Sunday, March 12, 2017

Mau Tahu Sanad Ulama Salafy (Wahabi) ?


Ketika sebagian orang tidak dapat membantah dalil-dalil Ahlus-Sunnah yang sangat meyakinkan dan terperinci dalam suatu permasalahan agama, maka alternatif terakhir bagi mereka adalah mengelak sambil melemparkan ejekan: “Carilah ilmu dari orang-orang yang memiliki sanad bersambung sampai Rasulullah seperti Habib Fulan. Ente Wahhabi ga punya sanad tapi banyak omong.”
Sering kita mendengar ungkapan-ungkapan yang semisal di forum-forum perdebatan di dunia maya. Lalu benarkah tuduhan mereka bahwa Salafiyyun tidak punya sanad?

Untuk memberikan jawaban pertanyaan tersebut, penulis ingin menyebutkan beberapa sanad keilmuan yang dimiliki oleh guru kami tercinta Syaikh Shalih bin Abdillah Al-Ushaimi dan Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahumallah..

Syaikh Shalih Al-Ushaimi adalah seorang alim yang sekarang menetap di kota Riyadh, Saudi Arabia. Beliau biasa mengadakan daurah ilmiyyah di Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi. Jika beliau mengadakan daurah di Masjid Nabawi, beliau selalu duduk di kursi Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah.

Pengalaman penulis yang paling berkesan bersama Syaikh Al-Ushaimi adalah kesabaran beliau yang mendalam tatkala mengajar. Dalam satu hari, syaikh dapat memberikan pelajaran dalam empat sesi. Sesi pertama dimulai setelah Shalat Subuh hingga pukul 10.00 pagi. Sesi kedua dimulai setelah Shalat Ashar hingga menjelang Maghrib. Sesi ketiga dimulai setelah Shalat Maghrib hingga Azan Isya dan dilanjutkan setelah Shalat Isya hingga pukul 22.00 malam. Masya Allah...semangat beliau benar-benar patut dicontoh oleh para da’i masa kini. Bahkan beliau pernah pingsan saat menyampaikan muhadharah, hingga ta’lim dihentikan untuk sementara. Ini saja biografi ringkas beliau yang dapat dituliskan.

Adapun Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah, siapa yang tidak mengenalnya. Beliau termasuk ulama yang ma’ruf di Saudi Arabia sepeninggal Syaikh Ibnu Baz dan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahumullah. Usia beliau dibandingkan Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah hanya terpaut 2 atau 3 tahun. Saat Syaikh Ibnu Baz rahimahullah masih menjabat sebagai Rektor di Universitas Islam Madinah, Syaikh Rabi’ ditunjuk sebagai Dekan Qism Sunnah dan Sirah Nabawiyah di Universitas. Sekarang beliau menetap di Makkah dan masih saja memberikan muhadharah bagi para thalibul ilmi di usia beliau yang telah lanjut. Semoga Allah memberikan rahmat yang luas bagi para ulama kita yang telah wafat dan menjaga para ulama kita yang masih hidup.

Sanad Keilmuan Syaikh Shalih bin Abdillah bin Hamad Al-Ushaimi hafidzahullah

* Beliau memiliki banyak sanad hadits. Namun saya hanya akan menyebutkan dua sanad hadits diantara sekian banyak sanad beliau:

1. Hadits Abdillah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الراحمون يرحمهم الرحمن , ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

“Orang-orang yang memiliki kasih sayang, Allah akan mengasihi mereka. Kasihilah makhluk yang ada di bumi, niscaya zat yang di langit akan merahmati kalian”[HR. Abu Daud no. 4941 dan At-Tirmidzi no. 1924.]

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Abu Daud, 10/441, Shahih At-Tirmidzi, 4/424 dan Ash-Shahihah no. 922

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendengar hadits ini dari Muhammad bin Ahmad Al-Basyir dan Abdul Baqi bin Ahmad Al-Azhari.

Muhammad Al-Basyir meriwayatan dari Abdul Qadir bin Taufiq Asy-Syalabi, dari Muhammad bin Abdul Qadir Al-Khatib, dari Muhammad bin Khalil Al-Hasani,

Sedangkan Abdul Baqi bin Ahmad Al-Azhari meriwayatkan dari Abu An-Nadhr bin Muhammad bin Khalil Al-Hasani, dari ayahnya.

Muhammad bin Khalil Al-Hasani meriwayatkan dari Muhammad bin Ahmad Al-Bahi, dari Muhammad bin Muhammad Al-Husaini, dari Daud bin Sulaiman Al-Khirbatawi. Dari Muhammad Al-Fayyumi, dari Yusuf bin Abdillah Al-Armayuni, dari Abdurraman bin Abi Bakar As-Suyuthi, dari Andurrahman bin Ali bin Umar Ibnul Mulaqqin, dari kakeknya Umar bin Ali Ibnul Mulaqqin, dari Muhammad bin Muhammad Al-Maidaumi, dari Abdul Lathif bin Abdul Mun’im Al-Harrani, dari Abdurrahman bin Ali Ibnul Jauzi, dari Isma’il bin Abu Shalih An-Naisaburi, dari Abu Ahmad bin Abdul Malik An-Naisaburi, dari Muhammad bin Muhammad Az-Ziyadi, dari Ahmad bin Muhammad Al-Bazzar, dari Abdurrahman bin Bisyr bin Al-Hakam, dari Sufyan bin Uyainah, dari Amr bin Dinar, dari Abu Qabus maula Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seluruh perawinya meriwayatkan secara musalsal [وهو أول حديث سمعته منه]

2. Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata padaku:

إني أحبك , فقل اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

 “Aku mencintaimu, maka ucapkanlah doa Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wasyukrika wahusni ‘ibadatika”[HR. Abu Daud no. 1522 dan An-Nasa’i no.1303]

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Abu Daud, 4/22.
Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendengar hadits ini dari Abdullah bin Abdul Aziz bin Aqil dan Abdurrahman bin Abu Bakar Al-Mulla

Abdullah Al-Aqil meriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awi, dari Umar bin Hamdan Al-Mahrasi.

