Thursday, October 13, 2016

Asyura, Ekspresi Darah Kaum Syi'ah - AGAMA SESAT MENYESATKAN !

Hasil gambar untuk asyura syiah

Kaum Syi'ah di seluruh dunia merayakan hari Asyura yang jatuh setiap tanggal 10 Muharram dalam kelender Hijriyah.

Berbeda dengan kaum Muslimin (Ahlusunnah) yang menjalankan puasa seperti dalam Hadits Nabi Muhammad (shalallahu 'alaihi wasallam), karena banyak peristiwa penting pra Nabi yang terjadi pada tanggal itu, umat Syi'ah menyambut hari tersebut dengan rasa duka cita dan kesedihan.

Hari Asyura bertepatan dengan syahidnya cucu Nabi, yaitu Husein bin Ali (radhiyallahu anhu), yang terbunuh di padang Karbala, Irak, ketika sedang dalam perjalanan menuju kota Kuffah (menurut sejarah populer).

Al-Husein dan rombongan keluarganya, berangkat dari Mekkah menuju Irak setelah mendapat undangan dari Syi'ah Ali di kota Kuffah, dengan tujuan diberi baiat dan memimpin mereka melawan Khalifah bani Umayyah, Yazid bin Muawiyah.

Para Sahabat lain, seperti Ibnu Abbas menasehati al-Husein agar tidak meninggalkan Mekkah oleh bujukan Syi'ah Kuffah. Sebabnya mereka dikenal sebagai kaum yang meragukan dan mungkin balik berkhianat.

Namun al-Husein tetap berangkat, dengan membawa serta keluarga dan kerabatnya.

Di tengah perjalanan, rombongan ini dihadang oleh pasukan wakil pemerintah pimpinan Ubaidillah bin Ziyad, yang dikenal fasik. Pembantaian pun segera terjadi terhadap rombongan cucu Nabi itu, termasuk al-Husein.

Al-Husein dipenggal, sementara kepalanya kemudian dipermainkan oleh Ubaidillah.

Dalam peristiwa ini, tak ada bantuan atau pertolongan yang diberikan kaum Syi'ah Kuffah kepada al-Husein, sebagaimana yang mereka janjikan.

Muslim Sunni melihat kejadian Karbala sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan, dimana rombongan Ahlul Bait dibantai dan dizhalimi. Namun peristiwa ini hanya dianggap sebagai kejahatan dalam sejarah, tak ada dogma yang bersifat teologis atasnya.

Hal itu berbeda dengan kaum Syi'ah yang menjadikan peristiwa Karbala sebagai bagian dari keyakinan mereka. Al-Husein sendiri memang diklaim Syi'ah sebagai "imam maksum" nomor ke-3.

Akibat pembantaian itu, Syi'ah meyakini Karbala sebagai tanah suci yang lebih afdhol daripada Mekkah dan Madinah.

Bahkan, berkunjung ke kuburan al-Husein, konon, setara lebih dari 70 kali berhaji. Tanah di kawasan Karbala juga diyakini berkhasiat dan memiliki kekeramatan.

Sedangkan tanggal kematian al-Husein, 10 Muharram atau hari Asyura, menjadi tanggal yang dikhususkan oleh Syi'ah untuk diperingati di seluruh dunia.

Di negara-negara dengan penganut Syi'ah signifikan, tak segan mereka mengekpresikan ratapan, kesedihan dan kesakitan sekaligus, dengan secara berjama'ah melukai diri.

Kaum Syi'ah juga melakukan parade atau karnaval untuk menggambarkan ulang peristiwa Karbala.

Berikut gambar-gambar perayaan Asyura oleh Syi'ah dari berbagai negara: lihat gambar paling bawah

Al-hasan dan al-husein telah meraih kedudukan bahagia dan hidup sebagai syuhada’
                        
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah,
“Adapun terbunuhnya al-Husein — radhiyallahu ‘anhu — tidak diragukan bahwa beliau terbunuh dalam keadaan terzhalimi dan sebagai seorang syahid, sebagaimana telah terbunuh yang semisalnya, yaitu orang-orang yang terzhalimi sekaligus sebagai para syuhada’.
Pembunuhan terhadap al-Husein adalah MAKSIAT kepada Allah dan Rasul-Nya yang dilakukan oleh orang-orang yang membunuhnya, atau membantu untuk membunuhnya, atau ridha dengannya. Itu merupakan musibah yang menimpa kaum muslimin, baik dari kalangan keluarganya maupun selain keluarganya. Namun bagi beliau itu merupakan syahadah, diangkatnya derajat, dan kedudukan yang tinggi. Karena beliau (al-Husein) dan saudaranya (al-Hasan) telah ada ketetapan dari Allah kebahagian bagi mereka berdua. Tentu saja kebahagian tersebut tidak bisa diraih kecuali dengan adanya sesuatu dari musibah. Tidak ada keutamaan-keutamaan seperti yang terdapat dalam lingkungan rumah beliau berdua. Karena beliau berdua terdidik dalam asuhan Islam, dalam kemuliaan dan keamanan. Lalu yang ini (al-Hasan) wafat karena diracun, sedangkan yang ini (al-Husein) wafat karena dibunuh. Supaya dengan itu beliau berdua meraih kedudukan orang-orang yang berbahagia dan kehidupan para syuhada’.”
Minhaj as-Sunnah, 4/550
[الحسن والحسين نالا منازل السعداء وعاشا عيش الشهداء]
قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله:
(وَأَمَّا مَقْتَلُ الْحُسَيْنِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – فَلَا رَيْبَ أَنَّهُ قُتِلَ مَظْلُومًا شَهِيدًا، كَمَا قُتِلَ أَشْبَاهُهُ مِنَ الْمَظْلُومِينَ الشُّهَدَاءِ. وَقَتْلُ الْحُسَيْنِ مَعْصِيَةٌ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ مِمَّنْ قَتَلَهُ أَوْ أَعَانَ عَلَى قَتْلِهِ أَوْ رَضِيَ بِذَلِكَ وَهُوَ مُصِيبَةٌ أُصِيبَ بِهَا الْمُسْلِمُونَ مِنْ أَهْلِهِ وَغَيْرِ أَهْلِهِ، وَهُوَ فِي حَقِّهِ شَهَادَةٌ لَهُ، وَرَفْعُ دَرَجَةٍ، وَعُلُوُّ مَنْزِلَةٍ ; فَإِنَّهُ وَأَخَاهُ سَبَقَتْ لَهُمَا مِنَ اللَّهِ السَّعَادَةُ، الَّتِي لَا تُنَالُ إِلَّا بِنَوْعٍ مِنَ الْبَلَاءِ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُمَا مِنَ السَّوَابِقِ مَا لِأَهْلِ بَيْتِهِمَا، فَإِنَّهُمَا تَرَبَّيَا فِي حِجْرِ الْإِسْلَامِ، فِي عِزٍّ وَأَمَانٍ، فَمَاتَ هَذَا مَسْمُومًا وَهَذَا مَقْتُولًا، لِيَنَالَا بِذَلِكَ مَنَازِلَ السُّعَدَاءِ وَعَيْشَ الشُّهَدَاءِ).
منهاج السنة النبوية ٥٥٠/٤

dr
dr1
dr2
dr3
dr4
dr5
dr6