Saturday, March 7, 2015

Risalah Amman dan Kampanye Politis Syiah

Yang banyak Ditutupi dari Risalah Amman (1)
Risalah Amman dan Kampanye Politis Syiah
Rabu, 23 April 2014 - 13:52 WIB
Sepertinya Risalah Amman menjadi alat pencintraan kaum Syiah untuk mendapatkan simpatinya bagi masyarakat Muslim Indonesia
Oleh: Kholili Hasib
AKHIR-AKHIR ini, kalangan Syiah kembali menyebarkan dan mengangkat info ‘Amman Massage’(Risalah Amman) melalui media sosial, blog, web dan grup-grup diskusi.
Penyebaran yang makin massif ini bertujuan mencari dukungan kalangan Sunni awam bahwa Syiah adalah faham yang diakui legitimasinya oleh para ulama sedunia.
Kaum Syiah sepertinya menggunakan ‘seribu cara’ untuk mempropagandakan akidahnya ke masyarakat Sunni Indonesia. Mencari legitimasi dari fatwa para ulama salaf jelas menuai jalan buntu.
Belakangan juga berupaya ‘mendekat’ kepada kalangan NU, dengan mencari persamaan tradisi dan kultur secara paksa. Cara ini juga dipastikan akan gagal karena sudah banyak bantahan-bantahan dari kalangan habaib dan ulama NU sendiri terhadapa ajaran Syiah.
Pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari mengatakan: “Di zaman akhir ini tidak ada madzhab yang memenuhi persyaratan kecuali madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali). Adapun madzhab yang lain seperti madzhab Syiah Imamiyyah dan Syiah Zaidiyyah adalah ahli bid’ah. Sehingga pendapat-pendapatnya tidak boleh diikuti.” (Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’, halaman 9).
Fatwa tersebut menjadi ‘palu godam’ buat Syiah, bahwa Syiah tidak mendapatkan ‘tempat’ di Nusantara ini apalagi di tubuh NU. Sebab, baik Imamiyah maupun Zaidiyah dinilai sebagai madzhab yang tidak sah.
Satu cara gagal, cari cara lain. Inilah prinsip dakwah politis Syiah. Risalah Amman menjadi alat pencintraan kaum Syiah untuk mendapatkan simpatinya bagi masyarakat Muslim Indonesia. Karena itulah dalam kampanye, Syiah mirip dengan kampanye-kampanye partai politik kita. ‘Menjual’ apa saja yang menguntungkan. Ada hal-hal yang ditutupi dan mengangkat butir-butir yang dianggap menguntungkan.
Tentang Isu Madzhab Fikih
Risalah Amman adalah deklarasi para ulama yang dihadiri sekitar 552 ulama dari berbagai Negara di dunia. Diadakan pada tanggal 4-6 Juli 2005 di Amman, ibu kota Jordania. Di antara poin isinya adalah, larangan mengkafirkan terhadap madzhab-madzhab Islam dan mengupayakan persatuan Islam. Beberapa ulama besar yang mendandatangi adalah Syeikh Yusuf Qardhawi, Syeikh Ahmad Thayyib (Mufti al-Azhar), Syeikh Ali al-Salus, Syeikh Wahbah al-Zuhaili, dan lain-lain.
Butir nota kesepahaman yang menjadi alat propaganda Syiah adalah butir pertama yang dipotong yang berbunyi:
“Siapasaja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah Ja’fari dan Zaydiyah, mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan.”
Disebut dalam nota kesepahama tersebut, Syiah madzhab Ja’fari dan Zaidiyah tidak boleh dikafirkan dan darahnya tidak boleh dihalalkan.
Dari konteks dan substansinya, kita lebih mudah memahami bahwa deklarasi tersebut sebetulnya ada sisi politis. Di mana meningkatnya suhu politik negera-negara Arab, dan terjadinya peperangan serta pertentangan hebat antar madzhab fikih merupakan konteks yang melatari diadakannya deklarasi.
Dari teks Risalah Amman ini, setidaknya ada tiga kesimpulan.
Pertama, deklarasi tersebut lebih disemangati oleh saling toleransi dalam menyikapi perbedaan fikih, bukan konsensus pengesahan Syiah Rafidhah (Syiah Istna Asyariyah) sebagai akidah yang selamat dari persoalan.
Karena itu, isi deklarasi tersebut menggunakan istilah ‘madzhab’. Maka kita bisa lebih mudah mengerti bahwa seseorang tidak boleh dikafirkan hanya karena berbeda madzhab fikih.


Seseorang yang berbeda dalam soal qunut subuh misalnya, tidak boleh saling menyesatkan apalagi mengkafirkan. Begitu pula tidak boleh menjatuhkan vonis kafir karena seseorang tidak bersedekap dalam shalat atau karena dia tidak mengucapkan “Amin” dalam shalat. Persoalan-persoalan hukum seperti ini bukan domain untuk vonis takfir dan sebab seseorang itu menjadi murtad.

