Monday, May 18, 2015

Benarkah Imam Thabari Berfaham Syiah??


Di dunia yang penuh intrik dan tipu muslihat, ketenaran Imam Thabari juga dibarengi dengan tuduhan-tuduhan, seperti juga ulama lainnya, di antara tuduhan tersebut adalah tuduhan bahwa ia adalah orang syiah, ia bukanlah orang pertama yang mendapat tuduhan sebagai orang syiah, ada beberapa ulama yang mendapat tuduhan yang sama, seperti al-Hakim dan ad-Daruquthni.
Secara umum ada beberapa oknum yang menjadi dalang tersebarnya fitnah ini, yaitu Hanabilah, Dhahiriyah, Syiah Imamiyah dan Jamaah yang menamakan dirinya dengan Jamaah al-Quran di Pakistan.
1. Hanabilah
Ibnu al-Atsir mengatakan tentang sebab terjadinya silang pendapat antara Imam Thabari dengan Hanabilah, yaitu karena Imam Thabari menulis satu kitab tentang ikhtilaf fuqaha’ dan tidak menyebutkan fiqih Ahmad bin Hanbal, lalu ia ditanya kenapa? Lantas Imam Thabari menjawab: ia bukanlah Ahli fiqih, tetapi ahli Hadits.[1]
Az-Zahabi mengatakan: “Antara Hanabilah kelompok Abu Bakar bin Abi Dawud terjadi perdebatan dengan Ibnu Jarir, yang berakibat timbul rasa tidak suka kepada Ibnu Jarir. [2]
2. Dhahiriyah
Tuduhan ini bermula dari tulisan Imam Thabari untuk membantah Ali Dawud bin Ali adh-Dhahiri yang berjudul “ar-Radd ala dzi al-Asfar”, ia menulsi kitab ini setelah terjadi predebatan dengan Dawud bin Ali, lantas anaknya Muhammad bin Dawud ingin membela ayahnya dengan menulis buku yang berjudul “al-Intishar min Muhammad bin Jarir”, dalam buku ini ia bebicara tantang Ibnu Jarir dan menuduhnya sebagai syiah, dan perkataan ini diikuti oleh orang awam.
Namun demikian, para ahli justru memandang sebaliknya. Abu Bakr ibn Abi Dawud-lah yang lebih pantas dicurigai. Karena ia pernah dideportasi dari Baghdad dan ketika kembali, ia menggembar-gemborkan keagungan Ali dan mengaku telah menganut mazhab Hanbali.
Di antara ulama yang membantah tuduhan Abu Bakar bin Abu Dawud adalah Ibnu Katsir, ia membantah tuduhan yang tidak benar tersebut, karena Ibnu Jarir adalah salah satu Imam dalam Islam, hanya saja mereka taklid kepada pendapat Muhammad bin Dawid adh-Dhahiri.[3]
3. Syiah Imamiyah
Tuduhan yang dilancarkan Syiah Imamiyah ini, bertujuan untuk meruntuhkan kredibilitas ulama Ahlu Sunnah, mereka mengetahui bahwa tuduhan Syiah itu akan brepengaruh kepada jarh wa tadil pada kalangan Ahlu Sunnah.
4. Jamaah yang menamakan dirinya dengan Jamaah al-Quran di Pakistan
Mereka menuduh Imam Thabari sebagai syiah adalah untuk membenarkan aqidah inkar sunnah mereka, mereka menganggap bahwa jika ia adalah orang Syiah, maka tafsirnya tidak akan diterima, begitu juga tafsir-tafsir setelahnya. Mereka menuduh bahwa nama Ibnu Jarir adalah Muhammad bin Jarir bin Rustum di kalangan Syiah dan di kalangan umat Islam bernama, Muhammad bin Jarir bin Yazid, dan perkataan ini tidak benar sama sekali diloihat dari nasab.
5. Orientalis
Hluost, menuduh Imam Thabari sebagai syiah karena ia membenarkan hadits tentang Ghadir Khum. [4]
Faktor utama dari tuduhan yang disematkan kepada Ibnu Jarir adalah Ibnu Jarir menshahihkian Ghadir Khum, Penshahihan ini menjadi sebab paling besar terhadap tuduhan kesyiahannya, namun perlu ditandaskan bahwa Ibnu Jarir bukanlah satu- satunya ulama yang menshahihkan hadits Ghadir Khum itu, Imam az-Zahabi menanaggapi pentashihan ini mengatakan: “Ibnu Jarir telah mengumpulkan jalur Ghadir Khum dalam empat jalur, dan aku kagum dengan keluasan riwayatnya.”[5]
Dan pendapat Ibnu Jarir sangat bebeda dengan pendapat Syiah yang menggunakan hadits Ghadir khum sebagai dalil bahwa khilafah setelah Nabi r adalah Ali t. Ia menetapkan bahwa khilafah yang berhak setelah Nabi r adalah AbuBakar dan selamjutnya sampai Ali t, dan tidak ragu lagi bahwa aqidaj semacam ini merupakan aqidahnya Ahlu Sunnah.[6]I a juga mengkafirkan orang yang mengkafirkan sahabat seperti kelompok syiah dan khawarij dan tidak menerima persaksian dan berita dari mereka.
Ibnu Hajar menyebutkan bahwa Ibnu Jarir dituduh sebagai Syiah karena ia menshahihkan hadits Ghadir Khum[7] dan Abdul Aziz ath-Thabari mengatakan bahwa sebab pentashihannya terhadap hadits Ghadir Khum, karena sebagian syaikh di Baghdad mendustakan hadits Ghadir Khum dan mengatakan: Ali berada di Yaman ketika Rasululah r berada di Ghadir Khum, berita ini sampai kepadanya dan ia membantahnya, ia menyebutkan haditsnya, lalu didengar banyak manusia termasuk rafidhah, maka ia memlai pembicaraannya dengan keutamaan Abu Bakar dan Umar.[8]

[1] Dr. Muhammad Amhazun, Tahqiq Mawaqif as-Shahabah fi al-Fitnah, (Riyadh, Maktabah al-Kautsar, 1994), cet  pertama, juz I, hal. 183
[2] Khatib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, juz II, hal 164
[3] Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, juz XI, hal. 146
[4] Yusuf Bur ad-Daim, al-Aqwal I Ittiham ath-Thabari bi at-tasyyi’, hal. 35
[5] Az-Zahabi, Tazkirah al-Hufadz, Juz II, hal. 713
[6] Ibnu Jarir ath-Thabari, Sharih as-Sunnah, hal. 24
[7] Ibnu Hajar, Lisan al-Mizan, juz. V hal. 100
[8] Yaqut al-Himawi, Mujam al-Adibba, (Maktabah Syamilah),  juz XVIII hal. 84-85