Saturday, July 30, 2016

Para Habaib,Ulama-Ulama Aswaja Di Samarinda... Kalau Tidak Suka Ustadz Firanda (Pengajar Di Masjid Nabawi, Madinah) Silahkan Berargumen Dengan Dalil Yang Shahih Dan Sharih,Jangan Gemar Demo-Demo Mengancam Sweeping Atau Pencegahan Di Bandara, Apakah Ini Ajaran Islam Dan Bisa Ditiru Pihak Lain. Mau Masuk Jannah Bukan Seperti Ini.

Ustadz Firanda saat mengisi ceramah di Masjid Nabawi
Ustadz Firanda saat mengisi ceramah di Masjid Nabawi

Ustadz firanda orang Alim dan Berakhlak, Pengajar di Masjid Nabawi. Beliau menyampaikan hujah karena Allah, bukan untuk menjatuhkan martabat seseorang atau golongan. Tidak ada yang maksum kecuali Nabi.Silahkan bantah dengan dalil yang shahih dan sharih, jika benar kami akan merujuk. Sekiranya Ustadz Firanda dilarang masuk keseluruh  kota di Indonesia, beliau tidak akan rugi. Dipusat gravitasi Islam ( Al haramain) beliau sangat dihormati dan diberi tempat berdakwah, Barokallah fiik. Makar tersebut tidak mungkin akan berhasil.

Peristiwa sebelumnya :
Habib Thohir Al Kaff, Merasa Mayoritas Dan Kuat, Punya Masa Sangat Besar, Mengancam Dan Melarang Ustadz “Salafi/ahlussunnah” Ceramah Di Tegal ( Hukum Rimba ) ! Setelah Ustadz Firanda (Pengajar Di Masjid Nabawi, Madinah) Sekarang Ustadz DR Khalid Basalamah MA. Berpegang Pada Suara Mayoritas Adalah Kaidah Kaum Jahiliyah.

Kenapa ustadz firanda andirja di demo di samarinda?



Di dalam Islam, kita dilarang untuk mengatakan seseorang adalah penghuni surga atau neraka dengan akal dan perasaan. Untuk memastikan seseorang itu adalah penghuni surga atau neraka, maka kita harus memiliki bukti dan dalil yang shahih yang menerangkan demikian.
Dalam hal ini, yang mengatakan bahwa kedua orang tua Nabi Muhammad ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ adalah penghuni neraka bukanlah kita. Akan tetapi, yang menerangkan demikian adalah Nabi Muhammad sendiri di dalam hadits yang shahih. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk menerima perkataan beliau karena beliau tidak berbicara dengan menggunakan hawa nafsu. Apa yang beliau sampaikan merupakan wahyu dari Allah. Allah berfirman:
ﻣَﺎ ﺿَﻞَّ ﺻَﺎﺣِﺒُﻜُﻢْ ﻭَﻣَﺎ ﻏَﻮَﻯ ‏( 2 ‏) ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻨْﻄِﻖُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻬَﻮَﻯ ‏( 3 ‏) ﺇِﻥْ ﻫُﻮَ ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﺣْﻲٌ ﻳُﻮﺣَﻰ
“Sahabat kalian itu (Muhammad) tidaklah sesat dan tidak pula keliru. Dia tidak berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain merupakan wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” [QS An Najm 2-4]
Justru sebaliknya, jika kita menolak pernyataan Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ dalam hal ini, berarti sebenarnya kitalah yang telah melecehkan beliau karena tidak mau mengikuti kebenaran dan kenyataan yang beliau sampaikan kepada kita.
Dalil yang menunjukkan atas kafirnya Abdullah bin Abdil Muththalib, ayahanda Nabi Muhammad ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
ﺃَﻥّ ﺭَﺟُﻼً ﻗَﺎﻝَ : ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠّﻪِ، ﺃَﻳْﻦَ ﺃَﺑِﻲ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻓِﻲ ﺍﻟﻨّﺎﺭِ . ﻓَﻠَﻤّﺎ ﻗَﻔّﻰ ﺩَﻋَﺎﻩُ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺇِﻥّ ﺃَﺑِﻲ ﻭَﺃَﺑَﺎﻙَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨّﺎﺭِ
“Seorang lelaki bertanya: “Wahai Rasulullah, di manakah ayahku berada?” Nabi menjawab: “Di dalam neraka.” Ketika orang itu berpaling untuk pergi, Nabi memanggilnya. Lalu Nabi berkata: “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu berada di dalam neraka.” [HR Muslim (203)]
Dalil yang menunjukkan atas kafirnya Aminah bintu Wahb, ibunda Nabi Muhammad ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
ﺯَﺍﺭَ ﺍﻟﻨّﺒِﻲّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗَﺒْﺮَ ﺃُﻣّﻪِ . ﻓَﺒَﻜَﻰَ ﻭَﺃَﺑْﻜَﻰَ ﻣَﻦْ ﺣَﻮْﻟَﻪُ . ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺍﺳْﺘَﺄْﺫَﻧْﺖُ ﺭَﺑّﻲ ﻓِﻲ ﺃَﻥْ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮَ ﻟَﻬَﺎ ﻓَﻠَﻢْ ﻳُﺆْﺫَﻥْ ﻟِﻲ ﻭَﺍﺳْﺘَﺄْﺫَﻧْﺖُﻩُ ﻓِﻲ ﺃَﻥْ ﺃَﺯُﻭﺭَ ﻗَﺒْﺮَﻫَﺎ ﻓَﺄﺫِﻥَ ﻟِﻲ
“Nabi ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ pergi berziarah ke kubur ibundanya. Lalu beliau menangis sehingga membuat orang-orang yang disekitarnya ikut menangis pula. Beliau berkata: “Saya telah meminta kepada Rabbku agar saya diizinkan untuk memohon ampun baginya, namun Allah tidak mengizinkanku. Saya meminta kepada-Nya agar saya diizinkan untuk menziarahi kuburnya, dan Allah mengizinkanku.” [HR Muslim (976)]
Hadits di atas dengan jelas menerangkan bahwa ibunda Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ mati dalam keadaan kafir. Buktinya adalah karena Rasulullah dilarang untuk memintakan ampun bagi ibundanya. Kalau seandainya dia seorang mukminah, maka tentunya beliau tidak akan dilarang untuk memintakan ampun untuk sang ibunda. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam Al Qur`an:
ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻠﻨَّﺒِﻲِّ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺃَﻥْ ﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﺍ ﻟِﻠْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﺃُﻭﻟِﻲ ﻗُﺮْﺑَﻰ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِ ﻣَﺎ ﺗَﺒَﻴَّﻦَ ﻟَﻬُﻢْ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ
“Tidaklah boleh bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam.” [QS At Taubah: 113]
hidayah kepada Islam itu semata-mata merupakan pemberian dari Allah. Keimanan itu tidak bisa diwariskan atau dibagi-bagi. Allah ta'ala berfirman:
ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻁٍ ﻣُﺴْﺘَﻘِﻴﻢٍ
“Allah memberikan hidayah bagi orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” [QS Al Baqarah: 213]
Di antara orang yang paling beliau cintai dan yang paling beliau harapkan keislamannya adalah paman beliau yang selalu membelanya, yaitu Abu Thalib. Senantiasa beliau mendakwahkan Islam kepada pamannya bahkan hingga di akhir hayat dengan harapan agar beliau mau masuk Islam. Namun kenyataannya Nabi tidak dapat menyelamatkan pamannya dari kesyirikan. Nabi tidak mampu untuk memberikan hidayah kepada pamannya yang sangat dicintainya itu.
Jika anda mengatakan saya tdk terima oranh tua Nabi mati dlm keadaan musyrik...maka kami balas, kami jg tdk terima hadits nabi ditolak dan dilecehkan...
Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini berkata, “Termasuk kegilaan, bila orang yang berpegang teguh dengan hadits-hadits shahih disifati dengan kurang adab. Demi Allah, seandainya hadits tentang islamnya kedua orangtua Nabi shahih, maka kami adalah orang yang paling berbahagia dengannya. Bagaimana tidak, sedangkan mereka adalah orang yang paling dekat dengan Nabi yang lebih saya cintai daripada diriku ini. Allah menjadi saksi atas apa yang saya ucapkan. Tetapi kita tidaklah membangun suatu ucapan yang tidak ada dalilnya yang shahih. Sayangnya, banyak manusia yang melangkahi dalil shahih dan menerjang hujjah. Wallahul Musta’an.” (http://abiubaidah.com )
Aqidah yg harus diyakini bahwa surga dan neraka bukanlah diukur dengan nasab dan kehormatan, namun dengan iman dan amal shalih.
Sekali lagi,tulisan ini bukan pembelaan terhadap Ust. FIRANDA hafidzahullah....tapi PEMBELAAN TERHADAP HADITS NABI shallallahu'alaihi wasallam.......
==========
Penolakan Dakwah Ustadz Firanda di Samarinda dan Pelajaran dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah

Rabu, 3 Agu 2016
Oleh : Aziz Rachman*
Rencana kedatangan ustadz Firanda Andirja, Lc MA ke Samarinda mendapat penolakan dari sejumlah massa. Mereka, yang menyuarakan penolakan, bahkan sampai harus turun ke jalanan, berpeluh serta berpanas-panasan agar keinginan mereka terpenuhi.
Demonstrasi pun mereka lakukan, meskipun dengan mengatas-namakan aksi damai. Beragam alasan mereka kemukakan demi berusaha menolak dakwah akan yang disampaikan oleh Ustadz Firanda.
Salah satunya adalah mereka tidak ingin ketenangan dan ketentraman mereka terusik dengan kehadiran ustadz Firanda yang notabene merupakan pengisi tetap di Masjid Nabawi ini, demikian seperti dikutip dari radarkaltim, Jumat (29/7/2016).
Berkat “kegigihan mereka”, Ustadz Firanda yang sedianya mengisi dan menyampaikan dakwah di Samarinda, akhirnya batal datang. Namun, pengajian di Samarinda tetap berjalan dengan pemateri pengganti yang tidak kalah tenar, Ustadz Abu Qatadah.
‘Kedzaliman’ Dalam Perjanjian Hudaibiyah
Tahun Ke 6 Hijriyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya berencana untuk melakukan ibadah ke Baitul Haram. Rasulullah yang datang bersama seribu empat ratus orang sahabatnya dihalang-halangi oleh kaum Quraisy.
Buntutmya,  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian menandatangani perjanjian dengan kaum Quraisy, yang di kemudian hari dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah.
Setelah kesepakatan itu ditekan, sahabat Umar bin Khattab merasa gelisah. Pasalnya, poin-poin dalam perjanjian Hudaibiyah sebagian besar terkesan menyudutkan dan mengerdilkan posisi umat Islam.
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury dalam Ar-Rahiqul Makhtum menyebutkan beberapa poin dari perjanjian Hudaibiyah, diantaranya :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam harus pulang dan tidak boleh memasuki kota Mekkah kecuali di tahun berikutnya bersama dengan kaum muslimin. Mereka akan mendapat kesempatan tiga hari di Mekkah dan hanya diperkenankan membawa senjata yang biasa dibawa musafir (bukan senjata perang). Kaum Quraisy tidak akan menghalang-halangi mereka dengan cara apapun.
Gencatan senjata yang terjadi antara kedua belah pihak selama sepuluh tahun, sehingga semua merasa aman dan tidak boleh saling memerangi.
Siapa yang ingin bergabung dengan kelompok Muhammad, maka ia boleh melakukannya dan akan menjadi bagiannya. Siapa yang ingin bergabung dengan Quraisy, maka ia boleh melakukannya dan akan menjadi bagiannya.
Siapa saja yang datang ke Madinah dari penduduk Makkah harus dikembalikan ke Makkah, dan siapa yang datang ke Makkah dari penduduk Madinah (muslim) tidak boleh dikembalikan ke Madinah
Umar bahkan mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berbicara halus kepada beliau.
“Bukankah kita berada di atas kebenaran dan mereka di atas kebatilan?” tanya Umar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Benar wahai Umar”.
Umar menimpali : “Kalau begitu, kenapa kita memberikan kerendahan pada agama kita ?”
Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah, dan aku tidak akan mendurhakai-Nya dan Dialah penolongku”.
Umar masih tetap gelisah. Umar pun mendatangi Abu Bakar dan menyampaikan keberatannya. Abu Bakar memberikan penjelasan yang tidak berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sementara itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melihat pintu-pintu kemenangan di depan mata beliau. Dengan disepakatinya perjanjian Hudaibyah, kaum Quraisy telah memberikan pengakuan kepada kota Madinah. Ketika suku paling terpandang di kabilah Arab, yaitu Quraisy telah memberikan pengakuan, maka suku-suku yang lain pun tinggal menunggu waktu saja untuk ikut mengakui kota Madinah.
Dari situlah dakwah kemudian berkembang pesat, tanpa ada gangguan berarti dari kaum kafir Quraisy. Itulah kemenangan yang besar sebagaimana ayat yang turun tak lama setelah perjanjian Hudaibiyah, dimana Allah berfirman :
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata” (QS Al-Fath : 1)
Allah memberikan kemenangan kepada Rasulullah dan kepada dakwah tauhid melalui perjanjian Hudaibiyah, meskipun pada awalnya terkesan mendzalimi kaum muslimin.
Kebaikan Akan Dibukakan Mekipun Melalui Para Pendengki
Apa yang terjadi pada dakwah tauhid di Samarinda, tak ubahnya seperti awal dari kebangkitan dakwah tauhid itu sendiri. Tak lama setelah penolakan dan aksi demo, MUI Kaltim ikut berkomentar.
“Saya dari MUI menyayangkan sekali, itu cerminan masyarakat yang tidak cerdas,” ucap KH Zaini Naim, perwakilan dari MUI.

radar kaltim

Aksi demo, menurut KH Zaini, merupakan suatu hal yang berlebih-lebihan.
“Kok sangat menggebu-gebu sekali? Kalau ada perbuatan maksiat tidak demo, ini ustaz yang mau berceramah dan menyampaikan ilmu malah dilarang. Ini akan menjadi preseden tidak baik bagi umat Islam,” tambahnya lagi.
Sementara itu, Panitia Pengajian ustadz Firanda memberikan pernyataan yang sangat menenteramkan. Berikut sebagian dari pernyataan panitia pengajian sebagaimana yang tersebar di grup-grup Whatssap.
” Terima kasih kepada Saudara-saudara kami dari Kalangan ASWAJA dan Habaib atas usaha mereka berletih-letih, panas-panasan dalam demonstrasi yang menghantarkan kami dan Dakwah Mubarakah ini dapat masuk ke Pemerintahan Kalimantan Timur secara resmi tanpa kami harus berdemonstrasi dan berletih-letih, Walhamdulillah.
– Kami bisa menyalurkan dan menyampaikan materi dan visi dakwah ini secara singkat.
– Kami bisa ber”silaturahmi” dengan Para Pejabat Pemerintahan, yang mungkin tanpa sebab dari mereka (yang berdemonstrasi) kami jadi saling mengenal dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
– Kami bisa menyampaikan informasi berkenaan jadwal-jadwal kajian Dakwah Salafiyah di Samarinda
– Kami juga bisa sampaikan media-media dakwah (TV dan Radio-radio) yang terkenal dalam sekala Nasional yang mendukung Dakwah ini.
– Dukungan dan Support untuk Dakwah Kita dari Pihak Keamanan dari Polresta, Sat Intel, Dandim, Satpol PP dll.
– Dan Juga yang tidak kalah penting dan Utama, do’a dan dukungan dari orang tua kami, guru kami Ketua MUI Samarinda Al Ustadz KH. Muhammad Zaini Na’im. (Beliau juga sangat mendukung kedatangan Ust Firanda Andirja)
– dan juga hikmah-hikmah yang lain, yang tidak dapat kami paparkan semua disini.” (selesai kutipan)
Karena itu, benarlah ucapan Abu Tammam Habib bin Aus, seorang penyair kenamaan di abad 3 Hijriyah. Abu Tammam mengatakan :
وإِذا أَرادَ الله نَشْرَ فَضيلةٍ                     طُويَتْ أَتاحَ لها لسانَ حَسُودِ
Dan jika Allah menghendaki untuk menyebarkan sebuah keutamaan,
Allah akan membukakannya melalui lisan dari para pendengki.
Semoga dakwah sunnah ini semakin tersebar, meskipun banyak yang berusaha untuk menghalanginya. Boleh jadi kita tidak menyukai sesuatu, padahal itu adalah baik di sisi Allah. Boleh jadi kita tidak menyukai penolakan dakwah di Samarinda, padahal ada lebih banyak hikmah di balik itu semua.
*Penulis adalah guru di salah satu Madrasah Aliyah Kota Cirebon

Mendemo Nabi ?


Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa'
Al-Imaam Muslim rahimahullah berkata dalam Shahih-nya:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: زَارَ النَّبِيُّ قَبْرَ أُمِّهِ، فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ، فَقَالَ: " اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي، وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي، فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ "
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ubaid, dari Yaziid bin Kaisaan, dari Abu Haazim, dari Abu Hurairah, ia berkata : “(pada suatu waktu) Nabi berziarah ke kubur ibunya, lalu beliau menangis sehingga orang-orang di sekitar beliau pun ikut menangis. Beliau bersabda : “Sesungguhnya aku telah memohon izin Rabb-ku untuk memintakan ampun untuknya, namun Ia tidak mengizinkanku. Dan aku meminta izin-Nya untuk menziarahi kuburnya, dan Ia mengizinkanku. Maka berziarahlah kalian ke kubur, karena itu akan mengingatkan kalian kepada kematian” [No. 976].
An-Nawawiy rahimahullah berkata tentang hadits di atas:

فِيهِ جَوَاز زِيَارَة الْمُشْرِكِينَ فِي الْحَيَاة ، وَقُبُورهمْ بَعْد الْوَفَاة ؛ لِأَنَّهُ إِذَا جَازَتْ زِيَارَتهمْ بَعْد الْوَفَاة فَفِي الْحَيَاة أَوْلَى ، وَقَدْ قَالَ اللَّه تَعَالَى : { وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا } وَفِيهِ : النَّهْي عَنْ الِاسْتِغْفَار لِلْكُفَّارِ . قَالَ الْقَاضِي عِيَاض رَحِمَهُ اللَّه : سَبَب زِيَارَته صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرهَا أَنَّهُ قَصَدَ قُوَّة الْمَوْعِظَة وَالذِّكْرَى بِمُشَاهَدَةِ قَبْرهَا ، وَيُؤَيِّدهُ قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي آخِر الْحَدِيث : ( فَزُورُوا الْقُبُور فَإِنَّهَا تُذَكِّركُمْ الْمَوْت ) .
“Dalam hadits tersebut terdapat penjelasan tentang kebolehan untuk menziarahi orang-orang musyrik saat masih hidup, dan menziarahi kubur mereka setelah meninggal. Hal itu dikarenakan apabila diperbolehkan untuk menziarahi mereka setelah meninggal, maka ketika hidup lebih layak untuk kebolehannya. Allah ta’ala telah berfirman: ‘Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik’ (QS. Luqmaan : 15).
Dalam hadits tersebut juga terdapat penjelasan tentang larangan untuk memintakan ampun kepada orang-orang kafir. Al-Qaadliy ‘Iyaadl rahimahullah berkata : ‘Faktor penyebab ziarahnya Nabi ke kubur ibunya yaitu karena beliau ingin menguatkan nasihat dan peringatan dengan mengunjungi kuburnya’. Hal tersebut dikuatkan dengan sabda beliau yang ada di akhir hadits : ‘Berziarahlah kalian ke kubur, karena itu akan mengingatkan kalian kepada kematian” [Syarh Shahih Muslim, 7/45].
Ketika beliau rahimahullah mengatakan kebolehan menziarahi orang musyrik yang masih hidup dan yang telah meninggal dengan berdalil hadits di atas, artinya beliau memahami bahwa ibunda Nabi meninggal dalam keadaan musyrik. Sama seperti penjelasan Syamsul-Haq ’Adhim ’Abadi rahimahullah yang berkata :
( فَلَمْ يَأْذَن لِي )
: لِأَنَّهَا كَافِرَة وَالِاسْتِغْفَار لِلْكَافِرِينَ لَا يَجُوز
”Sabda beliau : ”Dan Ia (Allah) tidak mengizinkanku” , karena Aminah adalah seorang yang kafir, sedangkan memintakan ampun terhadap orang yang kafir tidak diperbolehkan” [’Aunul-Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, 7/220]
Ada syahid dari hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, yaitu hadits Buraidah radliyallaahu ‘anhu berikut:
حَدَّثَنَا حَسَنُ بنُ مُوسَى، وَأَحْمَدُ بنُ عَبدِ الْمَلِكِ، قَالَا: حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، قَالَ أَحْمَدُ بنُ عَبدِ الْمَلِكِ فِي حَدِيثِهِ: حَدَّثَنَا زُبيْدُ بنُ الْحَارِثِ الْيَامِيُّ، عَنْ مُحَارِب بنِ دِثَارٍ، عَنِ ابنِ برَيْدَةَ، عَنْ أَبيهِ، قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبيِّ فَنَزَلَ بنَا وَنَحْنُ مَعَهُ قَرِيب مِنْ أَلْفِ رَاكِب، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ أَقْبلَ عَلَيْنَا بوَجْهِهِ وَعَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ، فَقَامَ إِلَيْهِ عُمَرُ بنُ الْخَطَّاب، فَفَدَاهُ بالْأَب وَالْأُمِّ يَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا لَكَ؟ قَالَ: " إِنِّي سَأَلْتُ رَبي عَزَّ وَجَلَّ فِي الِاسْتِغْفَارِ لِأُمِّي، فَلَمْ يَأْذَنْ لِي، فَدَمَعَتْ عَيْنَايَ رَحْمَةً لَهَا مِنَ النَّارِ، وَإِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ ثَلَاثٍ: عَنْ زِيَارَةِ الْقُبورِ، فَزُورُوهَا لِتُذَكِّرَكُمْ زِيَارَتُهَا خَيْرًا، وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ بعْدَ ثَلَاثٍ، فَكُلُوا وَأَمْسِكُوا مَا شِئْتُمْ، وَنَهَيْتُكُمْ عَنِ الْأَشْرِبةِ فِي الْأَوْعِيَةِ، فَاشْرَبوا فِي أَيِّ وِعَاءٍ شِئْتُمْ، وَلَا تَشْرَبوا مُسْكِرًا "
Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Muusaa dan Ahmad bin ‘Abdil-Maalik, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Zuhair – Ahmad bin ‘Abdil-Malik berkata dalam haditsnya : ‘Telah menceritakan kepada kami Zubaid bin Al-Haarits Al-Yaamiy - , dari Muhaarib bin Diitsaar, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya, ia berkata : “Kami bersama Nabi , dan beliau singgah bersama kami dimana saat itu beliau bersama sekitar 1.000 pengendara kuda. Beliau melaksanakan shalat dua rakaat, kemudian setelah itu beliau menghadapkan wajah beliau ke arah kami dengan kedua air mata yang bercucuran. Kemudian 'Umar bin Al-Khaththaab berdiri menghampiri beliau dan mengatakan ayah dan ibunya sebagai tebusannya, lalu berkata : “Wahai Rasulullah, apa yang terjadi denganmu?”. Beliau bersabda : "Aku memohon kepada Rabbku agar dapat memintakan ampunan untuk ibuku, namun Ia tidak mengizinkanku. Maka air mataku pun bercucuran sebagai bentuk belas kasihan untuknya dari adzab neraka. Dan dulu aku melarang kalian dari tiga perkara, yaitu (1) ziarah kubur, namun sekarang berziarah kuburlah kalian untuk mengingatkan kalian terhadap kebaikan (kematian/akhirat); (2) dulu aku melarang kalian untuk makan daging kurban setelah tiga hari, namun sekarang makan dan simpanlah sekehandak kalian; serta (3) dulu aku melarang kalian minum minuman dari bejana, namun sekarang minumlah kalian dari bejana manapun yang kalian suka. Jangan kalian minum minuman yang memabukkan” [Diriwayatkan oleh Ahmad 5/355; dishahihkan Al-Arna’uth dkk. dalam Takhrij Musnad Ahmad 38/111].
Ada segolongan orang yang hendak menakwil-nakwil dengan pemahaman yang tidak benar tentang alasan Nabi dilarang Allah ta’ala memintakan ampun ibunya. Mereka pura-pura tidak tahu akan penjelasan para ulama di atas. Nabi dilarang Allah ta’ala memintakan ampunan kepada ibunya karena ibunya meninggal dalam keadaan kafir.
Tidaklah Allah ta’ala melarang untuk memintakan ampun kepada seseorang setelah meninggalnya kecuali orang tersebut meninggal dalam kekafiran. Allah ta’ala berfirman:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam” [QS. At-Taubah : 113].
Inilah yang dipahami para shahabat, diantaranya ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu:
عَنْ عَلِيٍّ، قَالَ: سَمِعْتُ رَجُلًا يَسْتَغْفِرُ لِأَبَوَيْهِ وَهُمَا مُشْرِكَانِ، فَقُلْتُ لَهُ: أَتَسْتَغْفِرُ لِأَبَوَيْكَ وَهُمَا مُشْرِكَانِ؟ فَقَالَ: أَوَلَيْسَ اسْتَغْفَرَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَهُوَ مُشْرِكٌ؟ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَتْ مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ "
Dari ‘Aliy, ia berkata : Aku pernah mendengar seseorang mendoakan kedua orang tuanya yang meninggal dalam status musyrik. Aku katakana kepadanya: “Mengapa engkau memintakan ampunan untuk kedua orang tuamu padahal keduanya musyrik?”. Ia menjawab: “Bukankah Ibrahim juga memintakan ampunan untuk bapaknya yang musyrik?[1]”. Lalu aku mengadukan hal itu kepada Rasulullah , maka turunlah ayat : "Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik" (At Taubah: 113) [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3101, An-Nasaa’iy no. 2036, 1/99, dan yang lainnya; dihasankan oleh At-Tirmidziy dan dishahihkan oleh Abu Ja’far bin Nahhaas, Al-Haakim, dan Al-Albaaniy].
Juga Ibnu ‘Abbaas :
عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ، فَقَالَ: إِنَّ أَبِي مَاتَ نَصْرَانِيًّا، فَقَالَ: " اغْسِلْهُ، وَكَفِّنْهِ، وَحَنِّطْهُ، ثُمَّ ادْفِنْهُ "، قَالَ: مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى الآيَةَ "
Dari Sa’d bin Jubair, ia berkata : Datang seorang laki-laki kepada Ibnu ‘Abbaas, lalu berkata : “Sesungguhnya ayahku meninggal sebagai seorang bragama Nashrani”. Ibnu ‘Abbas berkata : “Mandikanlah, kafanilah, tahnith-kanlah, dan kuburkanlah”. Kemudian ia (Ibnu ‘Abbaas) melanjutkan membaca ayat : “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik" (At Taubah: 113)” [Diriwayatkan oleh Sa’d bin Manshuur dalam Tafsiir-nya no. 1037 dan Al-Baihaqiy 3/398 dengan sanad shahih].
Inilah yang dipahami Al-Baihaqiy rahimahullah bahwa kedua orang tua meninggal dalam keadaan kafir:
قَالَ الشَّيْخُ رَحِمَهُ اللَّهُ: وَأَبَوَاهُ كَانَا مُشْرِكَيْنِ بِدَلِيلِ مَا أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أنبأ أَبُو الْحَسَنِ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدُوسٍ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ، ثنا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، ثنا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ.ح قَالَ وَأنا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَاللَّفْظُ لَهُ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، ثنا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، ثنا عَفَّانُ، ثنا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، " أَنَّ رَجُلا قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيْنَ أَبِي؟ قَالَ: فِي النَّارِ، قَالَ: فَلَمَّا قَفَّا دَعَاهُ، فَقَالَ: إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ "، رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي الصَّحِيحِ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ
Berkata Syaikh (yaitu Al-Baihaqiy – Abul-Jauzaa’) rahimahullah : “Dan kedua orang tua Nabi adalah musyrik dengan dalil hadits yang telah dikhabarkan kepada kami  Abu ‘Abdillah Al-Haafidh : Telah memberitakan kepada kami Abul-Hasan Ahmad bin Muhammad bin ‘Abduus : Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Sa’iid Ad-Daarimiy : Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaa’iil : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah ia berkata (ح). Dan telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakr bin ‘Abdillah – dan lafadh hadits ini adalah miliknya - : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Sufyaan : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah : Telah menceritakan kepada kami ‘Affaan : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah, dari Tsaabit, dari Anas : Bahwasannya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi : “Wahai Rasulullah, dimanakah ayahku ?”. Beliau menjawab : “Di neraka”.[2]
Tidakkah kita bisa mengambil pelajaran dari kisah hubungan kekerabatan antara Nuuh dengan istri dan anaknya, Ibraahiim dengan ayahnya, Luuth dengan istrinya ?. Dekatnya hubungan kekerabatan tidak memastikan seseorang mendapat hidayah selamat di dunia dan akhirat.
So,…. saya heran dengan satu kiriman video berikut yang dikatakan membantah Wahabi karena mengatakan kedua orang tua Nabi meninggal dalam keadaan kafir:



Apa isi bantahannya ?. Hampir tidak ada, kalau tidak boleh dikatakan ‘sama sekali tidak ada’. Para hadirin diajak menangis karena cerita yang dibawakan. Kalau tangisan itu adalah seperti tangisan Nabi , yaitu tangisan belas kasihan, serta pengambilan pelajaran tentang akhirat dan bahwa keimanan tidak diwariskan melalui hubungan kekerabatan; maka ini masyru’. Namun jika tangisan itu hanya menjadi motif untuk memprovokasi umat menolak dalil, ini tidak masyru’. Agama tidak disandarkan dari tangisan. Tentu repot jadinya jika ‘perasaan’ dijadikan metode beragama.
Apalagi tempo hari ada demonstrasi dari kelompok orang yang ‘main perasaan’ ini untuk menolak kedatangan seorang ustadz dengan alasan si ustadz ‘memponis[3]’ kedua orang tua Nabi meninggal dalam keadaan kafir.

Kalau misalnya Nabi sendiri yang 'memponis' kedua orang tuanya meninggal dalam keadaan kafir, apakah akan Anda demo juga ?. Begitu juga Anda akan demo Al-Baihaqiy, An-Nawawiy, dan yang lainnya karena perkataan mereka tentang kedua orang tua Nabi Anda anggap meresahkan ?. Masyarakat Anda ajak untuk ikut resah bersama Anda. Resah yang tidak mencerdaskan. Ini sebagaimana dikatakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda, KH Zaini Naim, menyikapi provokasi kelompok yang ‘main perasaan’ ini:
“Saya dari MUI menyayangkan sekali, itu cerminan masyarakat yang tidak cerdas”.
[kutipan dari : Radar Kaltim].
Sebagai penutup, mari kita berdoa agar Allah senantiasa memberikan hidayah kepada kita semua.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
للَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ
Semoga ada manfaatnya, wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Abul-Jauzaa’ - Somewhere, 26 Syawal 1437.
[1] Maksud doa Ibraahiim ini adalah doa yang ada dalam ayat:
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)" [QS Ibraahiim : 41].
Namun setelah Ibraahiim mengetahui hal itu dilarang Allah ta’ala karena ayahnya meninggal dalam keadaan musyrik, ia pun berlepas diri darinya sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun” [QS. At-Taubah : 114].
[2] Silakan baca artikel Kafirkah Kedua Orang Tua Nabi ? (sebuah ringkasan) dan Shahih Hadits : “Ayahku dan Ayahmu di Neraka”.
[3]Mungkin orang yang mengatakan adalah orang Sunda yang bertransmigrasi ke Kalimantan Timur.