Ja’fariyah kononnya merupakan fikih yang dinisbatkan kepada Imam Ja’far al-Shadiq. Di kalangan Ahlus Sunnah Ja’far al-Shadiq adalah memang ahli fikih. Makanya, menurut deklarasi Amman tersebut, kita tidak boleh menganggap kafir seseorang hanya karena dia mengorientasikan pandangan fikihnya pada madzhab Ja’fari.
Kedua, pesan penting yang dimaksudkan dalam deklarasi tersebut adalah larangan untuk mengkafirkan sesama Muslim disebabkan berbeda dalam madzhab fikih. Bukan melegitimasi sahnya akidah Syiah Imamiyah. Persoalannya, penganut Syiah Imamiyah sudah melewati batas, lebih dari sekedar bermadzhab Ja’fariyah.
Meskipun, menurut pemahaman penulis, madzhab fikih Imam Ja’far sudah punah. Jika pun ada, sudah banyak terjadi distorsi dan pemalsuan. Isnad dan kitab-kitab aslinya susah ditemui. Sehingga, bagi penulis, memasukkan Ja’fariyah ke dalam poin di atas kurang tepat. Namun, penulis memahami itu nota kesepahaman  tersebut bersifat politis.
Butir pertama sebetulnya mengandung dua isu besar. Yaitu isu madzhab fikih, dan isu akidah. Yang diangkat oleh Syiah di atas, adalah isu madzhab fikih saja.*/bersambungMengapa Syiah Imamiyah tak Disebut?
Penulis adalah Peneliti InPAS, Anggota MIUMI Jawa Timur

