Sunday, May 22, 2016

Rahasia Kotor Iran Terbongkar Merencanakan Kegiatan Teroris Selama Haji. Mereka Berusaha meyakinkan Warga Iran Kunjungan Ke Tempat-Tempat Keagamaan Di Irak, Khususnya Najaf Dan Karbala, Dapat Menggantikan Haji Di Arab Saudi.

JEDDAH: Terlepas dari kenyataan bahwa penyidikan masih berlangsung, keterlibatan Iran dalam perencanaan kegiatan teroris selama haji telah ditunjukkan dengan pengakuan Kantor urusan haji Iran.
Pada persidangan 30 warga Saudi, satu warga Afghanistan dan satu warga Iran, dengan tuduhan menjadi anggota kelompok mata-mata yang berkaitan dengan intelijen Iran. Bukti dari sejumlah plot Iran untuk mengacaukan keamanan KSA, menciptakan kerusuhan dan menyebarkan kekacauan selama haji juga telah nampak titik terangnya.
Menurut laporan dalam publikasi mdia lokal, salah satu terdakwa telah mengirimkan pesan audio kepada pemimpin Iran Ali Khamenei meminta dukungan keuangan untuk mendirikan pusat Syiah khusus di Makkah. Pusat Syiah ini akan digunakan untuk memicu hasutan dan sektarianisme, dan memberikan informasi penting tentang musim haji kepada intelijen Iran. Pusat Syiah akan dibantu oleh intelijen Iran yang bekerja di OKI.
Pengakuan ini semakin menambah keyakinan bahwa Iran tidak akan menghentikan upaya jahatnya untuk mengeksploitasi haji dengan menyebarkan perselisihan dan slogan perrmusuhan. Ini dirancang untuk memecah umat Islam seperti yang telah ditunjukkan dalam pengadilan tentang pertemuan-pertemuan lain antara anggota kelompok dan Khamenei.
Iran tidak akan ragu menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan jahat selama haji dengan menghasut perselisihan sektarian. Iran telah mengadakan pertemuan rahasia dengan para pengikutnya di Lebanon, khususnya organisasi teroris Hizbullat, untuk merencanakan kejahatan selama musim haji bahkan jika rencana itu menyebabkan jatuh korban yang tak berdosa dan kerugian harta benda.
Teheran telah mencoba menggunakan koresponden Al-Alam channel yang memiliki kantor pusat di Teheran. Koresponden ini beroperasi di beberapa daerah KSA seperti yang diakui oleh salah satu terdakwa kelompok mata-mata. Tujuannya adalah untuk mendistorsi citra KSA, mendukung aksi protes, mengganggu aktivitas dan menyebabkan kekacauan selama haji.
Al-Alam channel mendukung pelatihan sejumlah anggota mata-mata dalam hal penggunaan komputer, kamera, laporan terenkripsi, dan mengirim fotografi intelijen tentang pelaksanaan Haji, situs militer dan pidato resmi. Ini semua telah terbukti dengan sangat jelas. Kelompok mata-mata tersebut juga menunjukkan upaya serius Iran untuk mendapatkan informasi rahasia tentang instalasi pertahanan KSA, yang dapat mempengaruhi keamanan nasional, persatuan dan keamanan Arab Saudi dan angkatan bersenjatanya.
Sejumlah anggota kelompok membenarkan pertemuan mereka dengan Khamenei, dalam koordinasi dengan intelijen Iran, dan mengakui upaya mereka untuk melakukan kegiatan yang merusak kepentingan KSA, dan terhadap fasilitas ekonomi penting di negara ini, mengganggu perdamaian dan keamanan, mengancam kesatuan sosial dengan menyebarkan kekacauan, kebencian dan kegiatan memusuhi KSA.
Sebagian besar anggota kelompok ini melakukan perjalanan ke Iran dan Lebanon, mengadakan pertemuan dengan agen intelijen Iran dan menerima pelatihan spionase. Pertemuan mereka diselenggarakan di sejumlah lokasi yang berbeda.
Meskipun upaya Iran telah mengguncang perdamaian dan keamanan negara-negara GCC, khususnya KSA, telah ada koordinasi antara kepala intelijen dan Kementerian Dalam Negeri yang menyebabkan suksesnya penangkapan agen dari jaringan mata-mata Iran.
Kementerian dalam negeri mengumumkan bahwa penangkapan dilakukan dalam operasi keamanan terkoordinasi dalam empat wilayah Arab Saudi: Makkah, Madinah, Riyadh dan Provinsi Timur.
Pernyataan itu mengatakan bahwa yang ditahan adalah agen mata-mata kontak dengan intelijen Iran dan telah mengumpulkan informasi tentang instalasi vital di Arab Saudi.
Arab News

Politisasi Haji, Iran meyakinkan warganya bahwa Najaf dan Karbala bisa menggantikan Mekkah

