Friday, June 26, 2015

10 Alasan Mengapa Al-Maqdisi Enggan Menyebut ISIS Sebagai Khawarij Meski Menganggap Lebih Buruk Daripada Khawarij

Sejak awal kemunculan, para ulama jihadis banyak memberikan penilaian kepada Jamaah Daulah (IS). Beberapa dari mereka ada yang menyebut secara langsung bahwa IS adalah Khawarij. Sebagiannya lagi tidak menyebut secara langsung, tapi memberikan sinyal-sinyal bahwa dalam tubuh IS terdapat orang-orang Khawarij.
Dalam hal ini, Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi memberikan statemen yang tegas terhadap IS. Pendapatnya bukan hanya berdasar alasan syar’i semata. Namun berdasar pertimbangan strategis sebagai upaya menjaga kemurnian jihad, juga agar tidak terkotori oleh tujuan-tujuan lain di luar maksud syariat jihad itu sendiri.

Tulisan ini diterjemahkan dari situs justpaste.it dengan judul asli“Mengapa Hingga Saat Ini Saya Tidak Menyebut Mereka Khawarij, Meskipun Mereka Lebih Buruk dari Khawarij”. Bagi sebagian aktivis di Indonesia, judul di atas dapat memancing emosi.
Namun, sikap seperti itu hanya tetap bermuara pada emosi dan tak akan pernah membawa manfaat apapun ketika sebuah tulisan hanya dinilai dari sebuah judul semata.
Karena itu, yuk, jadi pembaca yang cerdas!


Beberapa ikhwan menyalahkan dan sebagian yang lain marah kepada saya, mengapa sampai sekarang saya tidak menyebut Jamaah Daulah (IS) sebagai Khawarij dengan jelas dan terang-terangan. Mereka juga menceritakan bahwa banyak para anak muda dan penuntut ilmu bersikap diam—tidak memerangi mereka—dengan alasan bahwa saya tidak menyebut mereka Khawarij. Oleh sebab itu saya tegaskan:
Pertama: Ini bukan berarti penilaian baik saya terhadap mereka (IS) bersifat mutlak. Kadangkala saya juga memandang sebagian dari mereka lebih buruk dari Khawarij.
Kelompok Khawarij mengafirkan pelaku dosa besar. Sebagian mereka ada yang mengafirkan seseorang karena berbuat ketaatan, setelah mengganti nama ketaatan tersebut dengan maksiat, pengkhianat, dan shahawat.
Rambu-rambu takfir menurut mayoritas pengikut mereka berdasarkan hawa nafsu dan permusuhan. Mereka diliputi oleh kejahilan, kebingungan, dan angan-angan yang bodoh.
Kelompok Khawarij tidak berdusta. Namun saya pernah ber-muamalah dengan beberapa dari mereka bahwa ada sebagian dari mereka yang lebih besar kedustaannya dari Rafidhah dan lebih pembohong dari Yahudi.
Mereka mengangkat pedang terhadap umat terbaik Muhammad SAW dari kalangan mujahidin, juga menghalalkan darah dan hartanya. Merekalah yang paling berani dan cepat memerangi (mujahidin) daripada memerangi kafir asli karena dianggap telah murtad—dan orang yang murtad lebih buruk dari kafir asli. Di dalam hadits disebutkan “Siapa yang memberontak dari umatku, memukul (membunuh) yang baik dan yang fajirnya dan tidak mempedulikan dari kemukminannya serta tidak menunaikan janjinya kepada orang yang dijanjikan maka ia bukan dariku dan saya lepas diri darinya. Dan barang siapa yang berperang di bawah bendera ashabiyah dan menyeru kepada kefanatikan atau marah karena fanatik kemudian terbunuh, maka terbunuhnya adalah terbunuh secara jahiliyah.”
Lantas, bagaimana bisa saya dianggap memuji dan berbaik-baik dengan mereka setelah sikapku yang berulang-ulang (dalam mengkritik mereka). Mengapa juga tidak disebutkan bahwa saya mencukupkan diri (menyebut mereka Khawarij) dengan saya merilis korespondensi kepada beberapa Dewan Syariah mereka yang menyebutkan bahwa di dalam barisan ISIS dan di barisan Dewan Syariat mereka sendiri ada yang berpemahaman Khawarij?
Maka saat saya tidak menyebut mereka Khawarij secara mutlak bukan berarti saya memuji mereka. Sebagaimana halnya ketika saya berfatwa untuk membela diri ketika mereka menyerang para mujahidin. Diperbolehkan bagi mujahidin saling bantu membantu untuk membela diri dari mereka (IS) akan tetapi tidak boleh membantu kaum murtad dalam memerangi mereka.