Yang banyak Ditutupi dari Risalah Amman (2)
Mengapa Syiah Imamiyah tak Disebut?
Rabu, 23 April 2014 - 14:00 WIB
Jika pun deklarasi tersebut mengesahkan aliran Syiah, maka keputusan tersebut tidak dapat membatalkan fatwa-fatwa para ulama generasi terdahulu dari kalangan salafuna shalih yang sudah ijmak bahwa aliran Syiah itu sesat-menyesatkan
                                    Mengapa Syiah Imamiyah tak Disebut? 
                                  Risalah Amman yang banyak ditutupi bunyi teksnya
Oleh: Kholili Hasib
DALAM teks Risalam Amman ada larangantakfir (mengkafirkan) pada tiga kelompok kaum Muslimin, mereka itu; Asy’ariyyah, Sufi dan Salafi. Tidak disebutkan “Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah”.
Isi poin pertama di atas sebetulnya ada kelanjutannya yang berisi tentang isu akidah, yang biasanya tidak diungkap oleh Syiah. Kalimat tersebut berbunyi:
“Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf. Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikutipemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (shallallahu ‘alaihi Wassallam ) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.”
Poin ini bertujuan selain menyatukan Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga bermakna siapa-siapa yang mengakui rukun Islam, rukun iman, mensucikan Allah dan Rasul-Nya dari sifat-sifat yang tidak pantas masuk golongan Muslim, haram dikafirkan.
Kita ketahui, terdapat kelompok-kelompok yang menyesatkan pengikut madzhab Asy’ariyah dan pengamal ilmu tasawuf. Madzhab Asy’ari telah dianut oleh kaum Muslimin dan ulama-ulama besarnya selama berabad-abad. Imam-imam besar ilmu hadis menganut madzhab Asy’ariyah.
Menurut deklarasi itu, kita harus paham, bahwa madzhab akidah Asy’ari dan ulama-ulama sufi itu bagian dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bahkan pelopor bendera Ahlus Sunnah adalah madzhab Asy’ariyah ini. Karena itu tidak boleh disesatkan apalagi dikafirkan.
Dalam teks kalimat di atas, tidak ditemukan akidah Syiah Imamiyah. Tidak ada sama sekali tidak kalimat “Tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang menganut akidah Syiah Imamiyah”.
Syiah Imamiyah tidak dimasukkan ke dalam nota kesepahaman di atas karena memang Syiah memiliki rukun iman yang berbeda dengan kaum Muslimin Ahlus Sunnah.
Seperti diketahui, sikap dan pandangan Syiah  “Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah” di luar kelompoknya  dan seluruh kaum Muslimin yang tidak mengenal atau mengikuti imam zamannya (yang dimaksud adalah 12 imam Syiah) maka matinya dalam keadaan jahiliyah atau mati di luar Islam. (baca: “40 Masalah Syiah, Buku Pedoman Dakwah IJABI” karya Emilia Renita Az, hal 98)
Rukun Iman versi Syiah adalah : al-Tauhid, al-‘Adl (percaya pada keadilan ilahi), Nubuwwah, Imamah, Al-Ma’ad (percaya pada hari akhir). Padahal, dalam deklarasi tersebut, yang dilarang untuk dikafirkan adalah siapa saja yang meyakini rukun iman dan Islam. Bagaimana dengan Syiah yang berbeda rukun imannya?
Karena itu, beberapa ulama yang menandatangani deklarasi tersebut tetap bersifat tegas terhadap Syiah. Seperti Syeikh al-Qardhawi, dan Syeikh Ahmad Thayyib.
Lihatlah fatwa Syeikh Yusuf al-Qardhawi. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya perbedaan yang mendasar di antara kedua madzab ini (Sunni dan Syiah) adalah perbedaan di dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) dan bukan di dalam masalah furu’. Oleh karena itu, sebutan untuk perbedaan ini adalah perbedaan di antara dua golongan, yaitu Ahlus Sunnah di satu sisi dan Syiah di sisi yang lainnya. Perbedaan ini bukan di antara dua madzab fikih.”(Fatawa Mu’ashirah jilid IV).
Dalam fatwanya tersebut Syeikh al-Qardhawi menerangkan kesesatan-kesesatan Syiah. Beliau menjelaskan, memang benar, tidak mungkin kita akan bersatu. Ketika saya mengatakan, ”Abu Bakar semoga Allah Swt meridhainya. Umar semoga Allah Subhanahu Wata’ala meridhainya.” Sedangkan engkau (Syiah) berkata, ”Abu Bakar semoga Allah Swt melaknatnya. Umar semoga Allah Subhanahu Wata’ala melaknatnya.” Ingat, alangkah besarnya jurang perbedaan antara kalimat ‘semoga Allah Swt meridhainya’ dengan kalimat ‘semoga Allah Subhanahu Wata’ala melaknatnya’.
Tentang gerakan kaum Syiah yang sering mengelabuhi kaum Muslimin beliau berkata: “Kami melihat mereka (Syiah) bersikap masa bodoh. Mereka menerobos masuk ke masyarakat Sunni dengan memanfaatkan kekaguman Ahlu Sunnah atas sikap Syi’ah di bidang politik dan militer. Mereka menjadikan hal tersebut sebagai alat propaganda”.
Syeikh Ahmad Thayyib, Mufti al-Azhar, mengatakan, “Meski para ulama besar Al-Azhar terdahulu pernah terlibat di dalam berbagai konferensi persatuan Islam antara Sunni dan Syiah guna melenyapkan fitnah yang memecah belah umat Islam, penting saya garis bawahi bahwa seluruh konferensi itu nyatanya hanya ingin memenangkan kepentingan kalangan Syiah (Imamiyah) dan mengorbankan kepentingan, akidah dan simbol-simbol Ahlus Sunnah, sehingga upaya taqrib itu kehilangan kepercayaan dan kredibilitasnya seperti yang kami harapkan. Kami juga sangat menyesalkan celaan dan pelecehan terhadap para sahabat dan istri Nabi SAW yang terus menerus kami dengar dari kalangan Syiah, yang tentu saja hal itu sangat kami tolak. Perkara serius lainnya yang kami tolak adalah upaya penyusupan penyebaran Syiah di tengah masyarakat Muslim di Negara-negara Sunni.”(lihat tulisan Fahmi Salim, Sikap Al-Azhar Mesir tentang ‘Taqrib’ Sunni-Syiah di hidayatullah.com).
Terlepas dari itu, jika pun deklarasi tersebut mengesahkan aliran Syiah, maka keputusan tersebut tidak dapat membatalkan fatwa-fatwa para ulama generasi terdahulu dari kalangan salafuna shalih yang sudah ijmak bahwa aliran Syiah itu sesat-menyesatkan. Mereka lah generasi yang mendapat garansi.
Ajakan taqrib (pendekatan) Syiah ternyata hanya strategi Syiah untuk mensyiahkan kaum Ahlus Sunnah. Syeikh Mustafa al-Siba’i pernah dikhianati oleh orang-orang Syiah ketika beliau bersepakat untuk mengadakan taqrib. Namun ajakan itu dikhianati dengan kelakuan Syiah yang mencaci para Sahabat Nabi dan melakukan Syiahisasi. Ia pun sampai pada kesimpulan bahwa ajakan Syiah sebetulnya bukan ber-ukhwah dengan Ahlus Sunnah, namun sejatinya mengajak Sunni untuk menjadi Syiah.*
Penulis adalah Peneliti InPAS, Anggota MIUMI Jawa Timur
Rep: Administrator
Editor: Cholis Akbar

Risalah aman

dalam poin pertama Risalah Amman, ada sebagian teks yang tidak disebutkan oleh Jalaluddin Rakhmat atau mungkin sengaja dibuang, “Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikutiakidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkantasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.” 

