Oleh: Al-Ustadz
Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak ( Asy Syariah Edisi 055 )
Kelompok
Shufiyah (Sufi) telah menyebar di dunia Islam, sehingga kaum muslimin pun
terbagi dua dalam menyikapi mereka. Ada yang mendukung dan ada yang menentang.
Agar seseorang bisa menentukan berada di pihak yang mana dan bisa menyikapi
mereka dengan benar, hendaknya ia mengetahui hakikat shufiyah yang sebenarnya.
Benarkah pengakuan mereka sebagai pengikut Al-Imam Asy-Syafi’i t? Apakah mereka
sesuai dengan ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah?
Untuk mengetahui hakikat mereka tentunya kita
harus merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman as-salafus shalih
disertai penjelasan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Siapakah Shufiyah?
Perlu diketahui, Shufiyah adalah satu lafadz
yang tidak dikenal pada masa sahabat, juga tidak masyhur di masa generasi utama
(sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in). Mereka muncul setelah masa tiga
generasi utama. Ibnu Taimiyah t menyebutkan awal mula munculnya shufiyah adalah
di Bashrah, Irak. (Lihat Fatawa, 11/5, Haqiqatu Ash-Shufiyah hal. 13)
Asy-Syaikh Muqbil t berkata: “Sesungguhnya
bid’ah tasawuf muncul setelah tahun 200 H. Tasawuf tidak ada di zaman Nabi n,
di zaman sahabat maupun tabi’in.” (Mushara’ah hal. 376)
Nukilan di atas menunjukkan bahwa shufiyah
adalah kelompok baru dalam Islam ini.
Pemikiran Shufiyah
Bila seseorang mau adil menelaah pemikiran dan
akidah amalan shufiyah, dia akan dapati banyak sekali pemikiran, akidah, dan
amalan shufiyah yang menyimpang dari Islam yang dibawa Nabi Muhammad n.
Sebagai bentuk keadilan, marilah kita
perhatikan apa yang akan kami paparkan mengenai beberapa penyimpangan prinsip,
amalan, dan akidah shufiyah dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
1. Shufiyah terpecah menjadi kelompok-kelompok
atau thariqat-thariqat (tarekat-tarekat). Ada tarekat Tijaniyah, Qadiriyah,
Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Rifaiyah, dan lainnya. Demikianlah mereka
berpecah-belah, padahal Islam melarang perpecahan dan hanya mengenal satu jalan
saja. Allah l berfirman:
“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan
bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah-belah
agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Ar-Rum: 31-32)
2. Sebagian shufiyah juga berdoa kepada selain
Allah l. Mereka berdoa kepada nabi dan wali mereka yang masih hidup maupun yang
telah mati. Padahal Allah l berfirman:
“Dan janganlah kamu menyembah sesuatu selain
Allah yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu;
sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu termasuk
orang-orang yang zalim.” (Yunus: 106)
Rasulullah n menyatakan:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan
At-Tirmidzi)
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab t
mengatakan: “Barangsiapa memalingkan satu macam ibadah kepada selain Allah l
maka dia adalah musyrik kafir. Dalilnya adalah firman Allah l:
“Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain
disamping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka
sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang
kafir itu tiada beruntung.” (Al-Mu’minun: 117) [Lihat kitab Tsalatsatul Ushul]
3. Shufiyah meyakini adanya badal dan quthub,
yakni orang-orang yang mereka yakini sebagai wali dan diyakini ikut andil
mengatur alam1. Padahal Allah l berfirman:
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki
kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan)
pendengaran dan penglihatan, serta siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari
yang mati serta mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah.” Maka katakanlah,
“Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (Yunus: 31)
4. Sebagian shufiyah meyakini wihdatul wujud
(manunggaling kawula gusti). Menurut mereka, tidak ada Khalik dan makhluk
(Pencipta dan yang dicipta), semuanya adalah makhluk dan semuanya adalah ilah.
