JEDDAH: Terlepas dari kenyataan bahwa
penyidikan masih berlangsung, keterlibatan Iran dalam perencanaan kegiatan
teroris selama haji telah ditunjukkan dengan pengakuan Kantor urusan
haji Iran.
Pada
persidangan 30 warga Saudi, satu warga Afghanistan dan satu warga Iran, dengan
tuduhan menjadi anggota kelompok mata-mata yang berkaitan dengan intelijen
Iran. Bukti dari sejumlah plot Iran untuk mengacaukan keamanan KSA,
menciptakan kerusuhan dan menyebarkan kekacauan selama haji juga
telah nampak titik terangnya.
Menurut laporan dalam publikasi mdia lokal, salah satu
terdakwa telah mengirimkan pesan audio kepada pemimpin Iran Ali Khamenei
meminta dukungan keuangan untuk mendirikan pusat Syiah khusus di Makkah. Pusat
Syiah ini akan digunakan untuk memicu hasutan dan sektarianisme, dan
memberikan informasi penting tentang musim haji kepada intelijen Iran.
Pusat Syiah akan dibantu oleh intelijen Iran yang bekerja di OKI.
Pengakuan
ini semakin menambah keyakinan bahwa Iran tidak akan menghentikan upaya
jahatnya untuk mengeksploitasi haji dengan menyebarkan perselisihan dan
slogan perrmusuhan. Ini dirancang untuk memecah umat Islam seperti
yang telah ditunjukkan dalam pengadilan tentang pertemuan-pertemuan lain
antara anggota kelompok dan Khamenei.
Iran tidak
akan ragu menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan jahat selama haji
dengan menghasut perselisihan sektarian. Iran telah mengadakan pertemuan
rahasia dengan para pengikutnya di Lebanon, khususnya organisasi teroris
Hizbullat, untuk merencanakan kejahatan selama musim haji bahkan jika
rencana itu menyebabkan jatuh korban yang tak berdosa dan kerugian harta
benda.
Teheran
telah mencoba menggunakan koresponden Al-Alam channel yang memiliki kantor
pusat di Teheran. Koresponden ini beroperasi di beberapa daerah
KSA seperti yang diakui oleh salah satu terdakwa kelompok mata-mata.
Tujuannya adalah untuk mendistorsi citra KSA, mendukung aksi protes, mengganggu
aktivitas dan menyebabkan kekacauan selama haji.
Al-Alam
channel mendukung pelatihan sejumlah anggota mata-mata dalam hal
penggunaan komputer, kamera, laporan terenkripsi, dan mengirim fotografi
intelijen tentang pelaksanaan Haji, situs militer dan pidato resmi. Ini semua
telah terbukti dengan sangat jelas. Kelompok mata-mata tersebut juga
menunjukkan upaya serius Iran untuk mendapatkan informasi rahasia
tentang instalasi pertahanan KSA, yang dapat mempengaruhi keamanan
nasional, persatuan dan keamanan Arab Saudi dan angkatan bersenjatanya.
Sejumlah
anggota kelompok membenarkan pertemuan mereka dengan Khamenei, dalam
koordinasi dengan intelijen Iran, dan mengakui upaya mereka untuk melakukan
kegiatan yang merusak kepentingan KSA, dan terhadap fasilitas ekonomi penting
di negara ini, mengganggu perdamaian dan keamanan, mengancam kesatuan
sosial dengan menyebarkan kekacauan, kebencian dan kegiatan memusuhi KSA.
Sebagian
besar anggota kelompok ini melakukan perjalanan ke Iran dan Lebanon,
mengadakan pertemuan dengan agen intelijen Iran dan menerima pelatihan
spionase. Pertemuan mereka diselenggarakan di sejumlah lokasi yang
berbeda.
Meskipun
upaya Iran telah mengguncang perdamaian dan keamanan negara-negara GCC,
khususnya KSA, telah ada koordinasi antara kepala intelijen dan Kementerian
Dalam Negeri yang menyebabkan suksesnya penangkapan agen dari jaringan
mata-mata Iran.
Kementerian
dalam negeri mengumumkan bahwa penangkapan dilakukan dalam operasi keamanan
terkoordinasi dalam empat wilayah Arab Saudi: Makkah, Madinah, Riyadh dan
Provinsi Timur.
Pernyataan
itu mengatakan bahwa yang ditahan adalah agen mata-mata kontak dengan intelijen
Iran dan telah mengumpulkan informasi tentang instalasi vital di Arab Saudi.
Arab News
Politisasi Haji, Iran meyakinkan warganya bahwa Najaf dan Karbala bisa
menggantikan Mekkah
JEDDAH: Grand Mufti
Arab Saudi, Sheikh Abdul Aziz Al-Asheikh mengecam Iran dan menyatakan bahwa
Iran telah mencari keuntungan politik dari haji selama 30 tahun terakhir.