Kedua: Ditambah lagi keadaan saya yang tidak mengingkari para ulama yang menyebutnya secara mutlak sebagai Khawarij, seperti Syaikh Abu Qatadah hafidhahullah. Saya tahu bahwa sebutan yang disematkan beliau—dan ulama yang lain juga—bukanlah sebutan yang hadir karena sebuah permusuhan, atau untuk memenuhi kesenangan para komentator yang tidak suka dengan mereka dari kalangan thaghut, atau para pengambil keuntungan dari kalangan pembenci mereka, ataupun maksud-maksud buruk lainnya. Tetapi, sebutan tersebut hanya diucapkan setelah melakukan pengamatan yang baik, mengikuti kebenaran serta pengetahuan tentangnya.
Oleh karena itu, kamu mendapati beliau-beliau (para ulama) menjelaskan dengan rinci dan menyandarkannya pada dalil (ta’shilul ilmi) bahwa menyebut (kelompok) mereka dengan Khawarij tidak berarti menghukumi semua anggota mereka sebagai Khawarij (secara individual). Namun, cukuplah menetapkan penyifatan Khawarij ini terhadap para petinggi kelompok pembangkang tersebut ketika menyifati mereka. Karena pada dasarnya pemimpin dan komandan merekalah yang mengarahkan mereka untuk menumpahkan darah kaum muslimin dan memvonis kafir para mujahidin.
Sebutan Khawarij terhadap mereka secara mutlak tidak mempengaruhi status para pengikut mereka yang “tertipu.” Bisa jadi mereka (para pengikut yang tertipu) itu adalah makhluk yang paling wara’ dan bertakwa. Akan tetapi, dalam hal ini saya mengetahui bahwa kebanyakan orang tidak paham akan perincian ini. Oleh karena itu, saya memilih untuk tidak menyebut mereka Khawarij secara mutlak walaupun saya tidak berbeda pendapat dengan yang menyebut mereka sebagai Khawarij secara mutlak (seperti Abu Qatadah).
Di samping itu Syaikh (Abu Qatadah) menetapkan bahwa perang mereka (IS) terhadap Rafidhah dan Nushairiyah adalah tindakan terpuji. Kalau seandainya di Irak tidak ada yang memerangi Rafidhah selain mereka, maka Syaikh akan berperang dengan mereka.
(Apa yang dilakukan Abu Qatadah) di mana posisinya jika dibandingkan dengan kejahatan orang-orang yang menganggap bahwa kejahatan Rafidhah, thaghut, dan Obama lebih rendah dari IS? Di mana posisi perincian Abu Qatadah atas kekhawarijan mereka jika dibandingkan dengan orang-orang yang menyebut semua anggota IS sebagai Khawarij atas dasar permusuhan dengan tujuan untuk membasmi IS sampai ke akar-akarnya tanpa mempedulikan adanya di barisan ISIS para pemuda yang tertipu?
Para pemuda tersebut datang untuk berjihad dan tertipu dengan nama khilafah (ala IS). Sehingga dengan membasmi ISIS sampai ke akarnya para thagut akan senang karena bisa membunuh para pemuda yang ikhlas dalam membela agama.
Ketiga: Saya mengerti bahwa permusuhan sebagian kelompok di wilayah Syam dengan Tandhim Daulah (IS) bukan permusuhan syar’i sesuai landasan dien. Tetapi, karena hal duniawi atau pesanan-pesanan, anjuran-anjuran, dan tipu daya para penyokong. Saya tidak suka namaku dibawa-bawa dalam permainan kotor ini. Untuk itu, saya tidak akan memberikan pendapat-pendapatku dalam perang yang kotor ini.
Saya tidak akan rela dijadikan alat oleh para konspirator, saya tetap pada sikap saya ini demi membuat kecewa hati mereka (para konspirator dan yang berniat buruk) dan penyenang bagi orang yang kembali dan bertaubat dari kalangan para pemuda yang tertipu dalam Jamaah Daulah (IS) yang mau mendengarkan nasehatku dan menerimanya karena saya bersikap inshaf kepada mereka.
Saya bersikap seperti ini juga demi menjaga darah saudara-saudaraku yang menunggu fatwaku untuk menyerang IS sehingga mereka terlibat dalam pertempuran yang tidak ada untungnya sama sekali.
Dan tidak semestinya dikatakan bahwa Abu Qatadah tidak memperhitungkan tentang hal ini. Sungguh, saya menghirmati beliau, pilihannya aku hormati. Masing-masing dari kami memiliki murid yang menanti pendapat kami. Kami saling melengkapi satu sama lain, Subhanallah.
