Hasyim Muzadi: Indonesia
Dorong Perdamaian Saudi-Iran
Januari
08, 2016
Depok Beritalima.Com
Konflik Negara Arab Saudi dan Iran kian
memanas, terlebih pasca dijatuhinya hukuman Ulama Syiah oleh Saudi. Menanggapi
hal itu, Dewan Pertimbangan Presiden RI KH. Hasyim Muzadi menilai sangat baik
kalau Indonesia ikut berusaha mendorong perdamaian Saudi – Iran. Pasalnya,
upaya itu sesuai dengan preambul UUD 45 perihal ikut
menyelenggarakan perdamaian dunia.
Namun, lanjutnya, yang lebih pokok adalah perlunya Indonesia mengatur langkah kongkrit guna mengamankan NKRI dari kemungkinan dampak pertikaian itu. (08/01/2015)”Sangat baik Indonesia mendorong perdamain dua negara itu (Saudi dan Iran- red). Meski begitu, ya harus mengamankan NKRI sendiri,”ujarnya.
Namun, lanjutnya, yang lebih pokok adalah perlunya Indonesia mengatur langkah kongkrit guna mengamankan NKRI dari kemungkinan dampak pertikaian itu. (08/01/2015)”Sangat baik Indonesia mendorong perdamain dua negara itu (Saudi dan Iran- red). Meski begitu, ya harus mengamankan NKRI sendiri,”ujarnya.
Waspadai Indonesia Jadi “Ring”
Pertempuran Dua Kepentingan
Sekjen ICIS ini menilai
Saudi dan Iran adalah dua kutub ideologi (Wahaby, Sunny dan syiah ) yang
masing-masing kutub punya pendukung trans nasionalnya. Ia mengungkapkan,
sejumlah Negara seperti Sudan, Kuwait, Malaysia dan Brunei
Darussalam misalnya akan segera mendukung Saudi. Pasalnya,
Negara-negara tersebut melarang Syiah di negaranya masing-masing.
Sedangkan Iraq, Syria, Libanon dan Yaman utara, kemungkinan akan
mendukung Iran ( ??! Syria : Syiah 12% Penguasanya ompong; Lebanon : Mayoritas Sunni Pro saudi; Yaman Utara hanya menguasai 20 % wilayah ; Irak : Menderita tiada tara menghadapi Sunni ! ) Sedangkan di Indonesia, lajutnya, dua aliran yang
menjadi musuh bebuyutan ini banyak sekali aktivis dan
jaringannya. Sehingga, yang diperlukan bagaimana Indonesia
tidak menjadi ” ring” pertempuran dua kepentingan ini.
Menurutnya, selama pertentangan ideologi
(wahabi-syiah) itu masih dalam kerangka wacana, akibatnya akan terbatas pada
pertentangan Psycho Sosial. Namun, apabila kemudian bersentuhan
dengan politik, perebutan kekuasaan, apalagi menjadi bagian dari pertentangan
global dan campur tangan Negara-negara super power , eskalasinya bisa jadi
lain. Dikatakannya, masalah ideologi visioner Islam itu akan tenggelam
berganti dengan kepentingan politik, hegemoni ekonomi,
kepentingan-kepentingan kawasan dsb. Jadi, lanjutnya. tidak lagi
bisa disebut semata masalah ideologi tetapi memang bermula dari ideologi .
“Perang terbuka bisa terjadi di
Indonesia seperti di Iraq dan Syria pada waktunya kalau kita tidak
waspada. Kerapuhan ketahanan Nasional kita baik intern maupun menghadapi
serangan dari luar , pelaksanaan HAM yang melebihi ukuran, liberalisasi
politik/ekonomi serta budaya, kegaduhan sesama pembesar, tentu melengkapi
kerawanan yang bisa terjadi,”paparnya.
Mantan Ketua PBNU ini mengungkapkan, Indonesia
harus memperkuat ideologi pancasila yang sekarang mulai remang-remang.
Penegakan pancasila tidak cukup dengan himbauan, namun harus
dengan sistem kenegaraan yang menjamin tegaknya pancasila serta dukungan
rakyat. Yaitu: melalui visi keagamaan yang sinergi dengan pancasila
dan dianut mayoritas bangsa Indonesia yakni ahlusunah waljamaah.