Ustadz Firanda, Pencekalan Dakwah dan Toleransi yang Dipertanyakan

Rabu, 3 Agu 2016
Oleh: Budi Marta Saudin
Puluhan massa yang tergabung dalam Forum Ulama Samarinda (FUS) menggeruduk kantor Gubernur Kalimantan Timur pada Kamis (28/7/2016) siang.
Kedatangan para pria bersarung ini untuk meminta pemerintah agar Ustadz Firanda Andirja yang dijadwalkan mengisi pengajian akbar di masjid Islamic Center Samarinda pada Sabtu (30/7/2016) dibatalkan.
Habib Abdurrahman Assegaf, Ketua Forum Aswaja (Ahlusunnah Wal Jamaah) Kalimantan Timur yang turut hadir dalam aksi demonstrasi itu mengancam akan memboikot Ustadz Firanda di Bandara Sepinggan Balikpapan, jika acara tetap dilaksanakan.
“Kami meminta jangan sampai pihak ketiga ini menyelenggarakan acara mengatasnamakan Aswaja, jangan sampai si Firanda ini masuk ke Samarinda,” tegas Habib Abdurrahman, seperti dilansir Radar Kaltim.
Alasan Habib Abdurrahman protes, karena menganggap Ustadz Firanda gemar mengkafirkan, bahkan Ibunda nabi sendiri saja dianggap kafir.
“Alasannya karena dia gemar mengafirkan. Bunda Nabi Muhammad saja dibilang kafir dan masuk neraka. Ini kan meresahkan. Kami tidak mau suasana harmoni di Samarinda ini menjadi tidak kondusif karena isi ceramahnya,” kata dia.
MUI Sebut Habib yang Demo Tidak Cerdas
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Timur KH. Zaini Naim menyayangkan adanya tindakan demo tersebut. Bahkan beliau menilai penggerudukan yang dipimpin seorang habib, yang dikenal masyarakat sebagai keturunan nabi, merupakan contoh perbuatan tidak cerdas.
“Saya dari MUI menyayangkan sekali, itu cerminan masyarakat yang tidak cerdas,” kata Kyai Zaini kepada Radar Kaltim pada Jumat (29/7/2016).
Tentang pendapat Ustadz Firanda yang menganggap ibunda nabi kafir, Kyai Zaini ingin agar warga Samarinda melakukan tabayyun, bukan dengan cara demonstrasi.
“Ini kan masih katanya-katanya, belum mendengar langsung dari orangnya. Alquran saja menyuruh kita untuk mengecek kebenaran atau tabayyun, jangan langsung menghakimi atau bilang tidak boleh,” jelasnya.
Kyai Zaini mengkritik tindakan sang habib, menurutnya, langkah yang dilakukan bersama kelomponya tidak bisa dibenarkan karena melarang orang untuk menyampaikan ilmu.     (masya Allah, semoga Allah memuliakan Kyai Zaini dan keluarganya.red.lamurkha )
“Kok sangat menggebu-gebu sekali? Kalau ada perbuatan maksiat tidak demo, ini ustadz yang mau berceramah dan menyampaikan ilmu malah dilarang. Ini akan menjadi preseden tidak baik bagi umat Islam,” katanya.
Pengajian Tetap Diadakan tapi Ganti Pemateri
Melihat adanya pihak yang memprotes, panitia pengajian membatalkan Ustadz Firanda untuk datang di Samarinda, tetapi pengajian tetap berjalan dengan pemateri Ustadz Abu Qotadah, seorang da’i alumni Darul Hadits Dammaj Yaman.
Dalam pesan yang diterima redaksi, acara yang dihadiri oleh ribuan jamaah tersebut berlangsung aman dan lancar.
“Alhamdulillah semua acara di Balikpapan dan Samarinda berjalan dengan lancar,” kata Ustadz Abu Qotadah dalam pesannya.
Katanya Toleran, Tapi?
Pencekalan dakwah tak hanya terjadi di Samarinda, tetapi juga di tempat lain. Beberapa bulan lalu, Ustadz Firanda juga dilarang oleh sekelompok massa untuk mengisi pengajian di Tegal, Jawa Tengah. Alasan mereka pun terlihat sangat mengada-ada.
Pada awal Januari lalu, di Cirebon juga terjadi kejadian yang mirip dengan di Samarinda. Hanya yang diprotes bukan Ustadz Firanda, tetapi Ustadz Badrusalam, yang juga sebagai pemateri di Radio dan Tv Rodja.
Alasan yang dilontaran oleh para pendemo masih sama: meresahkan warga. Padahal, menurut penelusuran, tak ada warga yang merasa resah. Hanya ada sebagian kelompok massa yang tidak setuju terhadap adanya pengajian tersebut, kemudian mengatasnamakan warga.
Jika diperhatikan, kelompok-kelompok yang terbiasa melakukan demonstrasi untuk melarang pengajian ini, dalam banyak kesempatan selalu mengatakan toleransi dengan slogannya: tasamuh dan tawasuth, yang berarti toleran dan moderat.
Belum tahu, apa realisasi dari slogan yang selalu didengung-dengungkan tersebut. Melihat fakta yang terjadi dilapangan, justru kelompok itulah yang selalu membuat situasi tidak kondusif. Melarang pengajian, menuduh kelompok yang berbeda fikrah dengan tuduhan radikal dan ekstrim.
Mestinya umat Islam patut berbangga dengan Ustadz Firanda, di usianya yang muda, sudah dipercaya untuk menjadi pengajar di Masjid Nabawi. Sangat jarang warga Indonesia yang punya kesempatan seperti ini.
Para pendemo mengatakan, Ustadz Firanda menyebarkan ajaran yang sesat. Pertanyaannya: kenapa orang sesat menjadi pengajar di Masjid Nabawi? Masjid mulia yang dibangun baginda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tunggu saja, apakah mereka berani melakukan demonstrasi di depan Masjid Nabawi?.

Kejadian yang sama dua tahun lalu

Tablig Akbar Yazid Jawas di Samarinda Dihadang Gerakan Nasional Anti Kekerasan & Intoleransi (GENERASI) dan Forum Komunikasi Alawiyyin (FKA)
Terkesan membela Basyar Assad ( Syi’ah)
27 Juni 2014 17:03:22 Diperbarui: 18 Juni 2015 08:38:18
Samarinda, Sabtu 21 Juni 2014 Terpampang spanduk besar di pintu masuk dan pintu keluar IslamicCenter Samarinda dengan tulisan “Tablig Akbar” Oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas. Penyelenggara Tablig itu adalah Yayasan Islam sebuah yayasan salafi wahabi. Islamic Center Samarinda berdiri megah dan menjadi pusat dakwah dan kebudayaan Islam kebanggaan Masyarakat Kalimantan Timur. Siapa pun atau dari golongan aliran dan mazhab manapun boleh mempergunakan Mesjid Islamic Center untuk kegiatan dakwah atau kajian keIslaman. Tapi sayang seribu kali sayang entah karena lengah dari pengawasan MUI, Kesbangpol, dan aparat keamanan akhir-akhir ini Islamic Center kerap dijadikan wadah penggalangan dana buat teroris asing yang berperang di suriah dan dakwah-dakwah dari para mubalig yang punya rekam jejak gigih menyebarkan kebencian sektarian, intoleran, dan pengadu-domba umat.