Kami bersikap adil terhadap dinamika jihad walaupun sikap adil kami ini banyak ditentang oleh orang-orang yang tidak suka. Saya dan Syaikh mengetahui bahwa medan Syam akan menjadi medan konspirasi internasional dan permainan intelijen. Tandhim Daulah dengan kebodohan dan pandirnya pimpinannya juga kebanyakan dari pengikutnya, mereka telah menjadi batu dari batu-batu permainan ini, yang sibuk memenuhi urusannya sendiri, bukannya “memanfaatkan” kondisi ini dan malah menjadi objek yang dimanfaatkan karena kebodohan pimpinannya.
Kami tidak akan rela sikap, fatwa, dan pendirian kami dimanfaatkan untuk permainan kotor ini dan berbagai tujuannya yang buruk.
Keempat: Oleh karena itu hingga saat ini di antara kita tidak ada yang memfatwakan untuk memerangi mereka kecuali untuk membela diri. Hal ini agar fatwa kita tidak digunakan untuk menyenangkan para thaghutdan Salibis yang berada di belakang mereka serta siapa saja yang berusaha memberantas IS dalam fase ini. Setelah itu, mereka dengan mudah memberantas JN dan yang semisalnya dari kelompok yang enggan taat terhadap kesenangan musuh-musuh jihad.
Kelima: Istilah Khawarij memiliki konsekwensi hukum-hukum syar’i yang dapat dimanfaatkan tentara asing dalam kelompok-kelompok yang menyimpang. Diantara manfaat yang bisa diraih musuh adalah seruan untuk membunuh mereka (IS) sebagaimana Allah membunuh kaum ‘Ad tanpa dipilah-pilih antara yang tertipu dan yang lainnya.
Saya tidak rela membuka pintu ini demi kemaslahatan orang-orang yang mereka lebih buruk dari para ghulat dan Khawarij. Terkhusus setelah mereka (kelompok yang memerangi IS) menggunakan fatwa dari dewan syariat, para ulama Murji’ah dan para ulama sulthan di dalam dan luar negeri. Sehingga para musuh Allah senang, para Rafidhah dan thaghut pun mengambil kesempatan untuk mencap Jamaah Daulah secara mutlak sebagai Khawarij.
Saya tidak akan masuk dalam medan yang bukan medan saya. Kita tidak sependapat dengan mereka (yang ingin membasmi IS sampai ke akar-akarnya) dalam masalah ushul (pokok) dan terlebih lagi dalam halfuru’ (cabang). Untuk itu, ketika para ghulat dan Khawarij memerangi Rafidhah dan Nushairiyah maka kita senang dengannya. Kita berharap mereka menang selama tidak ada kelompok Sunni yang melawan Rafidah di Irak kecuali mereka. Sementara mereka yang ingin IS musnah lebih suka jika Rafidah menang melawan IS.
Keenam: Sebutan Khilafah dan Daulah Islamiyah adalah sebutan paling  disukai oleh hati saya dan hati setiap muslim. Permusuhanku tidak mungkin karena istilah ini. Akan tetapi permusuhanku kepada orang yang menodai istilah ini denga sikap ghuluw, pengkafiran umat Islam, penumpahan darah mujahidin dan ulama’.
Saya telah melihat jelas dalam diri saya bahwa Jamaah Daulah mengafirkan JN apalagi. Mereka menghalalkan darah pengikut JN dan kelompok jihad lainnya. Sebagaimana mereka menghalalkan darah orang yang berhasil mereka tangkap daari siapa saja yang menyelisihi mereka dari kalangan mujahidin dan ulama, baik di Syam, Irak, Afghanistan, Libya atau negeri lainnya.
Alasannya adalah karena mereka menolak syariat umat dan khilafah. Mereka telah menenggelamkan diri dengan sebutan (Khilafah) ini, setelah itu menyematkan sifat-sifat shahawat, antek, pengkhianat dan murtad kepada siapa yang menyelisihinya. Dengan sebutan itu, mereka (IS) menipu pengikutnya sehingga menganggap remeh darah kaum muslimin dan ruh mereka sehingga mudah bagi mereka untuk menumpahkannya.
Ketujuh: Saya tidak mengambil sikap terkait Tandhim Daulah hanya berdasarkan nukilan-nukilan yang tidak detail yang sampai kepada saya yang berasal dari kelompok yang bermusuhan dengan ISIS (sebagaimana klaim kebanyakan anggota IS). Justru saya  saya mengambil sikap terhadap mereka atas dasar pengalaman pribadi dan langsung ketika bermuamalah dengan mereka.