Menurutnya, Ahlussunah waljamah yang selama ini dianut NU dan
muhammadiyah dll, telah terbukti dapat mempersatukan Indonesia
sepanjang sejarah. Untuk itu, NU/Muhamadiyah harus dijaga agar tidak disusupi
atau digerogoti ideologi non ahlussuna wal jamaah. Pasalnya, pasti memecahbelah
dan pada gilirannya akan merusak NKRI. ( menunjukan tidak faham apa itu ahlus sunnah, perlu kebersihan hati )
“Untuk pertikaian Saudi-Iran, yang bisa menyelesaikan
adalah Amerika dan Rusia. Dalam konteks PBB tentu kita ikut
mendorong, namun selebihnya kita perkuat indonesia,”harapnya.(Yp)
Konflik Arab Saudi-Iran, Hasyim Muzadi: Indonesia Bisa Dorong
Perdamaian
Jumat, 08 Januari
2016 01:50 WIB Depok,
Anggota
Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Hasyim Muzadi, menilai sangat baik
jika Indonesia ikut berusaha mendorong perdamaian antara Arab Saudi dan Iran
yang saat ini tengah bersitegang.
"Sangat baik jika Indonesia mendorong perdamaian dua negara itu. Tetapi
kita harus mengamankan NKRI sendiri," kata Hasyim di Depok, Jawa Barat
(Jabar), seperti dikutip Antara, Kamis (7/1/2016).
Dia mengatakan upaya perdamaian itu sesuai dengan mukadimah UUD 45 perihal ikut
menyelenggarakan perdamaian dunia, namun yang lebih pokok adalah Indonesia
perlu mengatur langkah nyata dalam mengamankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dari kemungkinan dampak pertikaian itu.
Menurut mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, Indonesia harus
memperkuat ideologi Pancasila dengan tidak cukup dengan himbauan, namun harus
dengan sistem kenegaraan yang menjamin tegaknya Pancasila dan dukungan rakyat.
"Melalui visi keagamaan yang sinergi dengan Pancasila dan dianut mayoritas
bangsa Indonesia yakni ahlusunah waljamaah," ujarnya.
Hasyim menyebut Ahlussunah waljamah yang selama ini dianut NU dan
Muhammadiyah dan lainnya, terbukti dapat mempersatukan Indonesia sepanjang
sejarah. Untuk itu, NU dan Muhamadiyah harus dijaga agar tidak disusupi atau
digerogoti ideologi non Ahlussuna wal jamaah.
Dia menilai yang bisa menyelesaikan konflik Saudi-Iran adalah Amerika Serikat
(AS) dan Rusia, namun mengingatkan Indonesia bisa menjadi `ring`
pertempuran dua kepentingan karena Saudi dan Iran, antara kutub Sunni Wahabi
dengan Syiah.
Hasyim juga mengungkapkan, sejumlah negara seperti Sudan, Kuwait, Malaysia dan
Brunei Darussalam segera mendukung Saudi. Negara-negara ini melarang Syiah.
Sebaliknya, Irak, Suriah, Lebanon dan Yaman mendukung Iran.
"Yang diperlukan bagaimana Indonesia tidak menjadi `ring` pertempuran dua
kepentingan ini," tukas Hasyim.
(adt)
(adt)
Erdogan: Rezim Suriah Bukanlah
Pemerintah yang Sah
January 11, 2016
Presiden
Turki Recep Tayyip Erdogan mengejek klaim presiden Rusia bahwa ia telah
memasuki Suriah karena permintaan rezim Suriah, Anadolu Agency melaporkan.
Erdogan membuat pernyataan yang ditujukan
kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa “rezim yang ada saat ini di Suriah
bukanlah pemerintah yang sah.”
Dia
bertanya kepada Putin: “Mengapa Anda memasuki Georgia di masa lalu. Apakah
karena pemerintahnya meminta Anda untuk melakukannya. Dan apa akhirnya yang
telah Anda lakukan dengan negara itu ?”
Presiden Turki menambahkan: “Kami
berjuang memerangi ISIS di Suriah, dan saya menegaskan bahwa Rusia tidak
berjuang memerangi ISIS melainkan berjuang memerangi pasukan oposisi yang
melawan ISIS dan menentang Assad.”
“Rusia sengaja menargetkan saudara kami,
Turkmen,” lanjutnya.
Erdogan sebelumnya bertemu dengan delegasi yang mewakili Turkmen Suriah
membahas perkembangan yang terjadi di daerah mereka.
Orient News