Sebut saja Ustadz yang mengisi Tablig Akbar ini, dia adalah Yazid bin Abdul Qodir Jawas seorang ustadz salafi wahabi, penulis buku yang cukup produktif, mengadakan acara tablig selama dua hari di Samarinda. Yazid bin Abdul Qodir Jawas adalah satu dari sekian banyak mubaligh wahabi salafi yang tak pernah lelah memecah-belah umat dengan faham wahabinya.
Tablig Akbar sendiri rencanya akan diselengarakan pukul 9.00 pagi tampak lalu lalang wanita bercadar dan kaum prianya bercelana cingkrang dan berjenggot. Sebelum acara Tablig Akbar di mulai datanglah dua orang bersorban dan bergamis putih menemui penerima tamu di pintu masuk mesjid dan menanyakan ingin bertemu dengan pihak panitia dan Ustadz Yazid Jawas.

Tampak banyak mata dengan tatapan cemas dan curiga dengan kedatangan dua pria bergamis itu mereka adalah Habib Muhammad bin Alwy Assegaf dan Habib Fauzi al-Kherid. Seorang rombongan Habib Fauzi terlihat mendokumentasikan tablig akbar itu dan terlihat beberapa kali apabila kamera ditujukan kearah jamaah tablig akbar mereka terlihat bergegas menutup mukanya atau menundukkan kepala sebagian dari mereka ada yang bertanya dari mana gerangan rombongan Habaib ini.

Kepada panitia penyelenggara rombongan Habib Fauzi mengatakan mereka ingin memantau dan meminta klarifikasi Ustadz Yazid Jawas mengenai beberapa hal. Mereka sendiri mengatakan dari aktivis gerakan nasional anti kekerasan dan intoleransi (GENERASI) dan Forum Komunikasi Alawiyyin (FKA) yang konsisten menjaga Pancasila dan UUD 1945. Pihak Pengolala Islamic Center sedikit dibuat tegang dengan kedatangan dua Habib itu tapi suasana segera cair karena bebrapa dari mereka sudah saling kenal dan cukup akrab dengan dengan salah satu Habib.

Pengelola Mesjid mempersilahkan dua Habib untuk menunggu beberapa saat agar bertemu dengan rombongan dakwah Ustadz Yazid Jawas. Tak lama kemudian datanglah rombongan dakwah wahabi sebanyak lima orang dan siap berdialog dengan Habib Muhammad bin Alwy Assegaf dan Habib Fauzi Kherid. Dialog dilangsungkan dalam bahasa Arab dan Indonesia. Dimulai oleh Habib Muhammad mengucapkan salam, memperkenalkan diri, bertegur sapa dan saling bertanya kabar masing-masing. Habib Muhammad menanyakan apakah metodelogi Ustadz Yazid Jawas sehingga menyesatkan pengikut Asyairoh dan Maturidiyah? bukankah kita semua tau bahwa Asy’ariyah dan Maturidiyah adalah representative firqoh yang besar ini di dalam Islam yaitu Ahlussunnah wal Jamaah.

Seperti kita ketahui bersama Ustadz Yazid Jawas dalam satu buku yang di tulisnya yang berjudul “Mulia di Atas Manhaj Salaf” memasukan Asyairoh dan Maturidiyah sebagai bagian dari 27 firqoh-forqoh yang sesat dan menyesatkan. Hadir dalam rombongan Ustadz Yazid adalah Seorang Suriah bernama Muhammad Sajid dan Fauzan al-Anshari. Kenapa dalam tablig akbar itu mendatangkan seorang Suriah? Apakah hanya untuk solidaritas dan penggalangan dana untuk teroris takfiri asing di Suriah? (bela Basyar assad syiah).Konon katanya Muhammad Sajid sudah sekian tahun domisili di Indonesia. Hak jawab kita berikan kepada Ustadz Yazid Jawas dan beliau mengatakan bahwa sebelum dicetak buku itu terlebih dulu beliau berdiskusi dengan para alim ulama karena beliau sendiri memeperkenalkan diri sebagai seorang penasehat MUI Bogor. Apa yang ditulisnya dikatakan adalah sejalan dengan pandangan para Ulama Salaf seperti Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Syafi’I tanpa merinci lebih jauh.

Habib Fauzi menasehatkan Yazid Jawas agar jangan mudah menyesatkan dan mengkafirkan Ahlul Qiblah dan dalam berdakwah harus sejuk bukan dengan agitasi dan provokasi yang berimplikasi memecah-belah umat. Dialog berjalan sedikit gaduh ketika Habib Muhammad menantang Yazid Jawas untuk klarifikasi dengan Ulama Ahlussunnah di Jakarta dan meminta Yazid Jawas menarik pernyataan fitnahnya dibanyak media elektronik. Yang penting dan perlu dicatat dalam dialog itu ialah bahwa Yazid Jawas mengatakan dia siap untuk dipertemukan dengan Ulama Ahlussunnah di Jakarta menyangkut bukunya yang menyesatkan pengikut Asyairoh dan Maturidiyah. Dengan suara tinggi Yazid Jawas mengatakan Anda bukan atasan saya kenapa saya harus menerima syarat-syarat dari anda.

Habib Muhammad dengan tenang mengatakan bahwa dampak dakwah itu luar biasa kalau antum tidak mencabut dan mengklarifikasinya dihadapan Ulama Ahlussunnah dikhawatirkan akan memicu kemarahan umat. Tak ada permintaan ma’af dari seorang Yazid Jawas tapi ada hal positif yang patut dicatat dalam pertemuan itu bahwa dia menyanggupi untuk menjelaskan kepada para Ulama Ahlussunnah di Jakarta mengenai penyesatan dan fitnah yang dituduhkan kepada mayoritas kaum Muslimin.

Kurang lebih 30 menit pertemuan itu panitia mohon ma’af karena Yazid Jawas harus segera mengisi tausiyah di hadapan peserta tablig akbar dan panitia berjanji akan mengawasi dan merekam materi tablig akbar itu. Rombongan Yazid Jawas bersalaman dengan para Habaib dan segera menuju ruangan mesjid Islamic Center. Mayoritas Muslim Indonesia moderat dan toleran tetapi mereka adalah silent majority sudah saatnya yang moderat, toleran dan mayoritas ini bicara dan lebih militan dari kelompok ekstrem dan kelompok-kelompok intoleran lainnya demi INDONESIA DAMAI.

Begitulah gambaran secara umum marak dan merebaknya kekerasan, ekstremisme dan intoleransi akhir-akhir ini menjadi keprihatinan dan kepedulian kita semua namun pada saat yang sama negara ternyata tidak hadir. Berangkat dari keprihatinan itulah gerakan ini lahir dan hadir dan berketetapan hati melakukan penyadaran kepada masyarakat. Sesungguhnya kebatilan yang teroganisir akan mengalahkan kebenaran yang tercerai-berai kita harus bersatu dalam menghadapi kelompok ekstrem dan Intoleran, merekabukan saja menjadi ancaman bagi agama dan bangsa tetapi lebih dari itu sesungguhnya TAKFIRISME (??) adalah musuh KEMANUSIAAN. Semoga dengan pertemuan ini seluruh faksi Salafi Wahabi berfikir ulang dan jangan mencoba menghancurkan kedamaian yang selama ini umat sudah rasakan sebagai perwujudan Islam Rahmatan Lil Alamin. Islam yang mengayomi dan memberi kesejukan kepada umat manusia, Islam yang memberikan solusi-solusi terhadap permasalahan umat dan bukan sebaliknya. Singkat kata kita memerlukan Islam ramah dan bukan Islam marah (Gus Dur)
http://www.kompasiana.com/generasi/tablig-akbar-yazid-jawas-di-samarinda-dihadang-gerakan-nasional-anti-kekerasan-intoleransi-generasi_54f99c92a33311d7588b4a32

