Monday, January 11, 2016

Hasyim Muzadi, Menghimbau Perdamaian Saudi-Majusyiah Iran, Pada Saat Yang Sama Menunjukan Kebusukan/Kebencian Hatinya Sampai Keubun-Ubun Terhadap Wahabi/Saudi dan memecah belah Ahlussunah waljamah di Indonesia ? Ciri-Ciri Orang Munafik ! Silahkan Bantah Artikel/Bahasan Terkait Wahabi Dilamurkha.

Hasil gambar untuk hasyim muzadi syiah

Hasyim Muzadi: Indonesia Dorong Perdamaian Saudi-Iran
Januari 08, 2016
Depok Beritalima.Com
Konflik Negara Arab Saudi  dan Iran kian memanas, terlebih pasca dijatuhinya hukuman Ulama Syiah oleh Saudi. Menanggapi hal itu, Dewan Pertimbangan Presiden RI KH. Hasyim Muzadi menilai sangat baik kalau Indonesia ikut berusaha mendorong perdamaian Saudi – Iran. Pasalnya, upaya itu   sesuai dengan  preambul UUD  45 perihal ikut menyelenggarakan perdamaian dunia.
    
Namun, lanjutnya,   yang lebih pokok adalah perlunya Indonesia mengatur langkah kongkrit guna  mengamankan NKRI dari kemungkinan dampak pertikaian itu. (08/01/2015)”Sangat baik Indonesia mendorong perdamain dua negara itu (Saudi dan Iran- red). Meski begitu, ya harus mengamankan NKRI sendiri,”ujarnya.

Waspadai   Indonesia Jadi “Ring” Pertempuran Dua Kepentingan
Sekjen ICIS ini  menilai   Saudi dan  Iran adalah dua kutub ideologi (Wahaby, Sunny dan syiah ) yang masing-masing  kutub punya pendukung trans nasionalnya. Ia mengungkapkan, sejumlah Negara seperti Sudan,  Kuwait, Malaysia dan Brunei Darussalam  misalnya akan segera mendukung Saudi.  Pasalnya,  Negara-negara  tersebut melarang  Syiah di negaranya masing-masing. Sedangkan Iraq, Syria, Libanon dan Yaman utara, kemungkinan akan  mendukung Iran ( ??! Syria : Syiah 12% Penguasanya ompong; Lebanon : Mayoritas Sunni Pro saudi; Yaman Utara hanya menguasai 20 % wilayah ; Irak : Menderita tiada tara menghadapi Sunni ! ) Sedangkan di Indonesia, lajutnya, dua aliran yang menjadi  musuh bebuyutan ini   banyak sekali aktivis dan jaringannya.  Sehingga,  yang  diperlukan bagaimana Indonesia tidak menjadi ” ring” pertempuran dua kepentingan ini.
Menurutnya,  selama pertentangan ideologi (wahabi-syiah) itu masih dalam kerangka wacana, akibatnya akan terbatas pada pertentangan Psycho Sosial.  Namun,  apabila kemudian bersentuhan dengan politik, perebutan kekuasaan, apalagi menjadi bagian dari pertentangan global dan campur tangan Negara-negara super power , eskalasinya bisa jadi lain. Dikatakannya,  masalah ideologi visioner Islam itu akan tenggelam berganti dengan kepentingan politik, hegemoni ekonomi, kepentingan-kepentingan  kawasan dsb. Jadi, lanjutnya.  tidak lagi bisa disebut semata masalah ideologi tetapi memang bermula dari ideologi .
“Perang terbuka  bisa  terjadi di Indonesia seperti di Iraq dan Syria  pada waktunya  kalau kita tidak waspada. Kerapuhan ketahanan Nasional kita baik intern maupun menghadapi serangan dari luar , pelaksanaan HAM yang melebihi ukuran, liberalisasi politik/ekonomi serta budaya, kegaduhan sesama pembesar,  tentu melengkapi kerawanan yang bisa terjadi,”paparnya.
Mantan Ketua PBNU ini mengungkapkan, Indonesia harus memperkuat ideologi pancasila yang sekarang mulai remang-remang. Penegakan pancasila tidak cukup dengan  himbauan,  namun harus dengan  sistem kenegaraan yang menjamin  tegaknya pancasila serta dukungan rakyat. Yaitu:  melalui visi keagamaan yang sinergi dengan pancasila dan  dianut mayoritas bangsa Indonesia yakni ahlusunah waljamaah.  Menurutnya, Ahlussunah waljamah  yang selama ini dianut NU dan muhammadiyah dll, telah terbukti dapat  mempersatukan Indonesia  sepanjang sejarah. Untuk itu, NU/Muhamadiyah harus dijaga agar tidak disusupi atau digerogoti ideologi non ahlussuna wal jamaah. Pasalnya, pasti memecahbelah dan pada gilirannya akan merusak NKRI. ( menunjukan tidak faham apa itu ahlus sunnah, perlu kebersihan hati )
“Untuk pertikaian Saudi-Iran, yang bisa menyelesaikan adalah Amerika dan Rusia.  Dalam konteks PBB  tentu kita ikut mendorong,   namun selebihnya kita perkuat indonesia,”harapnya.(Yp)