Sedangkan Abdurrahman Al-Mulla meriwayatkan dari Abdul Qadir bin Karamatullah Al-Bukhari, dari Umar bin Hamdan Al-Mahrasi

Umar bin Hamdan Al-Mahrasi meriwayatkan dari Falih bin Muhammad Adz-Dzahiri, dari Muhammad bin Ali As-Sanusi, dari Abdul Hafidz bin Darwisy Al-Ujaimi, dari Muhammad bin Abdul Ghafur As-Sindi, dari Ied bin Ali An-Numrusi, dari Muhammad bin Ahmad Al-Buhuti, dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi dari Ahmad bin Muhammad Al-Hijazi, dari Isma’il bin Ibrahim Al-Hanafi, dari Khalil bin Kaikaldi Al-‘Alaiy, dari Ahmad bin Muhammad Al-Armawi, dari Abdurrahman bin Makki Al-Iskandari, dari Ahmad bin Muhammad As-Sulafi, dari Muhammad bin Abdissalam Al-Anshari, dari Abdurrahman bin Ubaidillah Al-Hurfi, dari Ahmad bin Sulaiman An-Najjad, dari Abu Bakar bin Abi Dunya, dari Al-Hasan bin Abdul Aziz Al-Jarawi, dari Amr bin Abi Salamah At-Tinnisi, dari Abu Abdah Al-Hakam bin Abdah, dari Haiwah bin Syuraih, dari Uqbah bin Muslim, dari Abu Abdirrahman Al-Hubuli, dari Ash-Shunabihi, dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seluruhnya para perawinya meriwayatkan secara musalsal [إني أحبك]

* Selain memiliki sanad hadits, Syaikh Shalih Al-Ushaimi juga memiliki banyak sanad kitab-kitab ulama terkenal yang bersambung hingga penulisnya. Diantara kitab-kitab tersebut adalah:

1. Al-Waraqat karya Imam Al-Haramain Abul Ma’ali Al-Juwaini (478 H) rahimahullah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Al-Husain bin Ali Al-Hasani, dari Ahmad bin Abdurrahman Al-Muqri’, dari Dawud bin Abbas As-Salimi, dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Hasan bin Ali Al-Ujaimi, dari Muhammad bin ‘Alauddin Al-Babili, dari Salim bin Muhammad As-Sanhuri, dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Ahmad bin Ali Al-Asqalani, dari Abdurrahman bin Ahmad Al-Ghazi, dari Muhammad bin Ali bin Abdullah Al-Anshari As-Sukkari, dari kakeknya, dari Arib Syah bin Ahmad Al-Alawi, dari Abdul Jabbar bin Muhammad Al-Baihaqi, dari Abdul Malik bin Abdillah Al-Juwaini rahimahumullah

2. Al-Arba’in fi Mabanil Islam wa Qawa’idil Ahkam atau yang lebih dikenal dengan kitab hadits Al-Arba’in An-Nawawi karya Imam An-Nawawi (676 H)

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Ubaidillah bin Abdurrahman bin Muhammad Ya’qub As-Salafi atau yang ma’ruf dengan nama Abul-Hasan Al-Kasymiri, dari ayahnya, dari Nadzir Husain bin Jawad Ali Ad-Dahlawi, dari Muhammad bin Ishaq bin Muhammad Ad-Dahlawi, dari Abdul Aziz bin Ahmad bin Abdurrahim Ad-Dahlawi, dari ayahnya, dari Abu Thahir bin Ibrahim Al-Kurani, dari Ahmad bin Muhammad An-Nakhli, dari Manshur bin Abdurrazaq Ath-Thukhi dan Muhammad bin Al-Alla’ Al-Babili.

Manshur Ath-Thukhi meriwayatkan dari Sulthan bin Ahmad Al-Mazzahi, dari Salim bin Muhammad As-Sanhuri,

Sedangkan Muhammad Al-Babili langsung meriwayatkan dari Salim bin As-Sanhuri

Salim bin As-Sanhuri meriwayatkan dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaiti, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Ibrahim bin Shadaqah Ash-Shalihi, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Raffa’, dari Sulaiman bin Salim Al-Ghazzi, dari Ali bin Ibrahim Al-Aththar, dari Yahya bin Syaraf An-Nawawi rahimahumullah

Muhammad Ar-Raffa’ juga meriwayatakan dari Al-Husain bin Abdul Aziz Al-Lakhmi, dari Sulaiman bin Umar Az-Zura’i, dari Yahya bin Syaraf An-Nawawi rahimahumullah

Muhammad Ar-Raffa’ juga meriwayatkan dari Ibrahim bin Shadaqah, dari Abu Ishaq Ibrahim At-Tanukhi, dari Ali bin Ibrahim Al-Aththar, dari Yahya bin Syaraf An-Nawawi rahimahumullah

3. Az-Ziyadah Ar-Rajabiyyah ‘alal Arba’in An-Nawawiyyah karya Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali (795 H) rahimahullah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Syariful Islam bin Sayyid Ali As-Salafi, dari Abdus Sattar bin Abdul Wahhab Ad-Dahlawi, dari Manshurirrahman Al-Banghali Ad-Dahlawi, dari Muhammad bin Ali Asy-Syaukani, dari Abdul Qadir bin Ahmad Al-Kaukabani, dari Muhammad bin Hayat bin Ibrahim As-Sindi, dari Hasan bin Ali Al-Ujaimi, dari Ibrahim bin Muhammad Al-Ma’muni, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Umar bin Muhammad bin Fahd, dari Sulaiman bin Dawud Al-Mushili, dari Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab Ad-Dimasyqi Al-Hanbali rahimahumullah

4. Muqaddimah Al-Ajurramiyyah karya Imam Ash-Shinhaji (723 H) rahimahullah dengan huruf shad yang dikasrah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Qadir bin Karamatullah Al-Bukhari, dari Mukhtar bin Utsman Al-Bukhari, dari Abdul Qadir bin Taufiq Asy-Syalabi,

Abdul Qadir Al-Bukhari juga meriwayatkan langsung dari Abdul Qadir bin Taufiq Asy-Syalabi.