5. Shufiyah membolehkan berjoget sambil menabuh
rebana dan berdzikir dengan suara keras. Padahal Allah l berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka.” (Al-Anfal: 2)
Asy-Syaikh Muqbil t menerangkan: “Ibnul Qayyim
t pernah menerangkan bahwa beliau pernah melihat orang-orang shufiyah berjoget
di Arafah. Beliau melihat mereka berjoget diiringi rebana. Juga melihat mereka
berjoget di Masjid Khaif.” (Mushara’ah hal. 388 secara ringkas)
Asy-Syaikh Muqbil t juga mengatakan: “Pernah
satu hari aku naik ke Masjidil Haram bagian atas. Aku dapati sekelompok besar
manusia dari Turki, Sudan, dan Yaman, mereka berjoget sambil berputar-putar2….”
(Musharaah hal. 387)
Di antara mereka juga adalah Muhammad Kabbani3,
yang berkunjung ke Jakarta dan berdzikir serta mengajak yang hadir berjoget.
Kemudian mereka juga berdzikir dengan semata
menyebut lafadz: اللهُ. Sebagian mereka hanya menyebut lafadz hu. Padahal
Rasulullah n menyatakan:
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
“Dzikir yang paling utama adalah ucapan La
ilaha illallah…” (HR. At-Tirmidzi)
6. Sebagian Shufiyah mengklaim tahu ilmu ghaib,
padahal pengetahuan ilmu ghaib adalah kekhususan Allah l. Allah l berfirman:
Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit
dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (An-Naml: 65)
7. Shufiyah mengklaim bahwa Allah l menciptakan
Nabi Muhammad n dari cahaya-Nya, kemudian Allah l menciptakan segala sesuatu
dari cahaya Nabi Muhammad n. Namun Al-Qur’an mendustakan mereka. Allah l
berfirman dalam Al-Qur’an:
Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini manusia biasa
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya sesembahan kamu itu
adalah Ilah yang Esa’.” (Al-Kahfi: 110)
Firman-Nya tentang penciptaan Nabi Adam q:
(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada
malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” (Shad: 71)
Adapun hadits: “Yang pertama diciptakan adalah
cahaya Nabimu, wahai Jabir.” adalah hadits maudhu’ (palsu).
8. Shufiyah mengklaim bahwa ibadah kepada Allah
l tidaklah dilakukan karena takut kepada neraka atau mengharapkan surga. Mereka
berpendapat bahwa ibadah karena mengharapkan surga adalah kesyirikan,
sebagaimana diucapkan oleh tokoh mereka Sya’rawi. (Lihat Ash-Shufiyah fi
Mizanil Kitab was Sunnah hal. 20-21)
Padahal Allah l berfirman:
Maka Kami memperkenankan doanya dan Kami
anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada kami.”
(Al-Anbiya: 90)
Ibadah haruslah memenuhi tiga rukunnya: khauf
(rasa takut), raja’ (rasa harap), dan mahabbah (rasa cinta).
