Friday, October 2, 2015

Mengapa Syiah Memojokkan Saudi Arabia?

Tragedi desak-desakan jamaah haji Kamis 10 Dzuhijjah 1436 H (24/09/15) kemarin merupakan salah satu ujian berat dari Allah Penguasa alam raya ini.

Jutaan jama’ah haji berada di Mina bergerak menuju satu titik ke arah Jamarat untuk melakukan lempar jumrah Aqobah. Dengan BERTALBIYAH, dan BERTAKBIR dalam keadaan BERIHRAM, meniru Nabi besar mereka, sang uswah hasanah dan pimpinan umat ini, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Namun Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijak telah mentaqdirkan, ajal menjemput sebagian para jama’ah yang sedang khusyu’ melaksanakan rukun Islam kelima tersebut. Allah taqdirkan mereka wafat di tempat yang suci nan mulia, di tanah haram, dalam keadaan bertakbir, bertalbiyah, dan berihram.

Semoga mereka keluar dari sempi dan panasnya dunia, serta dari berbagai kesulitan dunia ini, menuju kelapangan dan kesejukan akhirat serta meraih nikmat di akhirat. Semoga Allah membangkitkan mereka dalam keadaan bertalbiyah sebagaimana mereka meninggal dalam keadaan bertalbiyah. Ketika salah seorang shahabat ada yang meninggal ketika haji dalam keadaan berihram, beliau memerintahkan untuk tidak menutup kepalanya dan tidak diberi minyak wangi, seraya beliau bersabda :

إنه يبعث يوم القيامة ملبيا

” Sesungguhnya Allah akan membangkitkan dia pada hari kiamat nanti dalam keadaan bertalbiyah.”

Semoga Allah memuliakan para jama’ah haji yang wafat, sungguh ini insya Allah merupakan penutup yang baik dan akhir kehidupan yang berbahagia. Semoga keluarganya yang ditinggal diberi kesabaran dan ketabahan.

Semoga para jama’ah yang mengalami cidera dan luka-luka bisa segera sembuh seperti sedia kala.

Pemerintah Saudi Arabia telah berupaya memberikan yang terbaik dalam mencurahkan segala pelayanan demi kenyamanan para jama’ah haji. Sungguh kerja keras Pemerintah Saudi Arabia lebih dari cukup.

Segala upaya pelayanan terbaik telah dilakukan, kerja keras telah dikerahkan, trilyunan riyal telah dikeluarkan, sumber daya manusia yang terbaik kualitas dan kuantitasnya telah diterjunkan, ditambah dengan perhatian besar dari raja, menteri, gubenur, dan para pejabat penting lainnya. Sungguh merupakan khidmat BESAR yang BELUM ADA BANDINGANNYA. Hanya orang-orang dengki dan menyimpan permusuhan sajalah yang mengingkari hal ini.

Namun sayang, di tengah musibah Mina tahun ini, yang semestinya membuat kita banyak-banyak introspeksi diri dan banyak beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, muncul suara-suara provokasi untuk memojokkan pemerintah Saudi Arabia.

Yang paling keras bersuara dalam hal ini adalah IRAN. Melalui pejabat-pejabat resminya, Iran terang-terangan menghujat Saudi.

Iran terang-terangan menyebut tragedi Mina sebagai kejahatan yang dilakukan otoritas Saudi terhadap para jamaah haji.

“Kami akan mendorong pengadilan internasional dan dunia internasional untuk mulai mengadili Saudi atas kejahatan mereka terhadap jamaah haji,” cetus Jaksa Agung Iran Ebrahim Raisi seperti dikutip kantor berita ISNA dan dilansir Reuters, Senin (28/9/2015).

“Ini bukan ketidakmampuan, tapi ini sebuah kejahatan,” tegas Raisi kepada televisi setempat, IRIB.

Sebelumnya, Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyatakan Arab Saudi harus meminta maaf atas insiden yang terjadi di Mina. ” Daripada menuduh ini dan itu, Saudi harus menerima tanggung jawab dan meminta maaf kepada umat Islam dan keluarga korban,” kata Khamenei dalam situs resminya, Minggu (27/9).