Pengalaman itu memberitahu saya bahwa ISIS sama sekali tidak tertarik menegakkan hukum Islam kecuali jika itu ada kemaslahatannya bagi mereka. Mereka juga tidak bisa dipercaya dalam masalah darah kaum Muslimin dan juga kehormatan mereka. Di antara yang saya alami bersama mereka dalam kesempatan ini adalah:
Seruan saya terhadap mereka untuk tahakum (berhukum) dengan syariat dengan hakim-hakim yang telah terpenuhi syaratnya. Setelah beberapa bulan berlalu, mereka dengan jelas menolaktahakum. Inilah perkara yang saya alami bersama mereka. Ini cukup bagi seorang pemilik hati yang hidup mengetahui bahwa mereka itu para pendusta yang tidak menghormati syariat Allah dan tidak mau dengan putusan hukum (syariat)-Nya.
Hal lainnya adalah menyia-nyiakan darah saudari kita, Sajidah. Mereka lebih memilih merilis video (eksekusi bakar pilot) daripada menjaga darah saudari kita. Padahal mereka telah diingatkan bahwa Sajidah akan dieksekusi jika pilot tersebut juga dieksekusi. Dalam hal ini mereka malah memilih merilis video eksekusi bakar pilot. Maka dapat diketahui bahwa mereka tidak menjaga darah kaum muslimin dan tidak pantas menjadi pemimpin yang penyayang di antara mereka.
Dua hal inilah yang membuatku prihatin terhadap para pemimpin Daulah (IS). Mereka menolak tahkim yang saya tawarkan kepada mereka, padahal telah sesuai dengan syarat mereka. Di saat ada peringatan ancaman eksekusi terhadap Sajidah jika membunuh pilot, mereka malah menyebarkan video pembakaran padahal setelah mereka berdusta dengan berjanji melepaskannya. Bersamaan dengan itu mereka membunuh si pilot dengan putusan hukum dewan syariat di antara mereka sebagai hukum qisas… Maka dikorbankanlah Sajidah dan Ziyad Karbouli dengan tujuan pembelaan.
Pengumuman dan provokasi lebih didahulukan daripada jiwa kaum muslimin.
Dan termasuk kedustaan dan penipuan mereka adalah menisbatkan seseorang bukan sesuai namanya. Sehingga dapat disebut sebagai seorang agen mata-mata atau telah murtad. Mereka menyebutku agen mata-mata dan pembela pilot karena pembelaanku dalam menyelamatkan tawanan kaum muslimin.
Sesungguhnya badan intelijen jauh lebih ber-khusnu dzan kepada saya daripada pihak yang menyebut diri mereka sebagai Khilafah dan mengklaim sebagai jihadis. Yakni manakala mereka berkata kepada saya: “Kami (pihak Intelejen) tahu bahwa jika bukan karena Sajida, Anda tidak akan campur tangan dalam masalah pilot.” Ini adalah aib yang terbuka dari mereka sendiri yang belum lama ini mereka masih memanggil saya, “Syaikh kami, Syaikh kami.” Setelah itu menjadikan kesempatan ini untuk memusuhi dan menuduh agama saya. Sehingga mereka membuka pintu bagi pengikutnya untuk mengkhianati dan mengafirkanku.
Kedelapan: Mereka jika tetap pada pendiriannya, termasuk manusia yang paling jauh dari Nabi SAW. Dari Jabir berkata, Rasulullah SAW bersabda “Yang paling saya cintai di antara kalian dan yang paling dekat denganku tempat duduknya pada hari Kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya yang lemah lembut yang suka kepada manusia dan manusiapun suka kepadanya. Yang paling saya benci di antara kalian dan paling jauh tempat duduknya di hari Kiamat adalah yang banyak berbicara, yang suka usil, dan orang-orang Mutafaihiq (yang pongah dengan ucapannya).”
Saya telah menjalin kontak dan bermuamalah dengan sebagian dari mereka. Saya dapati mereka adalah manusia yang paling buruk akhlaknya dan paling hina pergaulannya. Cukuplah para pencari kebenaran mengetahui bahwa setelah mereka berkata, “Syaikh kami Syaikh kami” di tengah-tengah (perundingan?)
Setelah sebulan berdusta mereka mengirim tulisan ke HP saya dengan kalimat yang tersembunyi (password) di dalamnya yaitu: (Mucikari Maqdisi…). Tuduhan ini akan saya tuntutkan kepada Al-Baghdadi, Al-Adnani dan para pemimpin mereka. Saya akan menuntut kalimat itu di hadapan Allah dan saya tidak akan melepaskan mereka sehingga ada jalan keluar atas fitnah yang mereka tuduhkan kepadaku dan keluargaku. Yang bertanggung jawab atas hal ini adalah mereka yang mengklaim diri sebagai Dewan Syariat dan para pendebat di antara mereka.