Takfiri Syiah ( ABI ) Jadi Bunglon Di Kantor Deputi VI Kemenko Polhukam, Dengan Memutar Balikan Dan Menyembunyikan Kejahatan Takfirinya Terhadap Al-Qur'an, Istri Dan Sahabat Nabi Serta Ahlus Sunnah !
================
Abu Lahab, Paman Nabi, Putranya Abdul Muthalib (Saudaranya Abdullah Ayah Rasulullah), Masuk Neraka ! Nasab Tidak Tidak Menolongnya.
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/05/abu-lahab-paman-nabi-putranya-abdul.html
Benarkah Abu Thalib Muslim? (Koreksi Atas Ketergelinciran dewa Gilang)Abdullah Al-jakarty.
Hadits tentang Keislaman Orang Tua Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Selamatnya Mereka dari Api Neraka
Kafirkah Kedua Orang Tua Nabi ? (sebuah ringkasan bagian II )
Muslimkah Orang Tua Nabi ?
Orangtua Nabi Hidup Di Masa Fatrah?.. TIDAK,. Justru Orang Kafir Quraisy Sangat Paham Islam, Makanya Mereka Tidak Mau Masuk Islam
Siapa Ahlul Fatrah ?
Sesatkah Aqidah Bahwa Orangtua Nabi Muhammad Adalah Kafir?! [ Pencarian Kebenaran ]
Oleh Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as Sidawi
Ulama Besar Syiah: Abu Thalib Tidak Meninggal Sebagai Mukmin!
Gugatan Terhadap Penggugat Imam Bukhari
[ Jawaban Dungu Web Syiah ] Kenapa Imam Mazhab Tidak Pakai Hadits Bukhari dan Muslim?
Kedudukan Shahih Bukhari Muslim [ bagian I ]
Kesepakatan Umat (Ulama) Kitab Shahih Al-Bukhari Dan Muslim, Kitab Yang Paling Shahih Setelah Al-Qur’an,Kecuali Golongan Syi’ah/Taqiyaher/Kamuflaser Yang Tidak Mengakui Keberadaan Keduanya.
Mengapa Imam Al-Bukhari Menulis Kitab Shahihnya? Mengenal Sisi Lain Shahih Al-Bukhari
================
Anak-Anak Abdul Muthalib, Ada Yang Kafir Dan Ada Yang Masuk Islam
Apakah Abu Thalib Paman Nabi Mati Kafir?
Abu Thalib, Beliau Menolong Dakwah Nabi Muhammad, Tapi Meninggal Diatas Agama Abdul Muthalib (Agama Kesyirikan)
https://konsultasisyariah.com/21687-apakah-abu-thalib-paman-nabi-mati-kafir.html
Abu Thalib bin Abdul Mutalib : Mukmin atau Kafir ?
Abu Thalib bin Abdul Muthalib
Abu Thalib bin Abdul Mutalib : Mukmin atau Kafir ?
Apakah Termasuk Mencela Rasulullah Ketika Kita Membenarkan Bahwa Kedua Orangtua Nabi Di Neraka?
https://aslibumiayu.net/9782-apakah-termasuk-mencela-rasulullah-ketika-kita-membenarkan-bahwa-kedua-orangtua-nabi-di-neraka.html
Bantahan 4 : Keyakinan bahwa Ayah dan Ibu Nabi Muhammad masuk surga
Bantahan 18 : Kafirkah Kedua Orang Tua Nabi ?
Larangan Memohonkan Ampun Bagi Orang Kafir, Sebagaimana Nabi Juga Dilarang Mendoakan Ampunan Bagi Orangtuanya Yang Kafir
https://aslibumiayu.net/16398-larangan-memohonkan-ampun-bagi-orang-kafir-sebagaimana-nabi-juga-dilarang-mendoakan-ampunan-bagi-orangtuanya-yang-kafir.html
Paman Nabi, Abu Thalib Masuk Neraka Karena Mati KAFIR Mengikuti Agama Abdul Muthalib
Sesatkah Aqidah Bahwa Orangtua Nabi Muhammad Adalah Kafir?!
Sanggahan terhadap Wartawan Republika [Kedua Orang Tua Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Neraka]
Seorang Muslim Kah Abu Thalib ?
================
Firanda Andirja Tuding Syirik Sayyid Muhammad, Ini Jawaban Ilmiah Ustadz M. Junaidi Sahal
Kisah Fiktif Taubatnya Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
Keberanian Sejati Sayyid Muhammad Al Maliki RA Menghadapi Pemerintahan Saudi
Tasawuf dan Gerakan Pemalsuan Sufi
Penjelasan ringkas penyimpangan muhammad alawi al-maliki
Penyimpangan sayyid muhammad alawi maliki (1)
Penyimpangan sayyid muhammad alawi maliki (2)
Penyimpangan sayyid muhammad alawi al maliki (3).
Sayyid Alwi Al-Maliki: Imam Wahabi Adalah Imam Ahli Tauhid ( Untuk Pendengki Wahhabi )
Video: Sayyid Muhammad Al-Maliki Memuji-Muji Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhab (Wahhabi)
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/05/video-sayyid-muhammad-al-maliki-memuji.html
================
================
Firanda Batal Ceramah, MUI Kecewa Zaini: Ummat Hanya Termakan Gosip


SAMARINDA. Penolakan tokoh agama, Firanda Lc untuk memberikan ceramah di Masjid Islamic Center, Samarinda, disayangkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Zaini Naim. Dia menilai, sikap itu justru menciderai nilai agama yang mengajarkan kebaikan.   

“Saya dari MUI menyayangkan sekali, itu cerminan masyarakat yang tidak cerdas,” ucap Zaini Naim kemarin. 

Disebutkan jika penolakan itu lantaran Firanda dalam video di youtube pernah berkata kalau Ibunda Nabi Muhammad, Siti Aminah dipastikan masuk neraka. Hal itulah yang menjadi pemicu utama penolakan dirinya datang ke Samarinda. Disingung soal itu, Zaini menilai masyarakat belum siap menerima perbedaan pemahaman agama. “Ini kan masih katanya-katanya, belum mendengar langsung dari orangnya. Alquran saja menyuruh kita untuk mengecek kebenaran atau tabayyun, jangan langsung menghakimi atau bilang tidak boleh,” jelasnya.

Ulama yang dikenal vokal ini juga mengkritik penolakan dari pihak Masjid Islamic Centre yang turut menolak kehadiran penceramah tetap di Masjid Nabawi, Mekkah ini. Tidak layak katanya masjid sebagai wadah kegiatan ummat Islam dibatasi seperit itu. Bahkan, ia sempat menyinggung Forum Ulama Samarinda yang sempat melakukan demonstrasi, Kamis (28/7) lalu,  sebagai tindakan berlebihan. “Kok sangat menggebu-gebu sekali? Kalau ada perbuatan maksiat tidak demo, ini ustaz yang mau berceramah dan menyampaikan ilmu malah dilarang. Ini akan menjadi preseden tidak baik bagi umat Islam,” ketusnya. 

Seharusnya dalam menyikapi perbedaan tidak perlu seperti itu. Masyarakat, kata Zaini, takkan pernah cerdas jika tidak mendengar pemahaman dari kelompok lain. Lagi pula sosok Firanda katanya bukanlah teroris yang mengancam NKRI dan melanggar aturan serta akidah. Dukungan terhadap Firanda akunya bukan semata-mata karena kecewa. MUI juga harus menjadi tauladan bagi masyarakat dalam menyikapi perbedaan pemahaman.   

“MUI tidak berat sebelah. Kami tetap harus menjunjung tinggi asas keadilan,” pungkasnya. 

Terpisah, Kepala Bidang Takmir Masjid Islamic Centre, Djamaludin mengatakan terpaksa menolak kehadiran Firanda. Itu dilakukan karena banyaknya masukkan dan keluhan dari masyarakat yang tidak senang dengan muatan ceramah Sang Ustaz. “Atas nama imam besar, kami sangat menyesal tidak mengizinkan ceramah agama di sini,” ujarnya. 

Ditemui di ruang kerjanya, Djamal mengatakan muatan ceramah Firanda tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan pihak takmir. Adapun di antara syarat untuk bisa berceramah adalah menghindari perkataan yang merendahkan ulama maupun tokoh Islam, baik yang meninggal maupun masih hidup. Kemudian tidak mencela orang Islam yang berbeda pemahaman. “Ceramah juga tidak boleh mengandung unsur politik praktis,” tambahnya.