Teks poin pertama Risalah Amman yang sengaja dibuang ini hanya menyebutkan tiga kelompok yang tidak boleh dikafirkan, mereka itu Asy'ari, Sufi, Salafi dan tidak menyebut "Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah". kemudian untuk masuk dalam golongan yang juga tidak boleh dikafirkan haruslah memenuhi tiga batasan yang tertulis dalam Deklarasi Amman tersebut, yaitu percaya pada Allah dan Rasulullah, meyakini rukun iman dan rukun Islam serta tidak mengingkari  ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam. Sedangkan Syiah melanggar tiga batasan tersebut, untuk lengkapnya silakan baca penelitian kami tentang Risalah Amman pada artikel Syiah Berlindung Di Balik Risalah Amman.







Untuk Para Provokator/Hasader/Herder Syi’ah dan Ulama2 “SU’/Namimah” yang ingin membenturkan NU dengan Salafi “Wahhabi”, perhatikan tulisan dibawah ini !!

Hanya orang2 yang terindikasi syi’ah [taqiyah/bunglon] dan ulama-ulama “su’/namimah” yang berusaha gencar mengadu-domba/memprovokasi NU-Salafi “Wahhabi”. Gencar mendiskreditkan/hasad terhadap  Salafi “ Wahabi” serta berusaha mati-matian menjadikan Salafi “Wahhabi” public enemy [Protokol Zionisme No 7 bahwa kaum Zionis/syi’ah/ulama “su’/namimah” akan berupaya untuk menciptakan konflik dan kekacauan di seluruh dunia dengan mengobarkan permusuhan dan pertentangan]

Jangan mau di adu domba, NU-Salafi “Wahhabi” semua adalah Sunni ( AhluSunnah Waljama'ah ), Kitabnya sama, Qur'annya sama, Hadistnya sama,Ulamanya rujukannya sama, hanya pemasalahan furu'iyah saja yang berbeda, bukan masalah aqidah...sementara syi'ah pasti senang kalau Islam terpecah sehingga memudahkan mereka untuk mengkudeta/merealisir rencana jahatnya.
Baru-baru ini video seorang warga NU menghujat habis-habisan Wahabi begitu populer. Maka hubungan di masyarakat mulai terganggu, seperti air dengan minyak. Namun alhamdulillah, hal ini akhirnya dapat diredakan dengan (tulisan) titik temu “Wahabi”-Nu, seperti yang dikemukan Imam Besar Masjid Istiqlal, K.H. Ali Mustafa Yaqub pada Republika, Jum’at (13/2/2015). Jazakallah Khairan
Selama ini masyarakat diracuni oleh pertentangan antara Salafi “wahabi”  dan NU. Pertentangan itu terasa begitu deras bukan di puncaknya, justru di akar rumputnya. Masyarakat NU dibuat benci terhadap Salafi “wahabi”. Demikian sebaliknya orang Salafi “wahabi” dibuat alergi terhadap NU. Pertentangan ini terjadi bukan karena masing-masing tahu tentang ajaran yang dianut, tapi karena setengah tahu. Salafi “wahhabi”  yang alergi NU setengah tahu ajarannya. Demikian juga NU yang benci wahabi Salafi “wahhabi” setengah tahu ajarannya. Jangan tanya kepada mereka sejauh mana mengetahui ajaran kelompok yg dibenci.
Kesalahan informasi yang diperoleh, ditambah bumbu antipati membuat masalah semakin rumit. Terlebih faktor eksternal yang tidak terdeteksi. Dalam protokol zeonisme no 7 bahwa kaum zeonisme (juga syi’ah) akan berupaya menciptakan konflik dan kekacauan dengan mengobarkan permusuhan dan pertentangan. Umat islam
Salafi “wahhabi”
 dan NU terjepit dalam perang tanpa musuh. Sebenarnya tidak ada perbedaan yang mengharuskan Salafi “wahhabi”  dan NU bermusuhan. Banyak kesamaan yang dimiliki oleh kedua kelompok. Memang ada perbedaan antara NU dan Salafi “wahabi” tapi itu biasa. Jangankan antar dua golongan adik dan kakak saja bisa berbeda.
Jadi tidak ada alasan saling benci antara NU dan
Salafi “wahabi”
. Polemik yang tercipta pastilah diciptakan oleh yang suka perpecahan. Tipe yahudi dlm al-Qur'an sudah dinyatakan tidak akan pernah rela dengan umat islam.
Memang ada perbedaan antara 
Salafi “wahabi”  dan NU atau antara Imam Ibnu Taymiyyah dan Imam Muhammad Hasyim Asy’ari. Namun, perbedaan itu sifatnya tidak prinsip dan hal itu sudah terjadi sebelum lahirnya Wahabi dan NU. Dalam praktiknya, baik Salafi “wahabi”  maupun NU, tidak pernah mempermasalahkan keduanya. Banyak anak NU yang belajar di Saudi yang notabenenya adalah  Salafi “wahabi”. Salafi “wahabi” dan NU adalah dua keluarga besar dari umat Islam di dunia yang harus saling mendukung. Karenanya, membenturkan antara keduanya sama saja kita menjadi relawan gratis Zionis untuk melaksanakan agenda Zionisme, seperti tertulis dalam Protokol Zionisme di atas.
Itulah persamaan antara Salafi “wahabi”  dan NU [ lihat paparan dibawah ], mengapa kedua kelompok ini selalu dibenturkan?”
Wallahu al-muwaffiq.