Iran sangat gencar menebarkan opini guna menjatuhkan kredibilitas Saudi Arabia di berbagai media. Bahkan Sabtu (26/09) kemarin, orang-orang Syi’ah menggelar demo di Teheran memprotes Saudi, sambil meneriakkan yel-yel, “Matilah Dinasti Saudi!!”

Mengapa Iran begitu gencar menciptakan opini bahwa Saudi-lah biang dari tragedi Mina? ADA APA DI BALIK INI?

Padahal di lapangan, para saksi melaporkan bahwa berdesak-desakannya jama’ah haji di Mina bermula ketika ratusan jamaah haji Iran BERGERAK MELAWAN ARUS. Menyusul harian Syarq Ausath melansir pengakuan petugas haji Iran bahwa 300 jamaah haji Iran MENYALAHI aturan gelombang melempar jumrah.

Lebih aneh lagi, ketika media Iran dan Lebanon menuding Pangeran Muhammad Salman Al-Saud sebagai penyebabnya. Yaitu ketika Sang Pangeran tiba di lokasi dengan iring-iringan. Inilah yang menyebabkan arus jama’ah haji terhenti secara tiba-tiba.

Lebih lucu lagi, versi lain menyebutkan bahwa karena kehadiran Raja Salman sendiri….

Sangat kentara sekali jika berita tersebut hanya MENGADA-ADA dan DIPAKSAKAN untuk mencari kambing hitam.

Sementara tidak ada satu pun saksi mata yang menyaksikan kehadiran Pangeran Muhammad Salman atau pun Raja Salman.

Bahkan video yang disebarkan sebagai bukti kehadiran Pangeran Muhammad Salman atau Raja Salman ternyata adalah peristiwa pada tahun 2012 !!

Ini benar-benar mengingatkan kita, bahwa Syi’ah adalah kaum PENDUSTA. Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah telah menegaskan, “Aku tidak pernah melihat pengekor hawa nafsu yang lebih DUSTA ucapannya, dan lebih BERANI BERSAKSI PALSU dibandingkan kaum Rafidhah.” (al-Laalika’i 8/1457).

Imam besar kaum muslimin mempersaksikan bahwa Syiah adalah kaum yang paling PENDUSTA.

MENGAPA SYI’AH begitu gencar melakukan propaganda? Apakah memang ini merupakan upaya sistematis untuk menutupi kenyataan di lapangan? Apakah Syi’ah KETAKUTAN jika kenyataan tersebut terungkap ?

Sementara kita tahu, berkali-kali keributan dan kekacauan di musim haji, bahkan sampai membawa korban ribuan nyawa jamaah haji, TERNYATA TIDAK LEPAS DARI SYI’AH IRAN di balik itu semua.

Bahkan kekejaman berdarah di Tanah Haram terhadap jama’ah haji oleh kaum SYI’AH, merupakan fakta kelam yang dicatat oleh sejarah dan disaksikan oleh umat.

Sangat disesalkan, banyak media yang terwarnai dengan Iran, termasuk media-media nasional ternama di negeri ini. Kaum Liberal pun tak ketinggalan ikut menghujat Saudi.

Sehingga tragedi Mina 1436 H, yang sebenarnya merupakan musibah yang bisa diteliti apa sebab musababnya dengan hati yang jernih sekaligus menunjukkan kelemahan manusia sebagai hamba Allah Yang Maha Perkasa, malah bergeser menjadi upaya untuk menjatuhkan kredibilitas Saudi Arabia di mata dunia dan tudingan terhadap Saudi sebagai biang keladinya.