Saya mengatakan hal ini di sini bukan karena saya merasa terzalimi atau sedang curhat kepada orang-orang di dunia. Akan tetapi agar mereka yang tertipu paham (inilah kelakuan) para komandan mereka yang dengan komando mereka orang-orang yang tertiu rela meledakan badan mereka. Apakah model komandan seperti ini layak untuk diamanahi ruh-ruh mereka yang tertipu? Sungguh mereka adalah komandan yang tidak punya akhlak, agama dan tanggung jawab. Maka kalian akan ingat apa yang saya katakan ini, saya serahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat para hambanya.
Kesembilan: Serangan dan kedustaan Jamaah Daulah terhadap saya serta fitnah, kebohongan dan pengafiran sebagian dari mereka kepada saya, juga celaan mereka itu padahal saya sudah bersikap seperti yang saya sebutkan di atas terhadap mereka. Hal itu menunjukkan mayoritas dari mereka kurang akalnya, bodoh dan kotornya hati kebanyakan dari mereka.
Sikapku ini saya pegang walaupun mereka sering berlaku curang dalam bermusuhan menunjukkan bahwa tidak mengambil sikap ini karena balas dendam atau pesanan pemerintah. Karena yang paling disenangi pemerintah adalah saya menyebut mereka secara jelas dengan sebutan Khawarij, oleh karenanya hingga saat ini tidak saya lakukan. Alhamdulillah, saya tidak memiliki para penyokong yang dapat mempengaruhi sikapku atau yang saya takuti mereka akan memutus uangnya.
Keputusanku ini berdiri sendiri, tidak dipengaruhi oleh hasutan dan tekanan musuh-musuh Tandhim Daulah. Sebagaimana juga tidak terpengaruh oleh kedustaan, tuduhan, dan kebohongan Jamaah Daulah. Tetapi bagiku adalah sebaliknya. Sesungguhnya celaan, kebohongan, dan kedustaan mereka kepadaku bisa saja menjadi sebab bertambahnya permusuhanku  kepada mereka atau menyematkan kepada mereka dengan penamaan Khawarij (tapi tidak aku lakukan).
Hal ini karena saya telah berniat untuk tidak mengubah permusuhanku kepada IS yang bersifat syar’i menjadi permusuhan yang bersifat personal. Kapan saja bertambah penolakanku terhadap mereka, hal itu justru sebuah kesalahan yang mereka perbuat dan musibah baru yang mereka lakukan.
Kesepuluh: Sikapku ini adalah sikap syar’i yang saya jelaskan untukmaslahat jihad dan mujahidin. Dan saya tahu bahwa selain daripada itu, mereka yang tidak bersikap adil, Murjiah, pembantu thaghut akan memberikan cela kepada IS melalui lisanku. Mereka akan mengatakan, “Syaikh berkata bahwa mereka lebih buruk dari Khawarij tetapi tidak mau menyebutnya sebagai Khawarij.”
Maka saya ulangi lagi apa yang telah saya ucapkan, “Di antara mereka ada yang lebih buruk dari Khawarij dan saya tidak berkeyakinan bahwa seluruhnya Khawarij atau lebih buruk dari Khawarij. Dan yang paling buruk dari mereka adalah para pimpinannya yang membiarkan berlangsungnya pentakfiran dan penumpahan darah kaum muslimin dan mujahidin.
Itulah pimpinan kejam yang paling buruk terhadap bawahannya. Mereka tidak amanah terhadap para pemudanya yang datang dari berbagai negeri untuk menolong “Khilafah” dan “Daulah Islamiyah”. Mereka memandang murah darah-darah pemuda yang datang dari belahan bumi, serta para pimpinan tadi menjurumuskan anggota mereka kepada kehancuran di sana sini.
Saya telah jelaskan bahwa perincian saya ini adalah sama dengan pilihan Syaikh Abu Qatadah sendiri. Saya di sini hanya mencoba untuk menjelaskannya. Saya tidak ingin menyebut mereka Khawarij secara mutlak karena, menurut saya, kebanyakan orang-orang bodoh di kelompok-kelompok yang berlawanan dengan IS tidak paham perincian dari sematan Khawarij mutlak yang diberikan oleh syaikh Abu Qatadah.
Dengan menyebut IS Khawarij secara mutlak tanpa penjelasan daan perincian, tentara asing akan senang. Maka, nasehatku terhadap pengikut mereka (IS) yang polos pun dihalang-halangi. Saya sepakat dengan Syaikh Abu Qatadah dalam mensifatinya (sebagai Khawarij). Tetapi dalam hal ini, saya telah merinci dan menjelaskannya.