Dalam sebuah wawancara telepon dengan harian lokal yang
diterbitkan pada Jumat, Al-Asheikh menyebut pemerintah Iran sebagai “Musuh
Rumah Allah dan Rasulullah saw.”
Teheran menciptakan
“kebohongan” bahwa KSA telah mencegah jamaah dari Iran
untuk menjalankan haji. Perjanjian yang harus ditandatangani
delegasi urusan haji Iran minggu lalu adalah wajib bagi semua
bangsa, Al-Asheikh menyatakan.
Dia mengatakan Iran telah bertanggung jawab untuk
beberapa usaha yang menimbulkan masalah di Masjidil Haram selama
bertahun-tahun . “Berapa banyak kesalahan dan pelanggaran telah dilakukan?” Dia
mengatakan bahwa demonstrasi yang didalangi oleh Iran di Makkah pada tahun
1987 telah mengancam keselamatan orang-orang yang tidak bersalah.
Al-Asheikh mengatakan Teheran sedang berusaha untuk
“mencemarkan nama baik” KSA dalam upaya yang menimbulkan kerugian pada
rakyatnya sendiri, yang sekarang tidak dapat melaksanakan ibadah haji.
Arab Saudi selama ini telah menjalankan tugasnya melayani jamaah di Dua
Masjid Suci, katanya.
Sementara itu, anggota oposisi Iran, Aref Bawa Jani,
kepala Partai Kurdistan Sirbitz, mengutuk pemerintah Teheran kerena telah
melakukan upaya dengan menggunakan isu agama untuk menghasut
ketegangan.
Dia mengatakan rezim Iran telah menggunakan metode ini
pada tahun 1987 ketika mengirim kelompok khusus ke Makkah untuk membuat masalah
selama haji. Itu adalah bagian dari upaya Iran untuk
memicu perpecahan di antara negara-negara dan melancarkan tujuan
ekspansionis, ungkap Aref Bawa Jani.
Dia mengatakan kebijakan dalam dan luar negeri
pemerintah Iran ditujukan untuk menciptakan masalah antara Syiah dan Sunni.
Mereka juga berusaha untuk membuat warga Iran percaya bahwa kunjungan ke
tempat-tempat keagamaan di Irak, khususnya Najaf dan Karbala, dapat
menggantikan haji di Arab Saudi.
Iran juga mendapat kecaman dari Sheikh Saleh bin
Abdullah bin Hameed di Masjidil Haram di Makkah selama khotbah Jumat-nya, yang
mengatakan bahwa umat Islam harus waspada terhadap mereka yang berusaha untuk
“menciptakan malapetaka” dengan kedok ibadah haji.
“Ketika Muslim melakukan perjalanan ke negara ini
sebagai peziarah mereka mewakili kesatuan mereka dan melupakan perbedaan
mereka. Mereka mengakui bahwa tanah suci bukanlah tempat untuk
menunjukkan perbedaan mereka dan memenuhi kepentingan kelompok, “katanya.
Dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita
resmi Saudi, Sheikh Saleh menyebut Iran sebagai “agresor” yang mencoba
untuk mengeksploitasi haji untuk mengalihkan perhatian “dari penderitaan” di
negara mereka sendiri.
“Mereka ingin mengambil keuntungan dari musim ibadah
dan pertemuan umat Islam dan tempat-tempat suci untuk kepentingan politik,
untuk menciptakan malapetaka dan menyebabkan kekacauan, dan yang mengarah ke
perpecahan dan menabur perselisihan,” kata imam Masji al Haram, yang juga
penasihat ke Saudi Royal Court.
Pada tanggal 12 Mei, Iran mengatakan negaranya akan
melewatkan haji tahunan pada bulan September tahun ini dan menuduh Arab Saudi
melakukan “sabotase.” Riyadh memutuskan hubungan dengan Teheran setelah
demonstran membakar kedutaan dan konsulat setelah pelaksanaan eksekusi
atas teroris Syiah di Arab Saudi.
Dalam dialog pertama sejak pemutusan hubungan, delegasi
dari Teheran mengadakan empat hari pembicaraan di Arab Saudi bulan lalu yang
bertujuan untuk mencapai kesepakatan bagi Iran untuk memfasilitasi warganya
yang akan beribadah haji. Tapi pembicaraan menemui jalan buntu.
Di antara poin pertentangan, Iran dituntut untuk mampu
menahan diri untuk tidak melakukan ritual mereka, termasuk protes dengan
meneriakkan “Matilah Amerika, kematian untuk Israel,” menurut pernyataan
dari Kementerian Haji dan Umrah Saudi yang dimuat oleh sebuah koran
lokal.
“Meneriakkan slogan-slogan dan pertemuan dan
bergerombol yang bukan bagian dari ibadah, bukan sesuatu yang
diperintahkan Allah atau Nabi,” kata Hameed. “Dan adalah kebijakan
KSA untuk tidak membiarkan siapa pun atau lembaga apapun untuk
mengutak-atik keamanan tempat-tempat suci atau keamanan para jamaah lainnya,”
katanya.
Arab News