May 21, 2016
JEDDAH: Grand Mufti Arab Saudi, Sheikh Abdul Aziz Al-Asheikh mengecam Iran dan menyatakan bahwa Iran telah mencari keuntungan politik dari haji selama 30 tahun terakhir.
Dalam sebuah wawancara telepon dengan harian lokal yang diterbitkan pada Jumat, Al-Asheikh menyebut pemerintah Iran sebagai “Musuh Rumah Allah dan Rasulullah saw.”
Teheran menciptakan “kebohongan” bahwa KSA telah mencegah jamaah dari Iran untuk menjalankan haji. Perjanjian yang harus ditandatangani delegasi urusan haji Iran minggu lalu adalah wajib bagi semua bangsa, Al-Asheikh menyatakan.
Dia mengatakan Iran telah bertanggung jawab untuk beberapa usaha yang menimbulkan masalah di Masjidil Haram selama bertahun-tahun . “Berapa banyak kesalahan dan pelanggaran telah dilakukan?” Dia mengatakan bahwa demonstrasi yang didalangi oleh Iran di Makkah pada tahun 1987 telah mengancam keselamatan orang-orang yang tidak bersalah.
Al-Asheikh mengatakan Teheran sedang berusaha untuk “mencemarkan nama baik” KSA dalam upaya yang menimbulkan kerugian pada rakyatnya sendiri, yang sekarang tidak dapat melaksanakan ibadah haji. Arab Saudi selama ini telah menjalankan tugasnya melayani jamaah di Dua Masjid Suci, katanya.
Sementara itu, anggota oposisi Iran, Aref Bawa Jani, kepala Partai Kurdistan Sirbitz, mengutuk pemerintah Teheran kerena telah melakukan upaya dengan menggunakan isu agama untuk menghasut ketegangan.
Dia mengatakan rezim Iran telah menggunakan metode ini pada tahun 1987 ketika mengirim kelompok khusus ke Makkah untuk membuat masalah selama haji. Itu adalah bagian dari upaya Iran untuk memicu perpecahan di antara negara-negara dan melancarkan tujuan ekspansionis, ungkap Aref Bawa Jani.
Dia mengatakan kebijakan dalam dan luar negeri pemerintah Iran ditujukan untuk menciptakan masalah antara Syiah dan Sunni. Mereka juga berusaha untuk membuat warga Iran percaya bahwa kunjungan ke tempat-tempat keagamaan di Irak, khususnya Najaf dan Karbala, dapat menggantikan haji di Arab Saudi.
Iran juga mendapat kecaman dari Sheikh Saleh bin Abdullah bin Hameed di Masjidil Haram di Makkah selama khotbah Jumat-nya, yang mengatakan bahwa umat Islam harus waspada terhadap mereka yang berusaha untuk “menciptakan malapetaka” dengan kedok ibadah haji.
“Ketika Muslim melakukan perjalanan ke negara ini sebagai peziarah mereka mewakili kesatuan mereka dan melupakan perbedaan mereka. Mereka mengakui bahwa tanah suci bukanlah tempat untuk menunjukkan perbedaan mereka dan memenuhi kepentingan kelompok, “katanya.
Dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi Saudi,  Sheikh Saleh menyebut Iran sebagai “agresor” yang mencoba untuk mengeksploitasi haji untuk mengalihkan perhatian “dari penderitaan” di negara mereka sendiri.
“Mereka ingin mengambil keuntungan dari musim ibadah dan pertemuan umat Islam dan tempat-tempat suci untuk kepentingan politik, untuk menciptakan malapetaka dan menyebabkan kekacauan, dan yang mengarah ke perpecahan dan menabur perselisihan,” kata imam Masji al Haram, yang juga penasihat ke Saudi Royal Court.
Pada tanggal 12 Mei, Iran mengatakan negaranya akan melewatkan haji tahunan pada bulan September tahun ini dan menuduh Arab Saudi melakukan “sabotase.” Riyadh memutuskan hubungan dengan Teheran setelah demonstran membakar kedutaan dan konsulat setelah pelaksanaan eksekusi atas teroris Syiah di Arab Saudi.
Dalam dialog pertama sejak pemutusan hubungan, delegasi dari Teheran mengadakan empat hari pembicaraan di Arab Saudi bulan lalu yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan bagi Iran untuk memfasilitasi warganya yang akan beribadah haji. Tapi pembicaraan menemui jalan buntu.
Di antara poin pertentangan, Iran dituntut untuk mampu menahan diri untuk tidak melakukan ritual mereka, termasuk protes dengan meneriakkan “Matilah Amerika, kematian untuk Israel,” menurut pernyataan dari Kementerian Haji dan Umrah Saudi yang dimuat oleh sebuah koran lokal.
“Meneriakkan slogan-slogan dan pertemuan dan bergerombol yang bukan bagian dari ibadah, bukan sesuatu yang diperintahkan Allah atau Nabi,” kata Hameed. “Dan adalah kebijakan KSA untuk tidak membiarkan siapa pun atau lembaga apapun untuk mengutak-atik keamanan tempat-tempat suci atau keamanan para jamaah lainnya,” katanya.
Arab News