Saya mengetahui bahwa medan jihad telah bercampur dan ter-infiltrasi oleh nafsu-nafsu personal dan tujuan duniawi, konspirasi oleh pihak asing dan dalam negeri serta permainan dan intelijen. Untuk itu fatwa ini saya tujukan kepada kaum Sunni, bukan kaum bid’ah. Juga (saya tujukan) kepada para penolong jihad sehingga api para ghulat dan pembangkang tidak bercokol sebagai tujuan yang terkait dengannya; bukan untuk kaum sekuler atau penolong thaghut atau selainnya yang memandang hal ini dengan sikap yang pernah aku sebutkan. Sehingga (fatwa ini) dapat mengacaukan tujuan-tujuan mereka, tidak mereka ridhai serta tidak sesuai dengan kepentingan mereka. Alhamdulillah…
Inilah yang dapat aku paparkan. Shalawat dan salam kepadan Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya dan para seluruh sahabatnya.
Abu Muhammad Al-Maqdisi
Ramadhan 1436 H
Penerjemah: Ibas
Editor: Miftahul Ihsan


Tanggapi Jubir ISIS, Al-Maqdisi: Syubhat Kian Hari Kian Terungkap

Juru bicara Daulah Islamiyah, Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani, Selasa kemarin (23/06) muncul dengan pidato terbaru.  Dalam pidato yang berjudul “Wahai kaum kami! Terimalah seruan orang (Muhammad) yang menyeru kepada Allah (Al-Ahqaf: 31)” itu, Al-Adnani menyeru kepada para penduduk dan suku-suku di Irak agar bergabung dengan Daulah.
Berbagai penilaian pun bermunculan, di antaranya dari Syaikh Ibrahim Sakran yang merupakan murid Syaikh Sulaiman Al-Ulwan. Kemudian, kali ini mendapat tanggapan dari Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi yang aktif memberikan masukan kepada pihak Daulah dan mujahidin pada umumnya.
Tanggapan Syaikh Al-Maqdisi tersebut kami sertakan dalam terjemahan utuh dari link justpaste.it yang dapat Anda baca lengkap di bawah ini. Selamat membaca!



Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasululullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dalam rilisnya yang terakhir  “Ya Qaumana Ajiibu Da’iyallah,” Al-Adnani mengklaim bahwa, “Tidak ada sejengkal tanah pun di muka bumi ini yang menerapkan syariat Allah selain wilayah Daulah Islamiyah.”
Pernyataan yang menjadi pijakan awal seperti ini jelas tidak benar, karena pasti akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan sesat lainnya. Mengapa pijakan awal ini disebut tidak benar?
Karena banyak juga ikhwan kita di Taliban yang menegakkan syariat Islam sesuai dengan kemampuan mereka, demikian juga dengan para mujahidin lainnya. Kami melihat kelompok seperti Jabhah Nushrah juga telah menegakkan syariat Islam sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki dan tidak menyelewengkannya seperti yang dilakukan kelompok ekstrem (ghuluw).
Karena kelompok ekstrem (ghuluw) mengafirkan setiap orang yang berbeda pandangan dengan mereka dan menghalalkan darahnya. Lantas apakah ini yang disebut hukum Allah? Apakah ini yang dimaksud  dengan penegakkan syariat? Apakah mengafirkan kaum muslimin yang tidak bersalah dan menghalalkan darahnya termasuk hukum Allah atau hukum thaghut?
Demi Allah, siapa pun yang menyatakan bahwa ini bagian dari hukum Allah, maka sungguh dia telah berdusta atas nama Allah serta menyelewengkan syariat-Nya.
Dalam perkataannya yang lain, Al-Adnani juga mengawali dengan pijakan serupa dan dapat menghasilkan kesimpulan sesat lainya. Ia berkata, “Ingat! Jika ada yang mampu menguasai kembali sejengkal atau satu kampung, atau bahkan satu kota dari kekuasaan Daulah, maka ia pasti akan menggantikan hukum Allah dengan hukum manusia.”
Kesimpulan ini  berlaku bagi semua, bahkan Jabhah Nushrah sekalipun, atau kelompok-kelompok mujahidin semisal yang telah menyatakan dengan jelas bahwa tujuan perjuangan mereka adalah untuk menegakkan Daulah Islamiyah.
Sikap mengeneralisir semacam ini lahir karena sifat ekstrem (ghuluw) dan masih meragukan keislaman orang yang tidak mau berbaiat kepada Daulah. Apakah ini bukan bentuk vonis kafir terhadap orang  yang menyelisihi Daulah atau memerangi mereka?