9. Sebagian Shufiyah mengklaim bahwa Allah l
menciptakan dunia karena Muhammad n. Allah l mendustakan mereka. Allah l
berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Allah l berfirman kepada Rasul-Nya, Muhammad n:
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu
al-yakin (ajal).” (Al-Hijr: 99)
10. Mereka membaca shalawat-shalawat yang tidak
diajarkan Rasulullah n. Bahkan shalawat-shalawat yang mengandung kesyirikan,
yang tak akan diridhai oleh Rasulullah n.4
11. Shufiyah mengklaim bisa melihat Allah l di
dunia. Al-Qur’an menunjukkan kedustaan mereka, karena Allah l berfirman kepada
Nabi Musa q:
Dan tatkala Musa datang untuk (bermunajat
dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Rabbnya telah berfirman
(langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Rabbku, nampakkanlah (diri Engkau)
kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Allah berfirman: “Kamu
sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku.” (Al-A’raf: 143) [Lihat Ash-Shufiyah fi
Mizanil Kitabi was Sunnah hal. 8-21]
ooo000ooo
1 Keyakinan seperti ini
adalah keyakinan yang syirik. Lain halnya bila yang dimaksud dengan istilah ini
tidak sampai pada tingkatan rububiyah (ikut mengatur alam). -red
2 Tarian ini sekarang lebih
dikenal dengan sebutan whirling dervish. Dervish (darwis) adalah sebutan untuk
penarinya. -red
3 Muhammad Hisham Kabbani,
tokoh tarekat Naqsyabandiyah Haqqani. Oleh media, ia disebut-sebut sebagai
“syaikh” sufi paling berpengaruh di dunia saat ini. -red
4 Di antaranya shalawat yang
mereka namakan shalawat Nariyah. Ini adalah shalawat yang berisi kesyirikan
karena disebutkan bahwa Rasulullah n mampu menghilangkan kesulitan, melapangkan
kesusahan, dan menunaikan kebutuhan. (Lihat Al- Firqatun Najiyah)
Perkataan
Ulama Tentang Sufi
Asy Syariah
Edisi 055 (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Abdillah
Abdurrahman Mubarak)
Celaan Al-Imam Asy-Syafi’i t
terhadap shufiyah
Shufiyah bukanlah pengikut
Al-Imam Asy-Syafi’i t. Di antara buktinya adalah banyaknya celaan dari Al-Imam
Asy-Syafi’i dan lainnya terhadap mereka.
Al-Imam Al-Baihaqi t
meriwayatkan dengan sanadnya sampai Al-Imam Asy-Syafi’i t: “Jika seorang
belajar tasawuf di pagi hari, sebelum datang waktu dhuhur engkau akan dapati
dia menjadi orang dungu.”
Al-Imam Asy-Syafi’i t juga
mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorang shufi yang berakal. Seorang yang
telah bersama kaum shufiyah selama 40 hari, tidak mungkin kembali akalnya.”
Beliau juga berkata, “Azas (dasar
shufiyah) adalah malas.” (Lihat Mukhalafatush Shufiyah lil Imam Asy-Syafi’i t
hal. 13-15)
Beliau menamai shufiyah
dengan kaum zindiq. Kata beliau t, “Kami tinggalkan Baghdad dalam keadaan
orang-orang zindiq telah membuat-buat bid’ah yang mereka namakan sama’
(nyanyian sufi, red.).”
Asy-Syaikh Jamil Zainu
berkata, “Orang-orang zindiq yang dimaksud Al-Imam Asy-Syafi’i t adalah kaum
shufiyah.” (Lihat Shufiyah fi Mizan Al-Kitabi was Sunnah)
Celaan Al-Imam Malik t
terhadap shufiyah
At-Tunisi mengatakan: Kami
berada di sisi Al-Imam Malik, sedangkan murid-murid beliau di sekelilingnya.
Seorang dari Nashibiyin berkata: “Di tempat kami ada satu kelompok disebut
shufiyah. Mereka banyak makan, kemudian membaca qashidah dan berjoget.”
Al-Imam Malik berkata, “Apakah
mereka anak-anak?”
Orang tadi menjawab, “Bukan.”
Beliau berkata, “Apakah
mereka adalah orang-orang gila?”
Orang tadi berkata, “Bukan,
mereka adalah orang-orang tua yang berakal.”
Al-Imam Malik berkata, “Aku
tidak pernah mendengar seorang pemeluk Islam melakukan demikian.”
Celaan Al-Imam Ahmad t
terhadap shufiyah
Beliau ditanya tentang apa
yang dilakukan shufiyah berupa nasyid-nasyid dan qashidah yang mereka namakan
sama’. Beliau berkata, “Itu adalah muhdats (perkara baru yang diada-adakan
dalam Islam).” Ditanyakan kepada beliau, “Apakah boleh kami duduk bersama
mereka?” Beliau menjawab, “Janganlah kalian duduk bersama mereka.”