Syiah Bukan dari Islam, 
Ini Buktinya!!!

Dikalangan kita Banyak yang mengatakan bahwa Syiah itu bagian dari Islam ternyata SALAH.
Syiah bukan Islam, Syiah Punya agama/sekte tersendri.
Berikut ini adalah perbedaan yang sangat menonjol antara Agama Islam [ NU-Salafi “Wahhabi” ] dengan agama/sekte syi’ah, yang dengannya mudah-mudahan kaum muslimin dapat mengetahui hakekat sebenarnya ajaran agama syi’ah [afwan, penamaan Wahhabi sebenarnya tidak tepat, sebab salah satu sifat Allah, kami tambahkan Salafi, red.lamurkha] :

NU-Salafi “Wahhabi” : Pembawa Agama Islam Ahlusunnah adalah Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam.
Sekte Syi’ah : Pembawa Agama Syi’ah adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ Al Himyari. [Majmu' Fatawa, 4/435]
NU-Salafi “Wahhabi” : Rukun Islam menurut Agama Islam/ Ahlusunnah [ bersumber dari Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam diambil dari Al-Qur’an ]:
1. Dua Syahadat 2. Sholat 3. Puasa 4. Zakat 5. Haji
Sekte Syi’ah, Rukun Agamanya [ bersumber dari karangan ulamanya] :
1. Sholat 2. Puasa. 3. Zakat 4. Khums 5. Haji 6. Jihad 7. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar 8. Tawalla 9. Tuhurra 10. Amal Shaleh [Lihat Al Kafi Fil Ushul 2/18]
NU-Salafi “wahabi” : Rukun Iman menurut Agama Islam [Ahlusunnah ada 6 perkara [ bersumber dari Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam diambil dari Al-Qur’an ], yaitu
1. Iman Kepada Allah
2. Iman Kepada Malaikat
3. Iman Kepada Kitab-KitabNya
4. Iman Kepada Para RasulNya
5. Iman Kepada hari Akhir
6. Iman Kepada Qadha Qadar.
Sekte Syi’ah : Rukun Iman 5 Perkara [ bersumber dari karangan ulamanya], yaitu:
1. Tauhid
2. ‘Adalah
3. Nubuwah
4. Imamah
5. Al-Ma’ad
NU-Salafi “wahabi” :  Kitab suci umat Islam Al Qur’an yang berjumlah 6666 ayat (menurut pendapat  yang masyhur).
Sekte Syi’ah : Kitab suci kaum Syi’ah Mushaf Fathimah yang berjumlah 17.000 ayat (lebih banyak  tiga kali lipat dari Al Qur’an milik kaum Muslimin).[Lihat kitab mereka Ushulul Kafi karya Al Kulaini  2/634]
NU-Salafi “wahabi: kitab rujukan/Haditsnya
Shohih Bukhari, dikarang oleh Imam Bukhari dan     beliau wafat pada tahun 256 H
Shohih Muslim, dikarang oleh Imam Muslim dan beliau wafat pada tahun 261 H
Sunan Abi Dawud, dikarang oleh Imam Abu Dawud dan beliau wafat pada tahun275 H
Sunan At Tirmidzi, dikarang oleh Imam Tirmidzi dan beliau wafat pada tahun 279H
Sunan An Nasa’i, dikarang oleh Imam Nasa’i dan beliau wafat pada tahun 303 H
Sunan Ibni Majah, dikarang oleh Imam Ibnu Majah dan beliau wafat pada tahun273 H
Muwattho’, dikarang oleh Imam Malik dan beliau wafat pada tahun 179 H
Musnad Imam Syafi’i, dan beliau wafat pada tahun 204 H
Musnad Imam Ahmad, dikarang oleh Imam Ahmad dan beliau wafat pada tahun241 H
Sekte syi’ah :
a. al Kafi karya Tsiqatul Islam Muhammad bin Ya'qub Kulaini (329 H).
b. Man La Yahdhuruhu al Faqih karya Muhammad bin Ali bin Babuyah (Syaikh Shaduq)  (381 H).
c. Tahzib al Ahkam karya Syaikh al Thaifah Muhammad bin Hasan Thusi (460 H).
d. Al Istibshar Fi'ma'khtalaf min al Akhbar karya Syaikh Thusi.
e. Al Wasail dikarang oleh Al Amili wafat tahun 1104 H
f.  Bihar Al Anwar dikarang oleh Al Majlisi wafat       
    tahun 1111 H
g. Mustadrak Al Wasail dikarang oleh An Nuri At   
    Thobarsi wafat pada tahun 1320 H
NU-Salafi “wahabi”, Adzan menurut Agama Islam:
(Allōhu akbar) 2 kali
(Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali
(Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali
(Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali
(Hayya ‘alal falāh) 2 kali
(Allōhu akbar) 2 kali
(Lā ilāha illallōh) 1 kali
Lihat Video Adzan Agama Islam 
https://www.youtube.com/watch? 
v=P8Bay9zLHak&feature=youtu.be
Sekte Syi’ah, Adzan menurut sekte Syi’ah :
Adzan Ala Agama Syi’ah:
(Allōhu akbar) 2 kali
(Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali
(Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali
(Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyullōh) 2 kali
(Hayya ‘alā khoiril ‘amal) 2 kali
(Allōhu akbar) 2 kali
(Lā ilāha illallōh) 2 kali
Lihat Video Adzan Agama Syiah
https://www.youtube.com/watch?v=krHFI0kEh- k&feature=youtu.be
NU-Salafi “wahabi” : Islam meyakini bahwa sholat diwajibkan pada 5 waktu.
Sekte Syi’ah meyakini bahwa sholat diwajibkan hanya pada 3 waktu saja.
NU-Salafi “wahabi” : Islam meyakini bahwa sholat jum’at hukumnya wajib. [QS Al Jumu'ah:9]
sekte Syi’ah meyakini bahwa sholat jum’at hukumnya tidak wajib.
NU-Salafi “wahabi” :  Islam menghormati seluruh sahabat Rasulullah dan meyakini mereka orang-orang terbaik yang digelari Radhiallohu ‘Anhum oleh Allah. [QS At Taubah:100]
Sekte  Syi’ah meyakini bahwa seluruh sahabat Rasulullah telah kafir (Murtad) kecuali Ahlul Bait (versi mereka), salman Al Farisi, Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari. [Ar Raudhoh Minal Kafi Karya Al Kulaini 8/245-246]
NU-Salafi “wahabi” : Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik dari umat ini setelah Rasulullah, kemudian setelahnya Umar bin Al Khatthab, lalu Utsman bin ‘Affan, lalu ‘Ali bin Abi Thalib.
Sekte  Syi’ah meyakini bahwa orang terbaik setelah Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib, adapun  Abu Bakar dan Umar bin Al Khatthab adalah dua berhala quraisy yang terlaknat. [Ajma'ul Fadha'ih karya Al Mulla Kazhim hal. 157].
NU-Salafi “wahabi” : Islam meyakini bahwa Abu bakar adalah orang yang paling berhak menjadi  khalifah sepeninggal Rasulullah.
Sekte Syi’ah meyakini bahwa orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib.
NU-Salafi “wahabi” : Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah khalifah pertama yang sah.
Sekte Syi’ah memposisikan Abu Bakar sebagai perampas kekhalifahan dari ‘Ali bin Abi Thalib
NU-Salafi “wahabi” : Islam meyakini bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Amr bin Al ‘Ash, Abu  Sufyan termasuk sahabat Rasulullah 
Sekte Syi’ah meyakini bahwa mereka pengkhianat dan telah kafir (Murtad) dari Islam.
NU-Salafi “wahabi” : Tata shalat agama Islam Lihat Videonyahttps://www.youtube.com/user/pdkbr3/videos
Sekte Syi’ah,Tata shalat agamnya Lihat Videonya
http://videosyiah.com/_encode_nonverblaster/..
NU-Salafi “wahabi” : dalam beragama, baik salafi “Wahhabi” maupun NU, menganut satu mazhab dari mazhab fikih yang empat.Salafi “wahhabi” bermazhab Hanbali [ juga merujuk dalil  yang sharih/jelas) dari 3 mazhab lainnya] dan NU bermazhab salah satu dari  mazhab  empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i,  dan Hanbali. Imam hanbali adalah murid terbaik imam syafii.
NU-Salafi “wahabi” : kitab yang menjadi rujukan paham NU-Salafi “wahabi” lebih kurang 90 persen ajaran Nahdlatul Ulama itu sama dengan ajaran  Salafi“wahabi”.
NU-Salafi “wahabi” : Di antara titik-titik temu antara ajaran Salafi “wahabi” dan NU yang jumlahnya puluhan, bahkan ratusan yang merupakan sumber syariat Islam, baik menurut Salafi “wahabi” maupun NU, adalah Alquran, hadis, ijma, dan qiyas.
NU-Salafi “wahabi” : Hadis yang dipakai oleh keduanya adalah hadis yang sahih kendati hadis itu hadis ahad, bukan mutawatir. Karenanya, baik Salafi “wahabi”  maupun NU, memercayai adanya siksa kubur, syafaat Nabi pada hari kiamat nanti, dan lain sebagainya karena hal itu terdapat dalam hadis-hadis sahih.
NU-Salafi “wahabi” : kitab hadist NU yg paling banyak dari Bukhari -Muslim sama dengan  Salafi “wahabi”  yang paling banyak juga dari Bukhari- Muslim.
NU-Salafi “wahabi” : orang NU setiap waktu pergi ke Makkah dan Madinah. Mereka sholat jamaah Dengan imam Salafi “wahabi”. Mereka tidak Qunut saat sholat shubuh.  Apakah orang nu mengulang sholat subuh? Tidak, jadi tidak bermasalah.