Apalagi mereka juga memandang bahwa tidak ada satu pun yang menginginkan tegaknya syariat di muka bumi ini selain mereka. Merekalah satu-satunya yang menegakkan Daulah Islamiyah dan Khilafah, sementara yang lain menegakkan hukum thaghut.
Kesimpulan ini jelas berasal dari klaim dan pernyataan—Al-Adnani—yang memukul rata semuanya, yaitu;
إن استطعت أن تأخذ منها شبراً أو قرية أو مدينة سيستبدل فيها حكم الله بحكم البشر
“Jika Anda mampu menguasai sejengkal saja atau satu kampung, atau bahkan satu kota dari kekuasaan Daulah maka dia pasti akan menggantikan hukum Allah dengan hukum manusia.”
Perkataan ini jelas menimbulkan konsekuensi vonis kafir terhadap siapa saja yang menyerang mereka, meskipun melakukan perlawanan demi membela diri. Mereka ingin menyerang para mujahidin dan menguasai daerah yang dikuasai mujahidin. Lalu, siapa pun yang menjadi tawanan, akan mereka sembelih. Kemudian, ketika para mujahidin berperang membela diri dari serangan mereka, langsung mereka vonis kafir. Yang demikian ini tentulah suatu pembagian yang tidak adil.
Juru bicara ini berkata, “Kemudian saya ingin bertanya kepada dirimu, apa hukumnya orang yang menggantikan atau membantu pihak lain untuk mengganti hukum Allah dengan hukum manusia…? Ya, tentu kamu itu kafir karena perbuatan tersebut.”
Tidak diragukan, pernyataan tersebut dia ucapkan agar mudah dipahami oleh para  pengikutnya, karena dia tahu bahwa mereka rata-rata bodoh dan hanya bisa dijelaskan melalui pernyataan atau klaim seperti ini. Pernyataan tersebut mampu mempengaruhi pikiran pengikutnya bahwa siapa pun yang memerangi Daulah—dengan cara apa pun—maka sama saja hendak menggantikan hukum Allah dengan hukum manusia!!
Renungkanlah perkataan tersebut!
Memukul rata semacam ini jelas ingin mengafirkan siapa pun yang memerangi Daulah dengan cara apa pun. Sekalipun, perlawanan tersebut dalam rangka membela diri, keluarga atau menolak sikap ekstrem dan serangan mereka, atau siapa pun yang berusaha menegakkan syariat sunni (Islam) yang berbeda dengan hukum yang mereka tegakkan. Mereka semua (statusnya) sama, yaitu berupaya untuk menggantikan hukum Allah dengan hukum  manusia!
Menggeneralisir seperti ini sama saja mereka menganggap bahwa Jabhah Nushrah dan kelompok-kelompok mujahidin yang jelas ingin memperjuangkan hukum Allah, berada satu misi dengan tindakan Nushairiyah, Rafidhah, Syabihah, Amerika dan Koalisi. Dan, sama juga dengan misi kelompok PKK dan kelompok-kelompok sekuler lainnya.
Kezaliman macam apa ini, serta sikap ekstrem bagaimana lagi ini? Kalau hal ini bukan cara kelompok Khawarij dan kelancangan dalam mengafirkan kaum muslimin, terus cara siapa ini?
Kemudian, para pengikutnya senang atas statemennya, sehingga mereka terus tertipu dengan ucapan dan kedustaannya, terlebih setelah dia membuat pijakan dasar yang melahirkan kesimpulan yang berbahaya lainnya, yaitu pernyataannya;
فاحذر … فإنك بقتال الدولة الاسلامية تقع بالكفر من حيث تدري أو لا تدري
“Waspadalah!…dengan memerangi Daulah Islamiyah maka kamu telahkafir, baik sadar maupun tidak.”
Perhatikanlah cara dia memukul rata dalam masalah ini serta menghilangkan setiap ikatan yang ada. Dia memberi legitimasi kepada para pengikutnya yang ekstrem untuk membunuh siapa saja yang menyelisihi atau memerangi mereka. Kemudian, mereka pun marah ketika ada yang menyifati mereka dengan ekstremis atau bermanhaj Khawarij!
Jika vonis pukul rata seperti ini bukan akidah Khawarij, terus seperti apa kelompok Khawarij itu? Jika sikap seperi ini tidak boleh disebut ghuluw, terus gimana lagi yang disebut ghuluw itu, seperti apa  warna dan rasanya?
