik melalui diplomasi, kebijakan-kebijakan, jaringan intelejen hingga pada penindakan hukum. Kerjasama dengan organisasi-organisasi Islam untuk menyelamatkan bangsa dari kekacauan yang ditimbulkan oleh gerakan Syi’ah merupakan langkah terpenting.
10. Bahwa biaya sosial untuk menata kembali kehidupan keagamaan ke keadaan “Indonesia tanpa Syi’ah” akan lebih murah jika dilakukan saat ini juga sebagai langkah antisipasi dini. Akan sangat mahal jika dilakukan nanti setelah fakta gerakan sesat Syi’ah sudah semakin besar, kuat, dan mengakar. Karenanya semua fihak sudah seharusnya memiliki kepekaan dan kepedulian tinggi akan bahaya Syi’ah yang jelas-jelas merupakan candu (narkotika) bagi generasi muda kita. Ulama dan Pemerintah berada di garis depan perjuangan menyelamatkan masyarakat, bangsa, dan negara dari bahaya Syi’ah.

Bertitik tolak dari berbagai fakta tersebut di atas, sekaligus sebagai realisasi dari amanah Musyawarah Ulama pasca Deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah yang diselenggarakan  pada 20 April 2014, dengan ini kami mendesak Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat agar segera :

Pertama : Mengeluarkan Fatwa sesatnya ajaran Syiah dan bahwasanya Syiah bukan mazhab dalam Islam.
Kedua : Mendesak Pemerintah agar segera melarang penyebaran faham dan ajaran Syiah, serta mencabut izin dari seluruh organisasi, yayasan, dan lembaga yang terkait dengan ajaran Syiah di seluruh Indonesia.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan bagi upaya kita dalam membentengi aqidah ummat
Bandung, 26 Agustus 2014
Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS),

K.H. Athian Ali M. Da’i, Lc, MA
Ketua Harian


Tardjono Abu Muas
Sekretaris


Artikel terkait :
Penodaan Syiah Terhadap Mazhab Fikih Ja’fari [ dibahas tuntas masalah Risalah aman ]
Syi’ah Itu Sesat Juragan (Sebuah Masukan untuk Bapak Profesor Umar Syihab dan Bapak Profesor Din Syamsuddin)
Sekali Lagi, Din Syamsuddin Nggak Ngerti Syi’ah?
Bukti Nyata Kepalsuan Mazhab Syiah
Apakah Syiah Dikategorikan Sebagai Orang Kafir
Malaysia Negeri Ahlussunnah Wal Jama’ah Berfiqih Imam Syafi’I Akan Gabung Saudi ( Wahhabi ) Lawan Pemberontak Syiah di Yaman , Bagaimana Indonesia ? Masya Allah wa Alḥamdulillāh . Hanya Syi'ah/Munafiqun yang tidak mendukung Saudi !
ROL Republika Disebut Media ‘Berbau’ Syiah