Konflik Arab Saudi-Iran, Hasyim Muzadi: Indonesia Bisa Dorong Perdamaian

Jumat, 08 Januari 2016 01:50 WIB Depok,
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Hasyim Muzadi, menilai sangat baik jika Indonesia ikut berusaha mendorong perdamaian antara Arab Saudi dan Iran yang saat ini tengah bersitegang.


"Sangat baik jika Indonesia mendorong perdamaian dua negara itu. Tetapi kita harus mengamankan NKRI sendiri," kata Hasyim di Depok, Jawa Barat (Jabar), seperti dikutip Antara, Kamis (7/1/2016).


Dia mengatakan upaya perdamaian itu sesuai dengan mukadimah UUD 45 perihal ikut menyelenggarakan perdamaian dunia, namun yang lebih pokok adalah Indonesia perlu mengatur langkah nyata dalam mengamankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari kemungkinan dampak pertikaian itu.

Menurut mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, Indonesia harus memperkuat ideologi Pancasila dengan tidak cukup dengan himbauan, namun harus dengan sistem kenegaraan yang menjamin tegaknya Pancasila dan dukungan rakyat.

"Melalui visi keagamaan yang sinergi dengan Pancasila dan dianut mayoritas bangsa Indonesia yakni ahlusunah waljamaah," ujarnya.

Hasyim menyebut Ahlussunah waljamah yang selama ini dianut NU dan Muhammadiyah dan lainnya, terbukti dapat mempersatukan Indonesia sepanjang sejarah. Untuk itu, NU dan Muhamadiyah harus dijaga agar tidak disusupi atau digerogoti ideologi non Ahlussuna wal jamaah.

Dia menilai yang bisa menyelesaikan konflik Saudi-Iran adalah Amerika Serikat (AS) dan Rusia, namun mengingatkan Indonesia bisa menjadi  `ring` pertempuran dua kepentingan karena Saudi dan Iran, antara kutub Sunni Wahabi dengan Syiah.

Hasyim juga mengungkapkan, sejumlah negara seperti Sudan, Kuwait, Malaysia dan Brunei Darussalam segera mendukung Saudi. Negara-negara ini melarang Syiah. Sebaliknya, Irak, Suriah, Lebanon dan Yaman mendukung Iran. 

"Yang diperlukan bagaimana Indonesia tidak menjadi `ring` pertempuran dua kepentingan ini," tukas Hasyim.
(adt)


Erdogan: Rezim Suriah Bukanlah Pemerintah yang Sah

January 11, 2016
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengejek klaim presiden Rusia bahwa ia telah memasuki Suriah karena permintaan rezim Suriah, Anadolu Agency melaporkan.
Erdogan membuat pernyataan yang ditujukan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa “rezim yang ada saat ini di Suriah bukanlah pemerintah yang sah.”
Dia bertanya kepada Putin: “Mengapa Anda memasuki Georgia di masa lalu. Apakah karena pemerintahnya meminta Anda untuk melakukannya. Dan apa akhirnya yang telah Anda lakukan dengan negara itu ?”
Presiden Turki menambahkan: “Kami berjuang memerangi ISIS di Suriah, dan saya menegaskan bahwa Rusia tidak berjuang memerangi ISIS melainkan berjuang memerangi pasukan oposisi yang melawan ISIS dan menentang Assad.”
“Rusia sengaja menargetkan saudara kami, Turkmen,” lanjutnya.
Erdogan sebelumnya bertemu dengan delegasi yang mewakili Turkmen Suriah membahas perkembangan yang terjadi di daerah mereka.

Orient News