Saturday, November 14, 2015

(Video) Filsuf Perancis: Kita Bermasalah dengan Teroris Karena Politik Imperialisme Kita di Negara-negara Islam



Setelah peristiwa Charlie Hebdo, Paris kini kembali diguncang serangan  bersenjata yang menewaskan sekitar 140 orang warga. Sekitar tujuh serangan di berbagai lokasi serentak terjadi di Paris, Jumat (13/11/2015) malam tadi.

Investigasi masih dilakukan, tapi kebanyakan tuduhan mengarah kepada sebagian umat Islam yang melakukannya.

Seandainya benar pihak yang melakukan berasal dari kalangan umat Islam, kesalahan tidak bisa ditumpukan kepada mereka. Apalagi kepada Islam sebagai ajaran agama.
Seorang filsuf Perancis bernama Michel Onfray pernah memberikan tanggapan yang lebih bersifat oto-kritik bagi Perancis sendiri.
Dalam sebuah video Youtube yang diunggah oleh Suoded Saada, 25 Januari 2015, Onfray mengatakan, “Wajar saja orang-orang Mali mempunyai keinginan menerapkan hukum-hukum Islam di negaranya. Ini hal biasa. Mereka punya hak untuk menjalankan urusan politik mereka di negara mereka sendiri. Hal yang sama juga untuk rakyat Afghanistan.”
Onfray lalu mengomentari kenapa Perancis sering mempunyai masalah dengan teroris, “Kenapa sekarang kita mempunyai masalah dengan teroris? Itu karena orang-orang Islam tidak bodoh. Kita perangi mereka di negeri mereka sendiri. Di Afghanistan, Mali, dan lainnya, kita buat hidup mereka jadi sulit.”
Onfray melanjutkan, “Kita juga lakukan pembantaian di sana. Puluhan, ratusan orang menjadi korbannya. Kemudian kita minta mereka untuk bersikap ramah. Mana mungkin mereka mau bersikap ramah. Itu hak mereka.”
Kemudian Onfray juga mengomentari tentang sikap-sikap negara Barat yang menolak Islam di Barat dan negara-negara Islam. “Kita terus menjalankan perang melawan Islam demi membela sekularisme, bahwa Islam tidak sesuai zaman atau Islam agama yang bahaya. Sebenarnya kita sama sekali tidak mempunyai hak untuk memaksakan hukum dan undang-undang tertentu kepada orang lain.”
Perancis benar-benar menjalankan politik imperialism di beberapa negara, seperti Mali dan Libya. Onfray  mengatakan, “Kenapa kita memaksakan undang-undang kepada Libya dan Mali? Kenapa tidak kepada Pakistan, Qatar, Kuba, China dan lainnya? Kenapa HAM hanya kita paksakan di Mali? Lalu kita biarkan di negara-negara lainnya?” (msa/dakwatuna)
Redaktur: M Sofwan