Uniknya, aturan tersebut baru dibuat lantaran pihak yayasan pernah “kecolongan”, adanya penceramah yang menyampaikan ceramah provokatif. Konon organisasi yang turut bertanggung jawab terhadap itu adalah yang mendatangkan Firanda. “Ini mereka sudah empat kali. Yang pertama sebelum ada aturan, bebas saja, tapi isi ceramahnya merisaukan ummat. Dua kali ceramah biasa saja. Nah, yang ini heboh lagi,” katanya.

Tapi Djamal mengatakan pihak yayasan tidak melarang aktivitas organisasi atau kelompk pengajian. “Hanya penceramahnya saja yang dibatasi. Nanti ke depan kami akan sering ingatkan supaya penceramah harus yang bisa diterima masyarakat,” tandasnya. 

Sementara itu, dari data yang dihimpun Radar Kaltim, sosok Firanda Andirja cukup familiardi dunia maya. Puluhan ceramahnya tersebar di youtube dengan berbagai tema. Selain itu, ustaz berkacamata ini juga tercatat sebagai alumni  S1  Fakultas Hadits Islamic University of Madinah (Universitas Islam Madinah),  S2 Fakultas Dakwah Jurusan Aqidah dan sekarang mengambil program S3 di jurusan yang sama (Aqidah) di Islamic University of Madinah. Menurut keterangan berbagai sumber, Firanda juga pernah menjadi penceramah tetap di Masjid Nabawi dan mengisi program TV swasta tanah air. (cyn/sal)
http://radarkaltim.prokal.co/read/news/3064-firanda-batal-ceramah-mui-kecewa.html

MUI Akan Menginvestigasi

Sayangkan Aksi Damai di Kegubernuran
SAMARINDA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda menyayangkan penolakan kedatangan Ustaz Firanda Andirja ke Samarinda oleh Forum Ahlus-sunnah wal Jamaah (Aswaja) Kaltim. Penolakan itu disampaikan dalam aksi damai depan Kegubernuran Kaltim, Kamis (28/7).
Ketua MUI Samarinda Zaini Naim mengatakan, aksi damai itu tidak elok dilakukan. Sebagai muslim, perbedaan pendapat sebaiknya dibahas dengan elegan. Harapannya tidak menimbulkan kepanikan untuk muslim lain. “Seharusnya tidak perlu beraksi. Masih ada jalan lain. Apalagi yang datang bukan orang lain. Dia itu pemuda Indonesia yang punya prestasi akademik yang bagus di Arab Saudi,” jelas Zaini.
Semestinya, lanjut dia, kedatangan Firanda ke Kota Tepian bisa memberikan imbas positif. Itu juga jadi kesempatan bagus untuk menyampaikan langsung jika tidak ada hal yang tidak disepakati. “Jangan hanya katanya-katanya saja. Dikonfirmasi dulu. Begitu kan lebih baik,” ujar dia.
Dia khawatir aksi damai itu terjadi karena ditunggangi kepentingan pihak yang ingin memancing benih-benih perpecahan antarumat beragama. “Akan kami selidiki ini, kami curiga aksi tersebut ditunggangi pihak-pihak tertentu yang ingin memecah belah umat,” imbuhnya.
Sebelumnya, Forum Aswaja Kaltim menggelar aksi damai di depan Kegubernuran Kaltim. Mereka mencekal kedatangan Ustaz Firanda lantaran dianggap sering bertausiyah tidak sesuai kaidah. Pemprov pun memfasilitasi aksi itu.
Asisten Bidang Pemerintahan Umum Sekprov Kaltim Meiliana menjelaskan, pembatalan kedatangan Firanda sudah melalui pertimbangan dari beberapa pihak. “Ini demi kepentingan menjaga kondusivitas saja. Jadi, opsi pembatalan kami pilih,” tandas Mei, sapaannya, saat dikonfirmasi kemarin. (*/yos/*/ndy/k8)

Ulama “Serbu" Kantor Gubernur, mengancam sweeping atau pencegahan di bandara, apakah ini ajaran Islam ?

Aswaja Tolak Firanda Andiraja Datang ke Samarinda

Tolak Penceramah Firanda Hadir di Samarinda
SAMARINDA. Puluhan massa menyambangi Kantor Gubernur Kaltim. Mereka yang tergabung dalam Forum Ulama Samarinda (FUS) menolak kehadiran penceramah Firanda Andirja, yang hendak datang ke Bumi Etam, Kamis (28/7).
Massa menganggap kehadiran Firanda meresahkan lantaran muatan ceramahnya dinilai provokatif. Sesuai rencana, ustaz muda lulusan Madinah tersebut akan mengisi ceramah di Masjid Islamic Centre, Sabtu (30/7) besok.
Habib Abdurrahman Assegaf, Ketua Forum Aswaja (Ahlusunnah Wal Jamaah) Kaltim bahkan mengancam akan memboikot Firanda di Bandara Sepinggan Balikpapan, jika tetap nekat datang. "Kami meminta jangan sampai pihak ketiga ini menyelenggarakan acara mengatasnamakan Aswaja, jamgan sampai si Firanda ini masuk ke Samarinda," tegasnya.
Di antara hal yang membuat massa kesal adalah isi ceramah Firanda yang mengatakan Ibu Nabi Muhammad SAW adalah sesat dan menyimpang dari Islam. "Alasannya karena dia gemar mengafirkan. Bunda Nabi Muhammad saja dibilang kafir dan masuk neraka. Ini kan meresahkan. Kami tidak mau suasana harmoni di Samarinda ini menjadi tidak kondusif karena isi ceramahnya," tegasnya lagi.
Pria paruh baya ini mengapresiasi niat Pemprov Kaltim yang mencoba mengakomodasi keluhan massa. "Pemerintah tadi sudah wanti-wanti agar jangan sampai ada pencegatan di bandara, jangan sampai membuat suasana menjadi tidak harmonis. Kami ingin Samarinda ini seperti biasa, harmonis," pungkasnya.
Terpisah, Plh Sekprov Kaltim, Meiliana mengapresiasi aksi damai dari forum Aswaja. Menyikapi tuntutan massa, Pemprov Kaltim katanya akan melakukan rapat internal dengan berbagai pihak. "Kami rapat dulu dengan Polres, Kesbangpol. Nanti setelah itu baru bisa diambil tindakan apa," kata Mei.
Mengingat tenggang waktu yang singkat, Mei mengatakan akan cepat mengambil keputusan. "Tunggu hasil rapat selesai saja, karena kami juga belum terima informasi dari panitia penyelenggara. Karena ini berhubungan dengan kondusifitas juga," imbuhnya.
Terkait rencana sweeping atau pencegahan di bandara, Mei berharap hal demikian tidak terjadi. "Dari hasil pertemuan kami dengan forum, itu hanya opsi terakhir kalau tuntutan mereka tidak disetujui,” pungkasnya. (cyn/sal)
http://radarkaltim.prokal.co/read/news/3050-ulama-serbu-kantor-gubernur.html

Aswaja Tolak Firanda Andiraja Datang ke Samarinda
Daftar Referensi Studi Komparatif Antara Tuduhan Dan Fakta : Salafi (Ahlus Sunnah, “Wahhabi ?), Aswaja, Ibnu Taimiyah, Sifat/Keberadaan/ Melihat Allah Diakhirat, Tanduk Setan, Najd, Muawiyah Bin Abi Sofyan, Takfiri Syi’ah, Nawashib,Saudi, Malaysia Dan Lain-Lain.
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/08/daftar-referensi-studi-komparatif.html

Comments dari sumber :
Katanya ulama kok demonstrasi, memalukan.. Itu menunjukkan kalau anda lemah sudah tdk mampu berargument dgn dalil eh pakai cara2 demonstrasi.. 
Aswaja apa syiah.. Haha..
Para pendemo menuding Firanda merupakan Ustad yang menyesatkan. Dimana sesatnya , kami orang awam mau tau...kami buka ratusan artikel terkait hujatan terhadap firanda semuanya tidak berdalil dan hanya hawa nafsu