Pergeseran ini semakin membuat simpang siur informasi. Pemberitaan di media dan statemen para tokoh sudah tidak murni lagi, tapi sarat dengan kepentingan. Padahal perlu diingat, bahwa:

1. IRAN yang beragama Syiah itu menaruh permusuhan dan kebencian yang sangat besar terhadap kaum muslimin.

Terutama negeri Saudi Arabia, negara Tauhid dan Sunnah. Berkali-kali Syiah berbuat kekacauan, kekerasan, dan aksi berdarah pada musim haji. Salah satu misi utamanya adalah menjatuhkan Saudi Arabia.

Jadi, jangan heran jika dalam tragedi Makkah kali ini, Syiah Iran benar-benar gencar memanfaatkannya untuk kepentingan jahatnya.

2. Syiah sangat berkepentingan dengan internasionalisasi Makkah – Madinah. Sehingga kejadian Mina ini benar-benar dimanfaatkan oleh Iran untuk menuding Saudi tidak cakap mengurus Makkah – Madinah.

3. Terjadi perbincangan di Sosmed tentang adanya niatan IRAN menyusupkan orang-orang dari Asia dan Afrika untuk membawa misi membuat kekacauan pada tempat pelaksanaan haji tahun ini.

Benarkah berita ini? Tentunya Iran sendiri yang bisa menjawabnya.
Namun, jika mengingat :
1.  keyakinan kaum Syiah bahwa taqiyyah adalah bagian penting dalam agamanya, dan
2.  Syiah adalah kaum yang paling berani bersaksi palsu,

Maka sangat besar kemungkinan Syiah akan mengingkari fakta tersebut begitu saja.

4. Dunia telah menyaksikan, pada peristiwa jatuhnya Crane beberapa hari sebelumnya, bagaimana sikap jujur dan sportif ditunjukkan oleh Pemerintah Saudi Arabia. Tanpa tedeng aling-aling, Saudi mengumumkan hasil investigasi, dan memberikan kompensasi yag sangat besar. Untuk itu Saudi Arabia harus mengeluarkan trilyunan riyal.

Padahal Saudi tidak pernah main-main dalam urusan memberikan pelayanan, keamanan, dan kenyamanan terhadap jama’ah haji.

Sekedar penggambaran, berikut tulisan yang tersebar di sosmed menunjukkan kepada kita sejauh mana keseriusan Pemerintah Saudi Arabia dalam memberikan pelayanan haji.

Jamaah haji setiap tahun yang jumlahnya diperkirakan mencapai 4 juta orang, membutuhkan manajemen dan pengelolaan yang ekstra tinggi dan kerja keras tiada henti. Beberapa hal kecil yang bisa dilihat misalnya;

A. Jika 1 orang jamaah membutuhkan 20 liter air bersih untuk standar minimal MCK di luar zam-zam, maka sehari Mekah memerlukan sekitar 20 liter x 4 juta orang = 80 juta liter air.

Bagaimana menyediakan 80 juta liter air setiap hari untuk keperluan MCK jamaah haji, padahal lembah Hijaz itu, tidak ada sumber air selain zam zam?! Sumber air bersih untuk kebutuhan MCK adalah Laut Merah, yang disuling, itupun harus dialirkan sejauh 60 km. Anda yang pernah haji atau umrah, pernahkah kesulitan mendapatkan air bersih? Atau pernahkah terdengar keluhan dari jamaah yang kekurangan air, atau tandon yang kosong, atau kran yang macet, … Tidak ada bukan?

B. Lalu bagaimana menyediakan 12 juta liter air zam-zam setiap hari untuk kebutuhan wudhu dan minum jamaah, belum lagi air zam-zam yang disediakan pemerintah Saudi untuk dibawa pulang secara gratis? Pernahkah terdengar ada jamaah yang mengeluh karena kehausan atau tidak kebagian air zam-zam?

C. Kita beralih ke soal sampah. Jika seorang jamaah menghasilkan sampah 20 gram saja sehari, berarti 20 gr x 4 juta = 80 juta gr = 8 ton sampah kering perhari yang harus dibersihkan dan disediakan tempat penampungan.