Para pengikut Daulah telah melakukan pembunuhan terhadap siapa pun yang menyeselihi mereka sebelum keluar fatwa ini, dan jauh sebelum ada vonis umum seperti ini. Lantas apa yang ada dalam benak Anda jika mereka saja telah mengumumkan sikap ghuluw-nya seperti ini. Sungguh, pintu hukum telah terbuka bagi  para pengikut Daulah untuk membunuh setiap orang yang menyelisihi Daulah karena telah murtad.
Tidak ada bentuk perang lain yang mereka pilih dari sekian bentuk perang yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin—sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan pernyataan Nabi dalam haditsnya. Semua itu dia ingkari. Kemudian mengajak para pengikutnya untuk membunuh siapa saja yang menyelisihi mereka karena telah murtad, walaupun yang dibunuh tersebut melakukan perlawanan karena ingin membela diri.
Seolah-olah yang mereka inginkan dari klaim sesat ini adalah siapa pun yang diserang oleh tentara Daulah, hendaknya mereka mempersilahkannya dan menyerahkan dirinya untuk disembelih, tidak boleh membela diri karena kalau tidak demikian bisa murtad.
Teror pemikiran takfir seperti ini tidak ada yang bisa menerimanya kecuali orang bodoh dan lalai yang mengikuti arahannya seperti orang buta. Sedangkan mereka yang memiliki akal sehat dan memahami agama ini dengan benar, yaitu sesuai dengan penjelasan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam, maka tidak mungkin menerima vonis yang merata seperti ini.
Oleh karena itu saya mengira bahwa kerancuan mereka ini mulai tampak di mata semua orang. Fitnah mereka yang selama ini dijelaskan oleh para ulama dan telah menciptakan syubhat bagi orang-orang yang bodoh, semakin hari kian terungkap. Dan telah tiba saatnya bagi mereka yang memiliki akal untuk melakukan seperti yang dilakukan oleh Abu Walid Al-Maqdisi dan orang-orang yang  semisal dengannya.
(Abu Walid Al-Maqdisi adalah qadhi Jamaah Daulah yang terbunuh di Qalamun bersama istrinya di tangan orang-orang Daulah sendiri karena mengungkap penyimpangan mereka—Red)
Terutama pemikiran takfir yang menghalalkan darah kaum muslimin yang berbeda pendapat dengan mereka. Hal tersebut menjadi titik tekan kritik saya kepada juru bicara ini. Pernyataannya yang sebelumnya, justru ia ingkari sendiri. Bahkan, perkataannya ketika bermubahalah dengan Syaikh Abu Abdillah Asy-Syami, sebagaimana dalam pernyataan resminya yang berjudul “Mari kita Bermubahalah dan Menjadikan laknat Allah Atas Orang yang Berdusta” ia berkata,
“Wahai kaum muslimin, ucapkanlah amin dan jadikanlah laknat Allah ituatas orang yang berdusta.”
“Ya Allah, sesungguhnya Abu Abdullah As-Syami telah mengklaim bahwa kami: … dan seterusnya.
“Bahwa Daulah berpendapat semua orang yang memeranginya berarti telah memerangi Islam, sehingga ia pun keluar dari millah Islam.”
“Ya Allah, saya bersaksi kepadamu bahwa apa yang disebutkan oleh Abdullah Asy-Syami adalah dusta dan reka-reka untuk menjelek-jelekkan Daulah. Dan bahwa itu bukanlah manhaj Daulah. Daulah tidak berakidah seperti itu, dan tidak melakukannya. Sebaliknya, Daulah mengingkari orang yang melakukannya. Ya Allah, siapa di antara kami yang dusta, maka turunkanlah laknatmu kepadanya dan tunjukkanlah tandanya sebagai pelajaran.”
Maka perhatikanlah pendusta ini yang telah mengingkari pernyataannya sendiri sebelumnya, dia jelaskan serta umumkan dalam bentuk mubahalah terhadap sesuatu yang dia ingkari sebelumnya. Yaitu tuduhan bahwa Daulah mengafirkan setiap orang yang menyelisihi dan menyerang mereka. Maka, sesungguhnya dia melaknat terhadap dirinya sendiri.
Jika para pengikutnya lupa atau lalai memperhatikan perkara ini, maka orang lain tidak lupa terhadap pernyataan itu.
Wahai para muqallid, sadarlah dari kelalaianmu dan janganlah kalian mengikuti pembohong yang satu ini, yang berani menantang Allah dan menghalalkan darah kaum muslimin, serta berani bermubahalah terhadap siapa saja yang mengingkarinya.
Firman Allah adalah Haq dan Dialah Maha Pemberi Hidayah
Abu Muhammad Al-Maqdisi
Ramadhan 1346 H
Penerjemah: Fahruddin
Editor: Rudi