Abdul Qadir bin Taufiq Asy-Syalabi meriwayatkan dari Abdullah bin Darwisy As-Sukkari, dari Abdurrahman bin Muhammad Al-Kuzbari, dari Muhammad bin Muhammad Az-Zabidi, dari Hasan bin Sa’id Al-Kurani, Ibrahim bin Hasan Al-Kurani, dari Abdul Baqi bin Abdul Baqi Al-Ba’li, dari Abdurrahman bin Yusuf Al-Buhuti, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Muhammad bin Muhammad Al-Andalusi, dari Muhammad bin Abdul Malik Al-Ghurnathi, dari Ahmad bin Muhammad Al-Khatib, dari Muhammad bin Ibrahim Al-Haddrami, dari Muhammad bin Muhammad bin Ajurram Ash-Shinhaji rahimahumullah

5. I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah atau yang lebih dikenal dengan Al-Aqidah Al-Washithiyyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (728 H) rahimahullah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Muhammad bin Abdurrahman Alus-Syaikh, dari Hamd bin Faris Ibnu Rumaih, dari Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, dari kakeknya, dari Abdullah bin Ibrahim bin Saif, dari Abul-Mawahib Muhammad bin Abdul Baqi Al-Ba’li, dari ayahnya, dari Abdurrahman bin Yusuf Al-Buhuti, dari Yusuf bin Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari ayahnya, dari Muhammad bin Muqbil Al-Halabi, dari Muhammad bin Abdullah Al-Maqdisi dari Ahmad bin Abdil Halim bin Taimiyyah rahimahumullah

6. Muqaddamah fi Ushulit Tafsir karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Aziz bin Fath Muhammad Al-Lahuri yang ma’ruf dengan nama Aziz Zubaidi, dari Raghib bin Mahmud Ath-Thabbakh, dari Abu Bakar bin Muhammad Arif Al-Makki, dari Ahmad bin Ibrahim bin Isa Al-Qudha’i, dari Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, dari kakeknya, dari Abdullah bin Ibrahim bin Saif, dari Abul-Mawahib Muhammad bin Abdul Baqi Al-Ba’li, dari ayahnya, dari Abdurrahman bin Yusuf Al-Buhuti, dari Yusuf bin Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari ayahnya, dari Muhammad bin Muqbil Al-Halabi, dari Muhammad bin Abdullah Al-Maqdisi dari Ahmad bin Abdil Halim bin Taimiyyah rahimahumullah

7. Nukhbatul Fikar fi Musthalahi Ahlil Atsar karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani (752 H) rahimahullah

Syaikh Shalih Al-Ushaimi mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Ghaffar bin Hasan bin Abdus Sattar Hasan Al-Umarfuri, dari Ahmadullah bin Amirullah Ad-Dahlawi, dari Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Al-Hasan bin Abdul Bari Al-Ahdal, dari Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal, dari Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari Ahmad bin Muhammad Al-Ahdal, dari Yahya bin Umar Al-Ahdal, dari Abu Bakar bin Ali Al-Ahdal, dari Yusuf bin Muhammad Al-Ahdal, dari Ath-Thahir bin Husain Al-Ahdal, dari Abdurrahman bin Ali Asy-Syaibani, dari Muhammad bin Abdurrahman As-Sakhawi, dari Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani rahimahumullah

Sebenarnya masih banyak sanad beliau yang lain, namun saya berharap apa yang disebutkan di atas telah mencukupi.

Sanad Syaikh Rabi’ bin Hadi Umair Al-Madkhali Al-Makki hafidzahullah

* Beliau memiliki sanad qira’ah Al-Qur’an melalui jalur Hafsh dari Syaikh Muhammad Abdullah Ash-Shumali Al-Makki, dari Abdul Haqq Al-Hasyimi, dari Abu Sa’id Husain bin Abdurrahim, dari Nadzir Husain bin Jawad Ali Ad-Dahlawi, dari Muhammad Ishaq Ad-Dahlawi, dari Abdul Aziz Ad-Dahlawi, dari ayahnya Ahmad Waliyullah Ad-Dahlawi, dari Muhammad Fadhil As-Sindi, dari Abdul Khaliq Al-Manufi, dari Muhammad bin Qashim Al-Baqri Al-Kabir, dari Abdurrahman Al-Yamani, dari ayahnya Syuhadzah Al-Yamani, dari Ahmad Ath-Thiblawi, dari Al-Qadhi Zakariyya Al-Anshari, dari Abul-Abbas Ahmad An-Nuwairi, dari Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al-Jazari, dari Muhammad bin Muhammad bin Al-Labban, dari Abul-Hasan Ali bin Syuja’ Al-Abbasi, dari Abu Muhammad Al-Qashim bin Fairah Asy-Syatibi, dari Abul-Hasan Ali bin Hudzail, dari Abu Daud Sulaiman bin Najah Al-Qurthubi, dari Abu Amr Utsman bin Sa’id Ad-Dani, dari Abul-Hasan bin Thahir Al-Muqri, dari Abul-Hasan Ali bin Shalih Al-Hasyimi, dari Abul-Abbas Ahmad bin Sahl Al-Asynani, dari Ubaid bin Ash-Shabbah, dari Hafsh bin Sulaiman, dari Ashim bin Abi Al-Junud, dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Hubaib As-Sulami, dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhum. Kelima sahabat tersebut meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Rabbul ‘Alamin ‘azza wajalla.

* Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah juga memiliki beberapa sanad hadits. Diantaranya adalah:

1. Hadits Abdillah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الراحمون يرحمهم الرحمن , ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

“Orang-orang yang memiliki kasih sayang, Allah akan mengasihi mereka. Kasihilah makhluk yang ada di bumi, niscaya zat yang di langit akan merahmati kalian”[HR. Abu Daud no. 4941 dan At-Tirmidzi no. 1924.]

Syaikh Rabi’ Al-Madkhali hafidzahullah meriwayatkan hadits ini dari Syaikh Hammud bin Abdillah bin Hammud At-Tuwaijiri, dari Sulaiman bin Abdurrahman Al-Hamdan, dari Abdul Hayyi bin Abdul Kabir Al-Kattani dan Abdus-Sattar bin Abdul Wahhab Ad-Dahlawi.