Beliau berkata tentang Harits
Al-Muhasibi –dia adalah tokoh shufiyah–, “Aku tidak pernah mendengar
pembicaraan tentang masalah hakikat sesuatu seperti yang diucapkannya. Namun
aku tidak membolehkan engkau berteman dengannya.”
Celaan Al-Imam Abu Zur’ah t
terhadap shufiyah
Al-Hafizh berkata dalam
Tahdzib: Al-Bardza’i berkata, “Abu Zur’ah ditanya tentang Harits Al-Muhasibi
dan kitab-kitabnya. Beliau berkata kepada penanya, ‘Hati-hati kamu dari
kitab-kitab ini, karena isinya kebid’ahan dan kesesatan. Engkau wajib berpegang
dengan atsar, akan engkau dapati yang membuatmu tidak membutuhkan apapun dari
kitab-kitabnya’.”
Celaan Al-Imam Ibnul Jauzi t
terhadap shufiyah
Beliau berkata, “Aku telah
menelaah keadaan shufiyah dan aku dapati kebanyakannya menyimpang dari syariat.
Antara bodoh tentang syariat atau kebid’ahan dengan akal pikiran.”
Marwan bin Muhammad t
berkata:
“Tiga golongan manusia yang
tidak bisa dipercaya dalam masalah agama: shufi, qashash (tukang kisah), dan
ahlul bid’ah yang membantah ahlul bid’ah lainnya.”
(Lihat Mukhalafatush
Shufiyah, hal.16-18)
Inilah Perkataan Kufur dan
Keji dari Tokoh-tokoh Sufi ! RENUNGKANLAH…!!!
Apakah anda pengagum SUFI..?
Apakah anda
menganggap tasawuf/sufi/tarekat adalah bagian dari ajaran islam yang lurus..?
Apakah anda
menganggap tokoh-tokoh tasawuf/sufi/tarekat adalah sebaik-baik manusia yang
mengerti hakikat dan suci hatinya..?
Apakah anda
menganggap tasawuf/sufi/tarekat adalah sebuah cara mengenal Allah dengan
benar..?
Ataukah anda belum
mengenal hakikat tasawuf/sufi/tarekat sesungguhnya ?
Tulisan berikut akan
menyuguhkan kepada anda apa itu hakikat tasawuf/sufi/tarekat yang sesungguhny,
selamat membaca..
Imam Syafi’i menamai
sufi dengan kaum zindiq, beliau berkata : “Jika seorang belajar tasawuf di pagi
hari, sebelum datang waktu dhuhur engkau akan dapati dia menjadi orang dungu.”
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu juga mengatakan, “Aku tidak pernah melihat
seorang shufi yang berakal. Seorang yang telah bersama kaum shufiyah selama 40
hari, tidak mungkin kembali akalnya.” Beliau juga berkata, “Azas (dasar
shufiyah) adalah malas.” (Lihat Mukhalafatush Shufiyah lil Imam Asy-Syafi’i
rahimahullahu hal. 13-15)
Jika yahudi meyakini
hanya zairlah yang memiliki sifat ketuhanan..
Jika Nasrani
meyakini hanya yesus yang memiliki sifat ketuhanan..
Namun Sufi
berkeyakinan bahwa semua mahluk bisa memiliki sifat ketuhanan, bahkan
menyamakan Tuhan dan mahluk.. Manakah yang lebih jelek ??
Berikut perkataan
tokoh-tokoh sufi yang sangat kufur dari jauh dari cahaya kebenaran :
1. keyakinan Wihdatul
Wujud, yakni keyakinan bahwa Allah menyatu dengan segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini. Demikian juga Al-Hulul, yakni keyakinan bahwa Allah dapat
menjelma dalam bentuk tertentu dari makhluk-Nya (inkarnasi).
*) mereka
berkeyakinan : Tidaklah anjing dan babi kecuali sesembahan kami Dan bukanlah
Allah, kecuali seorang pendeta di gereja! Dinukil dari Hadzihi Hiyash Shufiyah,
halaman 64.
