Thursday, May 21, 2015

Petinggi Paramadina [Madrasah Orientalis Atau Yahudi Gaya Baru] : Allah kan Bukan Orang Arab !

Penambah wawasan :
zindiq Paramadina [Madrasah Orientalis Atau Yahudi Gaya Baru]
Oleh Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

Tokoh Yayasan Paramadina, Ade Armando, kembali membuat sensasi. Pengajar di Universitas Indonesia ini ikut mengomentari isu ‘pembacaan tilawah Al Quran berlanggam Jawa’ yang menjadi polemik.
Ade Armando menyatakan bahwa Allah sangat senang jika ayat-ayat Al Quran dibaca dengan gaya non Arab. “Allah kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayatNya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues …,” tulis Ade di akun Facebook ‘Ade Armando’
Pernyataan kontroversial loyalis Joko Widodo ini menanggapi pro kontra terkait niatan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin yang akan menggelar festival baca Al Quran langgam Nusantara.
Sebelumnya, Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan bahwa gagasan pembacaan Al Quran dengan langgam Jawa pada pada peringatan Isra Miraj di Istana Negara (15/05) berasal dari dirinya. Saat itu, Muhammad Yasser Arafat melantunkan Surah An-Najm 1-15 dengan cengkok atau langgam Jawa.
Acara yang dihadiri Presiden Joko Widodo, sejumlah pejabat dan duta besar negara Islam itu menuai kontroversi. Lukman Hakim Saifudin menyatkaan bahwa tilawah Al Quran ala Indonesia itu, merupakan bentuk pengembangan budaya untuk mencintai Al Quran lewat seni.

Kongres Umat Islam tak Undang Syiah, Tokoh Paramadina: Beginilah Kalau Kaum Dodol Merasa Berkuasa

Tokoh Yayasan Paramadina, Ade Armando, kembali bersuara lantang membela kelompok Syiah di Indonesia. Ade mempertanyakan Kongres Umat Islam yang tidak mengundang Syiah.
“Kongres Umat Islam sengaja tak mengundang wakil Syiah dengan alasan: ‘Syiah sesat!’ Beginilah kalau kaum dodol merasa berkuasa!” tulis Ade di akun Twitter @adearmando1.
Tak hanya itu, Ade meminta agar Kongres Umat Islam menyatakan bahwa tindakan mengancam gereja, mengancam Ahmadiyah dan Syiah sebagai sesat dan terlarang. “Mudah2an Kongres Umat Islam akan menyatakan tindakan mengancam gereja, menyerang Ahmadiyah dan Syiah sbg sesat dan terlarang!” tegas @adearmando1.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Irfan S. Awwas, menolak berdiri saat peserta Kongres Umat Islam VI di Yogyakarta menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Kontroversi, Kicauan Ade Armando Hina Islam?
Ade Armando, Dosen Fisip Universitas Indonesia dan Universitas Paramadina, secara terbuka menyebut Front Pembela Islam (FPI), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Jonru (seorang aktivis PKS) memiliki persamaan pada agama yang dianutnya.
Pertanyaan: “Apa kesamaan FPI, Jonru dan PKS?” Jawab: ‘Islam!,” itulah kicauan Ade Armando yang akun Twitternya bernama @adearmando1.
Secara spontan, kicauan tersebut mengundang kontroversi dan menjadi pembicaraan di dunia maya. Lu islam apa ga sih bro? Hati2 klo lu ngomong, demikian balasan dari Ahmad Ibsyi, pemilik akun @billy_surfing kepada Ade Armando. Akun @trisetyarso juga mengkritik “Kesalahan @adearmando1 yang konon dosen sosiologi di UI adalah: main generalisasi. Ini fatal sekali”
Apa jiwamu sehat Kang? RT @adearmando1: Pertanyaan: “Apa kesamaan FPI, Jonru dan PKS?” Jawab: ‘Islam!’,” tanya pemilik akun @suryadelalu
Akun ‏@ifaruqi juga mempertanyakan kapasitas Ade sebagai dosen di beberapa universitas. “Dosen macam ade armando memang butuh ikutan kelas logika lagi biar hidupnya bahagia,” katanya

Duh, Tokoh Paramadina Kuatirkan Sekolah Islam Terpadu

Tokoh Yayasan Paramadina, Ade Armando, kembali melontarkan pernyataan sinis terhadap umat Islam. Kali ini dosen komunikasi Universitas Indonesia ini menyoal keberadaan sekolah Islam terpadu.
“Sejak lama saya kuatir dengan Sekolah Islam Terpadu. Tulisan ini mengkonfirmasi kerisauan saya,” tulis Ade Armando melalui akun Twitter @adearmando1. Tulisan yang dimaksud Ade adalah tulisan bertajuk “PKS Memanfaatkan Sekolah Islam Terpadu mengajari anak Anti Jokowi” yang dirilis sebuah situs online.
Dalam tulisan itu, sang penulis, Doni Swadarma menyebut “sisi negatif” sekolah Islam terpadu. Yakni, sekolah Islam terpadu melakukan politisasi pendidikan, dan menjadi kendaraan politik partai tertentu.
“Masyarakat sudah tahu guru-guru dan pengurus Yayasan Sekolah tersebut adalah dibekingi politisi PKS.Bahkan ada lirik lagu yang seharusnya jangan lupa pilih Jokowi yang dilencengkan menjadi jangan salah pilih Jokowi,” tulis Doni.
Penulis Kompasiana itu juga mengungkapkan bahwa sekolah Islam terpadu tidak memperhatikan kesejahteraan karyawan. Di mana, setiap siswa dipungut bayaran mahal, antara Rp 10-25 juta, sementara guru dan karyawan hanya digaji antara satu sampai dua juta rupiah.

Tokoh Paramadina: Alhamdullilah! Kemenag Anggap Ahmadiyah tak Nodai Islam

Pengamat komunikasi yang juga pengurus Yayasan Paramadina, Ade Armando, menyatakan suka cita terkait pernyataan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam), M. Machasin yang menyatakan bahwa Ahmadiyah tidak menodai Islam.
“Alhamdulillah! Kementerian Agama menganggap Ahmadiyah tidak menodai Islam,” ungkap Ade Armando melalui akun Twitter @adearmando1.
Sebelumnya, Dirjen Bimas Islam, Machasin mengatakan Ahmadiyah tidak menodai Islam. Machasin mengatakan, dalam UU 1/1965 tentang Penodaan Agama, tidak jelas antara kelompok sempalan dan orang yang menodai agama. Seperti misalnya, Ahmadiyah menyebut adanya nabi setelah Nabi Muhammad, sehingga Ahmadiyah dianggap menodai ajaran Islam.
Machasin menganggap umat Ahmadiyah bukan bermaksud menodai Islam, tapi memang begitulah mereka meyakininya. “Dan memakai keyakinan itu untuk mereka sendiri,” tegas Machasin (23/11).
Menurut Machasin, seperti halnya agama Islam yang meyakini Yesus seorang nabi bukan Tuhan. Sementara Kristen mengatakan Yesus adalah tuhan. Hal tersebut tidak masuk kategori penodaan oleh Islam karena hanya disampaikan untuk kalangan umat Islam sendiri. “Kalaupun Kristen meyakini Yesus sebagai Tuhan, silakan saja karena itu keyakinan mereka,” tegas Machasin.