Abdul Hayyi bin Abdul Kabir Al-Kattani meriwayatkan dari ayahnya, dari Abdul Ghani bin Abu Sa’id Ad-Dahlawi.

Abdus-Sattar Ad-Dahlawi meriwayatkan dari Ali bin Dzahir Al-Witri, dari Abdul Ghani bin Abu Sa’id Ad-Dahlawi.

Abdul Ghani bin Abu Sa’id Ad-Dahlawi meriwayatkan dari Muhammad Abid As-Sindi, dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari ayahnya, dari Abdul Khaliq bin Abu Bakar Al-Muzjaji, dari Muhammad bin Ahmad bin Sa’id yang ma’ruf dengan nama Ibnu Aqilah.

Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal juga meriwayatkan langsung dari Amrullah bin Abdul Khaliq Al-Muzjaji, dari Ibnu Aqilah

Ibnu Aqilah meriwayatkan dari Ahmad bin Muhammad Al-Banna Ad-Dimyathi, dari Muhammad bin Abdul Aziz Al-Manufi, dari Abul-Khair bin Amus Ar-Rasyidi, dari Zakariyya bin Muhammad Al-Anshari, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar, Abu Nu’aim Al-Aqbi, Shalahuddin Muhammad bin Muhammad Al-Askari, dan Abul-Fath Al-Maraghi.

Keempatnya meriwayatkan dari Zainuddin bin Abdurrahim Al-Iraqi, dari Abul-Fath Muhammad Al-Maidumi, dari Abdul Lathif bin Abdul Mun’im Al-Harrani, dari Abul-Faraj Abdurrahman bin Ali Ibnul Jauzi, dari Isma’il bin Abu Shalih Ahmad An-Naisaburi, dari ayahnya Abu Shalih Al-Muadzin, dari Muhammad bin Muhammad bin Mahmisy, dari Abu Hamid bin Muhammad Al-Bazzar, dari Abdurrahman bin Bisyr bin Al-Hakam Al-Abdi, dari Sufyan bin Uyainah, dari Amr bin Dinar, dari Abu Qabus maula Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seluruh perawinya meriwayatkan secara musalsal [وهو أول حديث سمعته منه]

2. Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata padaku:

يا معاذ ! إني أحبك , فقل اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

“Aku mencintaimu, maka ucapkanlah doa Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wasyukrika wahusni ‘ibadatika”[HR. Abu Daud no. 1522 dan An-Nasa’i no.1303]

Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidzahullah meriwayatkan hadits ini dari Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, dari Syaikh Abdullah bin Muhammad Al-Qar’awi, dari Umar Hamdan Al-Mahrasi, dari Falih Adz-Dzahiri, dari Muhammad Ali As-Sanusi, dari Abdul Hafidz Al-Ujaimi, dari Muhammad Hasyim bin Abdul Ghafur As-Sindi, dari Ied bin Ali An-Numrusi, dari Muhammad Al-Buhuti Al-Hanbali, dari Abdurrahman Al-Buhuti Al-Hanbali, dari Najmuddin Al-Ghaithi, dari Jalaluddin As-Suyuthi, dari Abu Ath-Thayyib Ahmad bin Muhammad Al-Hijazi, dari Majduddin Isma’il bin Ibrahim Al-Hanafi, dari Al-Hafidz Abu Sa’id Al-‘Allai, dari Ahmad bin Muhammad Al-Armawi, dari Abdurrahman bin Makki, dari Abu Thahir As-Sulafi, dari Muhammad bin Abdul Karim, dari Abu Ali Isya bin Syadzan Al-Bashri, dari Ahmad bin Salman An-Najjad, dari Abu Bakar Abdillah bin Muhammad bin Abi Dunya, dari Al-Hasan bin Abdul Aziz Al-Jarwi, dari Amr bin Abi Salamah At-Tinnisi, dari Al-Hakam bin Abdah, dari Haiwah bin Syuraih, dari Uqbah bin Muslim, dari Abu Abdirrahman Al-Hubuli, dari Ash-Shunabihi, dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seluruhnya perawinya meriwayatkan secara musalsal [إني أحبك]

Beliau juga memiliki hadits Musalsal bil Huffadz, Musalsal bil Akhiriyyah, Musalsal bil Makkiyyin dan Musalsal bil Madaniyyin. Namun sanad kedua hadits di atas sudah mencukupi insya Allah.

Sanad Kitab Aqidah

1. Kitab “Al-Uluw Lil ‘Aliyyil Adzim wa Idhahu Shahihil Akhbar min Saqimiha” karya Al-Hafidz Adz-Dzahabi (748 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Alimuddin bin Musa Al-Banqali, dari Muhammad Abdul Jalil As-Samarudi, dari Muhammad Badruddin Al-Hasani, dari Abdul Qadir Al-Khatib, dari Abdurrahman bin Muhammad Al-Kazbari, dari Mushthafa Ar-Rahamati, dari Shalih bin Ibrahim, dari Muhammad bin Sulaiman Ar-Rudani, dari Muhammad bin Ahmad bin Ghazi, dari Sa’id bin Ibrahim Al-Jaza’iri, dari Sa’id bin Ahmad Al-Maqqari, dari Ali bin Harun Al-Mathghari, dari Abdurrahman bin Ali Al-Ashimi, dari Ibnu Ghazi Al-Maknasi.

Abdurrahman bin Ali Al-Ashimi juga meriwayatkan dari Zakariyya Al-Anshari dan Burhanuddin Al-Qalqasynadi, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Muhammad bin Sulaiman Ar-Rudani juga meriwayatkan dari Muhammad bin Umar Al-Aufi, dari Nuruddin Abul-Hasan Az-Ziyadi dan Syihabuddin Ar-Ramli, dari Zakariyya Al-Anshari, Burhanuddin Ibrahim bin Nashir Al-Maqdisi, Utsman bin Muhammad Ad-Daimi dan Muhammad bin Abdurrahman As-Sakhawi, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Abu Hurairah bin Muhammad bin Utsman Adz-Dzahabi, dari ayahnya Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi rahimahumullah.