Bersumber dari
dan sumber-sumber lain, di tambahkan/di edit oleh lamurkha.

Inilah Alasan Mengapa Agama Syiah Gemar Mencela Para Sahabat

Mengapa para syiah selalu berusaha untuk melaknat para sahabat radhiyallahu anhum ??

Jawabannya sangat mudah: “Karena syiah adalah kafir, zindiq, dan munafik. Dan sama sekali bukan bagian dari agama islam”. Dengan mereka melaknat para sahabat dan mengkafirkan mereka, maka batallah seluruh syariat islam dan dengan sesuka hati mereka, syariat dapat dipermainkan dengan sesukanya.

Dan penghinaan ini dilakukan oleh seluruh pendeta syiah (kebanyakan), baik di Iran, Irak, Libanon, Mesir, dan bahkan di negara Indonesia sendiri. Semoga Allah membalas perbuatan mereka dengan balasan yang
setimpal.

Karena:

1- Al Quran turun kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan siapa yang menyaksikannya ??

2- Hadits Rasulullah shallallallahu alaihi wa sallam siapakah yang mendengarkannya dan menyaksikannya ??

3- Dan siapakah yang meriwayatkan Al Quran dan Hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada ummat ??

Seluruh jawabannya hanyalah “Para Sahabat Radhiyallahu Anhum”

Jika para sahaba mereka kafirkan –tanpa hujjah dan burhan- maka tentulah mereka tidak akan menerima riwayat mutawatir Al Quran dan begitu pula riwayat hadits-hadits. Karena jelas, yang menyampaikan riwayat semua ini hanyalah para sahabat radhiyallahu anhum.

Maka dari itu Abu Zur’ah Ar Razi mengatakan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Khotib Al Baghdadi dalam kitabnya:

إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَنْتَقِصُ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ فَاعْلَمْ أَنَّهُ زِنْدِيقٌ , وَذَلِكَ أَنَّ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ عِنْدَنَا حَقٌّ , وَالْقُرْآنَ حَقٌّ , وَإِنَّمَا أَدَّى إِلَيْنَا هَذَا الْقُرْآنَ وَالسُّنَنَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ , وَإِنَّمَا يُرِيدُونَ أَنْ يُجَرِّحُوا شُهُودَنَا لِيُبْطِلُوا الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ , وَالْجَرْحُ بِهِمْ أَوْلَى وَهُمْ زَنَادِقَةٌ

Jika engkau melihat seseorang yang mencela salah satu dari sahabat dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka ketahuilah bahwasanya dia adalah zindiq (munafik). Dan itu karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah benar bagi kami, dan Al Quran adalah benar, dan sesungguhnya hanyalah para sahabat yang menyampaikan Al Quran dan Sunnah-Sunnah nabi kepada kita. Sesungguhnya mereka mengingingkan untuk menjarh para sahabat (dengan membatalkan kesaksian mereka) agar mereka membatalkan Al Quran dan Sunnah, sesungguhnya merekalah yang lebih berhak di jarh, dan mereka adalah para zindiq[1]

Diatas disebutkan jika mencela salah satu sahabat, maka bagaimana dengan syiah yang mengkafirkan seluruh sahabat kecuali tiga atau empat atau tujuh orang saja ??
Dan syiah -la’natullah alaihim- yang suka mencela sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, telah diancam oleh beliau, yang mana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah kabarkan akan kemunculan mereka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyalahu anhu:

إِنَّ اللَّهَ اخْتَارَنِي وَاخْتَارَ أَصْحَابِي فَجَعَلَهُمْ أَصْهَارِي , وَجَعَلَهُمْ أَنْصَارِي , وَإِنَّهُ سَيَجِيءُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ يَنْتَقِصُونَهُمْ , أَلَا فَلَا تُنَاكِحُوهُمْ , أَلَا فَلَا تَنْكِحُوا إِلَيْهِمْ , أَلَا فَلَا تُصَلُّوا مَعَهُمْ , أَلَا فَلَا تُصَلُّوا عَلَيْهِمْ عَلَيْهِمْ , حَلَّتِ اللَّعْنَةُ

Sesungguhnya Allah telah memeilihku dan memilih sahabatku maka Allah menjadikan mereka keluarga-keluargaku, dan Allah menjadikan mereka penolong-penolongku, dan sesungguhnya akan ada di akhir zaman sebuah kaum yang akan mencela mereka. Maka ketahuilah, jangan kalian menikahkan anak kalian dengan mereka dan jangan kalian menikahi mereka. Dan jangan kalian shalat bersama mereka dan jangan kalian menyalati mereka (ketika wafat), telah halal laknat atas mereka[2]

Maka siapa lagi diantara mereka kalau bukan syiah laknatullah alaihim ??

Tatkala syiah telah mencela sahabat agar riwayat dan kesaksian mereka gugur, barulah mereka mulai memainkan agama sesuka hati mereka. Kita dapat melihat kitab-kitab hadits rujukan mereka yang mereka sepakat akan keutamaan kitab-kitab ini.

1- Al Wasail
2- Bihar Al Anwar
3- Mustadrak Al Wasa’il

Kita lihat penulisnya dan kapan mereka wafat.

Al Wasail dikarang oleh Al Amili wafat tahun 1104 H
Bihar Al Anwar dikarang oleh Al Majlisi wafat tahun 1111 H
Mustadrak Al Wasail dikarang oleh An Nuri At Thobarsi wafat pada tahun 1320 H

Jika kita mencermati, kitab-kitab ini baru muncul pada abad ke 11 dan ke 13 Hijriyyah. Dan jelas ini sangat terbelakang sekali, karena seribu tahun lebih setelah hijrahnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Maka orang berakal mana akan percaya kepada kitab-kitab mereka yang dilengkapi dengan sanad dan riwayat ?? Sedangkan sebelum kitab-kitab mereka ditulis, satupun riwayat dan sanad itu sama sekali belum ditulis kecuali oleh penulis kitab itu sendiri. Maka orang berakal mana yang akan percaya ?? Terlebih agama mereka adalah agama dusta dengan nama taqiyyah ?? Tentu mereka akan membuatnya dengan sesuka hati mereka. Dan betapa banyak riwayat yang mereka palsukan –Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaah-.

Kita bandingkan dengan kitab-kitab hadits sunni.

Shohih Bukhari, dikarang oleh Imam Bukhari dan beliau wafat pada tahun 256 H
Shohih Muslim, dikarang oleh Imam Muslim dan beliau wafat pada tahun 261 H
Sunan Abi Dawud, dikarang oleh Imam Abu Dawud dan beliau wafat pada tahun 275 H
Sunan At Tirmidzi, dikarang oleh Imam Tirmidzi dan beliau wafat pada tahun 279 H
Sunan An Nasa’i, dikarang oleh Imam Nasa’i dan beliau wafat pada tahun 303 H
Sunan Ibni Majah, dikarang oleh Imam Ibnu Majah dan beliau wafat pada tahun 273 H
Muwattho’, dikarang oleh Imam Malik dan beliau wafat pada tahun 179 H
Musnad Imam Syafi’i, dan beliau wafat pada tahun 204 H
Musna Imam Ahmad, dikarang oleh Imam Ahmad dan beliau wafat pada tahun 241 H

Bandingkan wahai saudaraku, betapa jauh kitab-kitab sunni ditulis sebelum kitab-kitab hadits syiah. Sedangkan sunni mengharamkan berdusta dan syiah menghalalkan dusta bahkan mewajibkannya. 

Dalam sebuah riwayat yang ada dalam kitab mereka:

التقية من ديني ودين آبائي ولا إيمان لمن لا تقية له

“Taqiyah bagian dari agamaku dan agama bapak-bapakku. Tidak ada iman bagi orang yang tidak melakukan taqiyah"[3]

Maka kepada kitab mana yang akan anda pegang ?? Hanya orang berakal lah yang akan memilih kitab-kitab hadits sunni.


Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.

[1] Al Kifayah Fii Ilm Ar Riwayah Hal 49
[2] Al Kifayah Fii Ilm Ar Riwayah Hal 48
[3] Bihar Al Anwar 72/431
http://www.alamiry.net/2014/02/inilah-alasan-mengapa-agama-syiah-gemar.html