*) Al-Hallaj,
seorang dedengkot sufi, berkata: “Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kepada
makhluk-Nya dalam bentuk orang makan dan minum.” (Dinukil dari Firaq
Al-Mua’shirah, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Iwaji, 2/600)
*) Ibnu ‘Arabi,
tokoh sufi lainnya, berkata: “Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba.
Duhai kiranya, siapakah yang diberi kewajiban beramal? Jika engkau katakan
hamba, maka ia adalah Rabb. Atau engkau katakan Rabb, kalau begitu siapa yang
diberi kewajiban?” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah dinukil dari Firaq Al-Mu’ashirah,
hal. 601)
*) Muhammad Sayyid
At-Tijani meriwayatkan (secara dusta, pen) dari Nabi bahwasanya beliau
bersabda: رَأَيْتُ رَبِّي فِي صُوْرَةِ
شَابٍ “Aku melihat Rabbku dalam bentuk
seorang pemuda.” (Jawahirul Ma’ani, karya ‘Ali Harazim, 1/197, dinukil dari
Firaq Mu’ashirah, hal. 615)
2. Kayakinan Seorang yang menyetubuhi istrinya, tidak
lain ia menyetubuhi Allah
Padahal Allah telah berfirman: لَيْسَ كَمِثْلِه
شَيْئٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11) قَالَ رَبِّ أَرِنِي
أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي … “Berkatalah Musa: ‘Wahai Rabbku nampakkanlah (diri Engkau)
kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.’ Allah berfirman: ‘Kamu sekali-kali tidak
akan sanggup melihatku’…” (Al-A’raf: 143)
*) Ibnu ‘Arabi berkata: “Sesungguhnya seseorang ketika
menyetubuhi istrinya tidak lain (ketika itu) ia menyetubuhi Allah!” (Fushushul
Hikam).1 Betapa kufurnya kata-kata ini…, tidakkah orang-orang Sufi sadar akan
kesesatan gembongnya ini?
3. Keyakinan kafir bahwa Allah adalah makhluk dan
makhluk adalah Allah , masing-masing saling menyembah kepada yang lainnya
*) Ibnu ‘Arabi berkata: “Maka Allah memujiku dan aku
pun memuji-Nya. Dan Dia menyembahku dan aku pun menyembah-Nya.” (Al-Futuhat
Al-Makkiyyah).2 Padahal Allah telah berfirman: وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) إِنْ كُلُّ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ إِلاَّ آتِى الرَّحْمَنِ عَبْدًا “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan
datang kepada Allah Yang Maha Pemurah dalam keadaan sebagai hamba.” (Maryam:
93)
4. Keyakinan bahwa agama-agama yang ada itu sama..
*) Ibnu ‘Arabi berkata: “Sebelumnya aku mengingkari
kawanku yang berbeda agama denganku. Namun kini hatiku bisa menerima semua
keadaan, tempat gembala rusa dan gereja pendeta, tempat berhala dan Ka’bah,
lembaran-lembaran Taurat dan Mushaf Al Qur’an.” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah).
*) Jalaluddin Ar-Rumi, seorang tokoh sufi yang sangat
kondang, berkata: “Aku seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani,
Brahmawi, dan Zaradasyti. Bagiku, tempat ibadah adalah sama… masjid, gereja,
atau tempat berhala-berhala.”
Padahal Allah berfirman: وَمَنْ يَبْتَغِ
غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِيْنًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلأَخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ “Dan barangsiapa mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imran:
85)
Sufi, Benarkah Itu Ajaran Nabi?
Hakikat Shufiyyah di Mata Syi’ah
Syi'ah Sufistis
Aliran sufi diingkari imam
syafi’i rahimahullah (Oleh Ustadz Abu Minhal, Lc )https://almanhaj.or.id/3917-aliran-sufi-diingkari-imam-syafii-rahimahullah.html