2. Kitab “Syarhus Sunnah” karya Imam Al-Baghawi (516 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Alimuddin bin Musa Al-Atsari, dari Muhammad Abdul Jalil As-Samarwadi, dari Abdul Wahhab Al-Malitani, dari Ali Ahmad As-Sarhandi, dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi

Syaikh Rabi’ juga meriwayatkan dari Abdul Ghaffar Hasan Ar-Rahmani dan Ubaidillah Al-Mubarakfuri, dari Ahmadullah Al-Qurasyi, dari Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi, Ahmad bin Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan Hasan Abdul Bari Al-Ahdal,

Ketiganya meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari Sulaiman Al-Ahdal, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri, dari Muhammad Al-Babili, dari Ali Az-Ziyadi, dari As-Sakhawi, dari Ibnul Farrat, dari Shalahuddin Abu Umar, dari Fakhruddin bin Al-Bukhari, dari Fadhlullah bin Abu Sa’ad An-Nuqani, dari Al-Imam Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi rahimahumullah.

3. Kitab “Al-Asma’ was Shifat” karya Imam Al-Baihaqi (458 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Alimuddin bin Musa Al-Atsari, dari Muhammad Abdul Jalil As-Samarwadi, dari Abdul Wahhab Al-Malitani, dari Manshururrahman Al-Banqali, dari Muhammad Ishaq Ad-Dahlawi, dari Abdul Aziz Ad-Dahlawi, dari Abu Thahir bin Ibrahim Al-Kurdi, dari Ibrahim bin Hasan Al-Kurdi, Hasan bin Ali Al-Ujaimi dan Muhammad bin Sulaiman Ar-Rudani, ketiganya meriwayatkan dari Ahmad bin Muhammad Al-Qasysyasy, dari Ahmad bin Ali Asy-Syanawi, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Ibrahim bin Ahmad At-Tanukhi, dari Muhammad bin Muhammad bin Abu Nashr Al-Mizzi Ad-Dimasyqi, dari kakeknya Abu Nashr Muhammad bin Hibatullah Asy-Syirazi, dari Ali bin Hasan bin Hibatullah bin Asakir, dari Ubaidillah bin Muhammad bin Abu Bakar Ahmad bin Al-Husain bin Ali Al-Baihaqi, dari kakeknya Abu Bakar Ahmad bin Husain Al-Baihaqi rahimahumullah.

4. Kitab “Aqidatus Salaf wa Ashhabul Hadits” karya Imam Abu Utsman Ash-Shabuni (449 H) rahimahullah
Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Ubaidullah bin Abdussalam Al-Mubarakfuri, dari Ahmadullah Al-Qurasyi, dari Nadzir Hasan bin Jawad Ad-Dahlawi, dari Muhammad Ishaq Ad-Dahlawi, dari Abdul Aziz bin Ahmad Waliyyullah Ad-Dahlawi, dari ayahnya, dari Abu Thahir bin Ibrahim Al-Kurdi, dari Ibrahim bin Hasan Al-Kurdi, Hasan bin Ali Al-Ujaimi dan Muhammad bin Sulaiman Ar-Radani, dari Ahmad bin Muhammad Al-Qasysyasyi, dari Ahmad bin Ali Asy-Syanawi, dari Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Ibrahim bin Ahmad At-Tanukhi, dari Abdurrahman bin Ahmad bin Umar Al-Maqdisi, dari Ahmad bin Abduddayim, dari Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisi, dari Abul Fath Abdullah bin Ahmad Al-Kharaqi, dari Abu Utsman Isma’il bin Abdurrahman Ash-Shabuni rahimahumullah.

5. Kitab “Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah minal Kitab was Sunnah wa Ijma’is Shahabah wat Tabi’in min Ba’dihim” karya Imam Al-Lalika’i (418 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Isma’il Al-Anshari, dari Abdul Qadir Karamatullah Al-Bukhari, dari Umar Hamdan, dari Falih Adz-Dzahiri, dari Muhammad bin Ali As-Sanusi, dari Abul-Mawahib Muhammad bin Syarif Al-Mazuni, dari Hasan Al-Ujaimi dan Ibrahim Al-Kurani, dari Abu As-Su’ud Al-Fasi, dari Abul-Qasim Al-Ghassani, dari Ahmad bin Baba At-Tanbakuti, dari ayahnya Ahmad bin Abdul Aziz Al-Lamthi, dari pamannya Utsman bin Abdul Wahid, dari Muhammad bin Ghazi, dari Abul-Hasan Ali Al-Maknasi, dari Abdurrahman Al-Jabiri, dari Isma’il bin Al-Ahmar, dari Abu Zakariyya As-Siraj, dari Muhammad Hayati Al-Ghafiqi, dari Muhammad Ali Al-Abdali, dari Al-Hafidz Syarafuddin Ad-Dimyathi, Manshur Al-Hamadani, dari Muhammad bin An-Najar Al-Baghdadi, dari Abdul Wahhab bin Sakinah Al-Baghdadi, dari Muhammad bin Al-Buthi, dari Abu Bakar Ahmad bin Ath-Tharitsitsi, dari Al-Imam Al-Hafidz Abul-Qasim Hibatullah Ath-Thabari Al-Lalika’i rahimahumullah.

6. Kitab “Al-Iman “ karya Al-Hafidz Ibnu Mandah (395 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Ghaffar Hasan Ar-Rahmani dan Ubaidillah Al-Mubarakfuri, keduanya meriwayatkan dari Ahamdullah Al-Qurasyi, dari Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi, Ahmad bin Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan Hasan Abdul Bari Al-Ahdal, ketiganya meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari ayahnya Sulaiman Al-Ahdal, dari Ahmad bin Muhammad Syarif Al-Ahdal, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri, dari Muhammad Al-Babili, dari Ali Az-Ziyadi, dari As-Sakhawi, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Fatimah binti Muhammad bin Abdul Hadi Al-Maqdisiyyah, dari Abu Muhammad Al-Qasim bin Asakir, dari Abu Nashr bin Asy-Syirazi, dari Abul-Wafa’ Mahmud bin Ibrahim bin Mandah, dari Al-Hasan bin Al-Abbas Ar-Rustumi, dari Abu Amr Abdul Wahhab bin Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq bin Mandah, dari ayahnya Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq bin Manda rahimahumullah.