D. Selanjutnya masalah sanitasi.

Untuk bisa BAB, tentu butuh sarana dan prasarana. Sekarang, berapa kotoran padat dan cair manusia di Mekah yang harus dibersihkan? Jika seorang jamaah buang kotoran padat 5 gram dan ½ liter kotoran cair, tentu jumlahnya mencapai sekitar 20 ton kotoran padat dan 40 ton kotoran cair. Adakah jamaah mengeluh terkena penyakit akibat sanitasi yang mampet? Atau masalah MCK yang tidak beres? Hampir tidak kita jumpai bukan?
Mungkin Anda perlu tahu, pengelola Masjidil Haram setiap hari harus menumpahkan cairan desinfektan untuk mencegah pencemaran lingkungan. Tenaga kerja pembersih Masjidil Haram terbagi dalam 3 shift dan beberapa jenis pekerjaan. Singkatnya, ratusan tenaga pembersih harus dikerahkan setiap shift agar Masjidil Haram tetap bersih dan nyaman.

E. Mari kita hitung, jika seorang tenaga kerja dibayar 500 riyal saja per-bulan (ini angka kasar minimal), berapa juta riyal yang harus dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja itu ? Adakah jamaah diminta untuk infak? Atau Anda pernah melihat ada kotak infak diletakkan area Masjidil Haram? Jutaan riyal dikeluarkan pengurus Masjidil Haram, sementara kita sepeser pun tak diminta iuran, dan kita nyinyir?

Satu lagi yang tidak bisa dihitung dengan uang secara instan, yaitu keamanan dan stabilitas di Mekah. Tanpa ini, anda tidak mungkin bisa berhaji atau berangkat umrah dengan aman dan nyaman.

Lima poin di atas hanya sekelumit penggambaran bagaimana kerja keras dan jerih payah Pemerintah Saudi Arabia selama ini. Yang belum disebutkan masih lebih banyak lagi.

Itu semua, semata-mata karunia dan rizki dari Allah Ta’ala. Manusia lemah dan tidak memiliki kekuatan apapun.

Hanya orang-orang “tak tahu diri” sajalah yang maunya memojokkan dan menjatuhkan Saudi Arabia.

Memang, sejauh apapun upaya manusia pasti ada kekurangannya. Saran dan kritik harus diterima dengan sportif. Karena manusia memang tidak ada yang sempurna.

Namun, yang dilakukan Iran bukan semata-mata mengkritik, tapi hendak menjatuhkan yang didasari atas kedengkian dan kebencian.

Sementara para jama’ah haji korban luka benar-benar mendapat penanganan dan perawatan yang luar biasa di rumah sakit-rumah sakit Saudi Arabia, dengan tanpa biaya alias GRATIS. Termasuk yang diperlakukan demikian adalah korban luka dari jamaah haji Iran. Mereka benar-benar tidak menyangka Pemerintah Saudi Arabia benar-benar memberikan pelayanan luar biasa kepada jama’ah haji yang terluka tanpa membeda-bedakan siapa pun orangnya.

Yang mana di negeri mereka sendiri, di IRAN, mereka harus mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Mereka sangat heran, kenapa media-media Iran tidak ada yang mengekspos jasa dan kebaikan Arab Saudi yang sangat luar biasa ini.

5. Sebagaimana dikatakan oleh Menlu Saudi Arabia, Adel Jubair, bahwa tidak pantas bagi Syiah menggunakan musibah seperti ini sebagai ajang kepentingan politik.
Sepantasnya, Iran lebih bisa berpikir jernih dan menunggu hasil pemeriksaan.
“Kami tidak akan menutupi apapun dan menindak jika ada yang melakukan kesalahan.”

Semoga Allah melindungi kaum muslimin dan negeri-negeri muslimin dari bahaya dan kejahatan kaum Syiah.
Semoga Allah melindungi dan menjaga Negeri Tauhid dan Sunnah.
••••••••••••••••••••••••••
Sumber : Majmu’ah Manhajul Anbiya
WhatsApp Al-Qur’an dan Hadits Indonesia
(seindahsunnah.com/syiahindonesia.com)