7. Kitab “Al-Ibanah ‘an Syari’ati Al-Firqatin Najiyah wa Mujanabatil Firaq Al-Madzmumah” atau yang lebih dikenal dengan “Al-Ibanah Al-Kubra” karya Imam Ibnu Bathah (387 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Abdul Ghaffar Hasan Ar-Rahmani dan Ubaidillah Al-Mubarakfuri, dari Ahmadullah Al-Qurasyi, dari Husain bin Muhsin Al-Anshari, dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi, Ahmad bin Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan Hasan Abdul Bari Al-Ahdal, ketiganya meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya Al-Ahdal, dari Sulaiman Al-Ahdal, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri dan Ahmad An-Nakhli, keduanya meriwayatkan dari Muhammad bin Allauddin Al-Babili, dari Salim bin Muhammad As-Sanhuri, dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, dari Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad At-Tanukhi, dari Ahmad bin Thalib Al-Hajjar, dari Ahmad bin Ya’qub Al-Maristani, dari Muhammad bin Muhammad Al-Aththar, dari Ali bin Ahmad Al-Busri, dari Al-Imam Abu Abdillah Ubaidillah bin Muhammad Al-Ukbari Ibnu Baththah rahimahumullah.

8. Kitab “Ar-Ru’yah” karya Imam Ad-Daraquthni (385 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari Badi’uddin Ar-Rasyidi As-Sindi, dari Abdullah Ar-Rubari, dari Abdul Mannan Al-Wazir Abadi, dari Abdul Haqq Al-Banarasi, dari Abdullah bin Muhammad bin Isma’il Al-Amir, dari ayahnya Muhammad bin Ismai’il Al-Amir Ash-Shan’ani, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri, dari Muhammad bin Alauddin Al-Babili, dari Salim bin Muhammad As-Sanhuri, dari Muhammad bin Ahmad Al-Ghaithi, dari Zakariyya Al-Anshari, dari Ibnu Hajar, dari Abu Hurairah bin Adz-Dzahabi, dari ayahnya Al-Imam Adz-Dzahabi, dari Ibnu Ulwan dan Tajuddin Abdul Khaliq, dari Bahauddin Abdurrahman bin Ibrahim, dari Abdul Mughits bin Zuhair, dari Abul-Izz Ahmad Ubaidillah bin Kadisy As-Sulami Al-Ukbari, dari Abu Thalib Muhammad bin Ali Al-Usyari, dari Al-Imam Ali bin Umar Ad-Daraquthni rahimahumullah.

9. Kitab “Asy-Syari’ah” karya Imam Al-Ajurri (360 H) rahimahullah

Syaikh Rabi’ Al-Madkhali mendapatkan ijazah qira’ah kitab ini dari dari Syaikh Hammud bin Abdillah bin Hammud At-Tuwaijiri, dari Sulaiman bin Abdurrahman Al-Hamdan, dari Abdul Hayyi bin Abdul Kabir Al-Kattani, dari Muhammad bin Ibrahim As-Siba’i, dari Muhammad bin Hamadi Al-Hamadi, dari Muhammad At-Tuhami, dari Abul-‘Alla’ Idris bin Ziyad Al-Iraqi, dari Abu Hamid Al-Mu’thi, dari Muhammad Ash-Shadiq bin Ahmad Al-Alawi, dari Muhammad Al-Hasyimi, dari Abu Adz-Dzakha’ir Al-Qashar, dari Muhammad Al-Yastitani, dari Muhammad bin Ghazi, dari Muhammad bin Abul-Qashim As-Siraj, Abul-Qashim, dari ayahnya Abu Zakariyya, dari Abu Abdillah Muhammad bin Sa’id Ar-Ra’ini dan Abul-Qashim Ridhwan


Abu Abdillah Ar-Ra’ini meriwayatkan dari Abul-Abbas Albanna Al-Marakisyi, sedangkan Abul-Qashim meriwayatkan dari Abu Ja’far bin Shafwan

Keduanya meriwayatkan dari Muhammad bin Abdul Malik Al-Ausi, dari Abul-Hasan Ar-Ra’ini, Shalih bin Syarif dan Abul-Hajjaj bin Hakam, ketiganya meriwayatkan dari Abul-Hasan bin Qathran Al-Qurthubi, dari Muhammad bin Ibrahim Al-Fakhar, dari Abu Fadhl Iyadh, dari Abu Thahir Al-Ashbahani, dari Abul-Qashim Zaid bin Abdillah, dari Abu Bakar Muhammad bin Al-Husain Al-Ajurri rahimahumullah.

Selain dari apa yang telah disebutkan, Syaikh Rabi’ juga memiliki sanad kitab “Khalqu Af’alil Ibad” karya Imam Al-Bukhari (256 H), Kitab “An-Naqdh ‘ala Bisyr Al-Marisi” karya Imam Abu Sa’id Utsman bin Sa’id Ad-Darimi (280 H), Kitab “As-Sunnah” karya Imam Abu Bakar Ahmad bin Amr bin Abi Ashim (287 H), Kitab “As-Sunnah” karya Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (241 H), “Kitabul ‘Arsy” karya Muhammad bin Utsman bin Syaibah (293 H), Kitab “An-Nu’ut wal Asma’ was Shifat” karya Imam Ahmad bin Syu’aib An-Nasa’i (303 H), Kitab “As-Sunnah” karya Imam Ahmad bin Muhammad bin Harun Al-Khallal (311 H), dan lainnya..

Beliau juga memiliki periwayatan sanad kitab-kitab hadits semisal Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Shahih Ibnu Khuzaimah, Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, As-Sunan Al-Kubra, As-Sunan As-Sughra, Al-Muwatha’, kitab-kitab Musnad, Mushannaf, Mustadrak, Mustakhraj, kitab-kitab Tafsir, Syuruhat Kutubut Sittah dan Al-Muwatha’, kitab-kitab Musthalah Al-Hadits, Lughah, Ma’ajim, Tarikh, dll.

Penulis dapat menyebutkan secara lengkap seluruh sanad yang telah disinggung dalam artikel ini insya Allah. Namun karena keterbatasan waktu dan tenaga, mungkin ini saja yang dapat dituliskan. Mudah-mudahan bermanfaat..

Dikutip oleh Abul-Harits dari “An-Nahjul Badi’ dan Manhul Makrumat” di Madinah, 14 Rab’iuts Tsani 1434 H.

15 comments:

AnonymousApr 29, 2013, 12:32:00 AM
Jazzakallaahu khaeer Ya Ustadz, mudah-mudahan Allah Ta'ala membalas usahamu dengan pahala yang melimpah. Orang-orang jahil dari pengikut para habib yang berakidah asy'ari, jahmy dll selalu menjadikan "sanad keguruan" sebagai senjata pamungkas dalam menolak al-haq, seolah-olah orang yang bersanad hanya guru mereka saja, dan selainnya tidak,..

Baarakallaahu feek.

AnonymousFeb 5, 2015, 9:48:00 PM
Assalamualaikum ustaz, boleh diberikan sumber rujukannya ustaz, sudah dicari buku An-Nahjul Badi’ dan Manhul Makrumat namun tidak diketemukan

Abul-HaritsFeb 7, 2015, 11:24:00 AM
Wa'alaikumussalam warahmatullah, buku An-Nahjul Badi dijual di Toko Kitab Darun Nashihah, komplek Universitas Islam Madinah, di Indo mungkin belum ada. Kemudian kitab Manhul Makrumat bi Ijazati Thullab Al-Muhimmat, ini hanya dibagikan untuk para peserta daurah Asy-Syaikh Shalih Al-Ushaimi di Masjid Nabawi. Setahu saya, kitab pdf nya belum ada akhi...

AnonymousFeb 9, 2015, 9:18:00 PM
jazakallahu Khair atas infonya ustaz, posting ini sangat bermanfaat bagi yang menclaim ulama salafy tiada sanad..masih menunggu pdf nya buku tersebut, jazakaalahu khair sekali lagi ustaz

Muhammad Amri Azhamat KhanApr 10, 2016, 8:14:00 PM
Masya Allah... ahsantum ustaz.. alhamdulillah menerangkan bahwa guru2 beliau juga belajar dari Asy'ariyyin dan Sufiyyah.. maka jngan pernah kita durhaka lupa pada jasa para Ulama.. apalagi menyalahkan..

Muhammad Amri Azhamat KhanApr 10, 2016, 8:16:00 PM
Juga ditambah mereka ternyata belajar dari HABAIB.. alhamdulillah maka juga harus hormat pada habaib.. keturunan Rosulullah saw..

Abul-HaritsApr 11, 2016, 9:09:00 PM
Justru yang perlu dicamkan dari artikel di atas, ternyata para ulama salafy memiliki sanad keguruan bersambung hingga An Nawawi dan Ibnu Hajar Al Asqalani. Berbeda dengan yang sering dituduhkan oleh sebagian rekan-rekan antum kepada kami. Juga yang mungkin sering salah kaprah, tidak semua habib itu beraqidah asy'ari atau sufi, habib-habib salafy banyak juga lho..

Kami mencintai seluruh keturunan Rasulullah yang muslim dan shalih, baik dia mengaku sebagai habib atau tidak Karena mereka memiliki dua hak yang wajib kita tunaikan, yaitu hak sebagai seorang muslim dan hak dicintai berkat kekerabatannya kepada Rasul.

Muhammad Abdul RifaiJun 20, 2016, 5:22:00 AM
Sebutkan habib2 salafy yang anda maksud? Kalo cuman 1 atw 2 jangan bilang banyak, dimana mana habib atw turunan rasulullah itu bermadzhab, akidahnya asy'ari atw maturidiyah, bertasawuf jg krn ilmu akhlak ada d situ...

Ikutilah ahlusunnah wal jamaah mayoritasnya umat islam d dunia, jgn ikuti golongan salafi tp wahabi yg tanpa madzhab dan akidahnya base on ibnu taimiyah sebelum taubat.

Mw itu wahabi, syiah, khawarij, aswaja, Semoga kita dikaruniai pemikiran yang moderat (tidak ghulat) dan hidayah bersama kita semua, amin ya Allah

Abul-HaritsJun 20, 2016, 4:20:00 PM
Okelah, karena Anda meminta, saya akan sebutkan beberapa masyayikh salafiyyin yang merupakan keturunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam (ahlul bait), meskipun mereka tidak menamakan dirinya habib. Jadi insya Allah ini tidak termasuk larangan berbangga-bangga terhadap nasab. Berikut beberapa nama diantaranya:

1. Asy-Syaikh Al-Allamah Abu Syakib Muhammad Taqiyuddin Al-Hilali As-Salafy. Beliau adalah seorang muhaddits dari negeri Al-Maghrib (Maroko).

2. Asy-Syaikh Al-Allamah Ahmad Syakir rahimahullah. Beliau adalah seorang muhaddits dari Mesir. Semasa hidupnya, beliau juga menjabat sebagai qadhi di Mesir.

3. Asy-Syaikh Mahmud Syakir

4. Asy-Syaikh Abul Hasan An-Nadawi

5. Asy-Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi

6. Asy-Syaikh Abu Khubzah Al-Maghribi Al-Hasani Al-Hasyimi. Beliau adalah murid Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah. Ini ceritanya ada habib berguru kepada Wahabi

7. Asy-Syaikh Sayyid bin Husain Al-Affani

8. Asy-Syaikh Muhammad Rasyid Ridha

9. Asy-Syaikh Muhammad bin Syakir Asy-Syarif Al-Hasani

10. Asy-Syaikh Hatim Al-Auni

11. Asy-Syaikh Alawi Abdul Qadir As-Saqqaf

12. Asy-Syaikh Mushthafa Al-Idrisi Al-Hasani Al-Maghribi

13. Asy-Syaikh Ruzaiq Al-Qurasyi, dan lainnya masih banyak. Semoga Allah merahmati mereka yang telah wafat dan menjaga mereka yang masih hidup.

Mungkin perlu saya tuliskan salah satu rantai nasab dari salah seorang masyayikh salafy di atas untuk dapat meyakinkan Anda.

Saya akan sebutkan rantai nasab dari Asy-Syaikh Al-Muhadits Abu Syakib Taqiyuddin Al-Hilali rahimahullah sebagai contoh. Nama beliau adalah Muhammad bin Abdul Qadir bin Ath-Thayyib bin Ahmad bin Abdul Qadir bin Muhammad bin Abdun Nur bin Abdul Qadir bin Hilal bin Muhammad bin Hilal bin Idris bin Ghalib bin Muhammad Al-Makki bin Isma'il bin Ahmad bin Muhammad bin Abul Qasim bin Ali bin Abdul Qawi bin Abdurrahman bin Idris bin Isma'il bin Isma'il bin Sulaiman bin Musa Al-Kazhim bin Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali dan Fatimah binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah-Nya pada kita, innahu waliyyu dzalika wal qadiru 'alaih.

Washallallahu 'ala nabiyyina Muhammad waalihi washahbihi.

AnonymousApr 21, 2016, 7:11:00 AM
Andaikata - seandainya - seumpama - misalnya, Anda memiliki "SANAD" dalam berbagai jenis kitab-kitab agama spt:

- Kitab-kitab tafsir serta turunannya

- Kitab-kitab hadits serta turunannya

- Kitab-kitab fiqih serta turunanya -

sementara meraka yang terpatri sebagai penyambung dalam rantai "SANAD" itu adalah orang-orang yang Kau anggap SALAH aqidah dan manhjanya seperti:

- Shufi (masyraban)

- Asy'ari/Maturidi (mu'taqadan) -

andaikata - seandainya - seumpama - misalnya, -

Nah, jika - apabila - kalau seperti ini kondisinya, bukankah "SANAD" kitab-kitab agama yang Kau miliki juga ikut SALAH..? Dan mungkin selamanya dirimu terjerat dalam KESALAHAN disebabkan penilaianmu sendiri yang sejak awal memang menggunakan neraca yang SALAH.

#useyourbrain!

Abul-HaritsApr 21, 2016, 10:21:00 AM
Sanad tidak mencerminkan keilmuan seseorang. Terkadang ada seorang yang memiliki sanad namun dia bodoh. Terkadang adapula seorang yang tidak memiliki sanad, namun Allah anugerahkan padanya ilmu yang luas.

Sanad hanyalah rantai periwayatan hingga penulisnya kalo berupa kitab atau rantai periwayatan hingga pengucapnya kalo berupa hadits atau atsar. Tidak ada jaminan kalo seorang memiliki sanad, pasti dia memahami apa yang dia riwayatkan. Dikatakan bahwa (رب حامل فقه اوعى من سامع) terkadang seorang faqih tapi tidak memiliki riwayat lebih memahami dari orang yang mendengar hadits atau memiliki sanad riwayat.

Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya satu hadits dari seorang dai Khawarij bernama Imran bin Hathan. Imam Muslim dalam Shahih-nya juga meriwayatkan satu hadits dari seorang dai Syiah bernama Adi bin Tsabit. Namun kedua hadits tersebut dikeluarkan dalam kitab Ash Shahihain tanpa ada yang meragukan keshahihannya.

Meskipun para perawi hadits tersebut adalah mubtadi', hal itu tidak mencacati keshahihan haditsnya. Demikian pula, meskipun para perawi sanad kitab-kitab ulama itu beraqidah menyimpang dari ahlus sunnah, hal itu tidak mencacati kitab-kitab tersebut.

#Iusemybrain!
Muhammad Abdul RifaiJun 20, 2016, 6:13:00 AM
Ngambil riwayat hadist dr syiah / wahabi / khawarij, bukan brarti sang periwayat hrs mengikuti golongan periwayat sebelumnya karena itu HADIST / ucapan rasulullah sehingga ahli ilmu hny perlu meneliti kejujuran / sifat periwayat, tingkah laku d masyarakat, opini org yg mengetahui sang periwayat, sanad sebelumnya dr sapa, totally tujuannya untuk membuktikan apakah hadist itu benar dr rasulullah atw tidak.

Nah itu hadist, masuk bab akidah dan fikih, bila kitab kuningnya / kitab klasiknya dari ahli ilmu bernama fulan golongan ahlusunnah wal jamaah, muridnya berhasil memahami kitab tersebut dan mencontoh / menduplikasi sang ahli ilmu jg (sm2 golongan ahlusunnah wal jamaah) maka dsitu keberhasilan menurunkan sanad ilmu kitab kuning/klasik, kalo salah satunya gagal (kitabnya gagal paham atw g nyontoh tingkah ahli ilmu) ya dsitu g berhasil menyambungkan sanad ilmu k kitab tersebut.

Jadi kitab kuning / klasik dan hadist, metode sanadnya berbeda

Persempit k perbedaan golongan karena sudah enak d atas dsebutkan sanad2 kebersambungannya, tinggal deteksi nama2 ahli ilmu yg hidup d kisaran abad 18-19 masehi karena dsitu dmulai perbedaan ahlusunnah wal jamaah dan salafi.

Kitab kuningnya sama, jalur sanad beda, ketemu d jaman sekarang sama, brarti sanad beda dan para gurunya berhasil duplikasi dr induknya, nah kalo bentrok brarti salah satunya g berhasil duplikasi..

Dalam sejarah fikih pun gt, ambil contoh khilafiyah rakaat tarawih, dari jaman imam madzhab hingga utsmaniyah runtuh perbedaannya hanya 23 rakaat dan 39 rakaat, 4 madzhab hanya sekitaran situ, nah gagasan 11 rakaat pun baru muncul d abad 18-19 masehi..

edy sugatakSep 4, 2016, 11:29:00 PM
MENJADI PENGIKUT AHLUSSUNNAH WALJAMAAH SECARA TOTALITAS
(Janganlah mengatakan perkataan "di hadapan, berjumpa, bertemu, dekat, di mata, tangan" di kaitkan / dinisbatkan kepada Allah)

Di antara perbuatan syirik yang banyak dilakukan oleh seseorang adalah syirik perkataan, seperti:

1) Seseorang berkata: Allah di langit, Allah di arsy. perkataan ini adalah syirik, karena menyamakan Allah dengan manusia. Allah berfirman ليس كمثله شيء
"Allah tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya." (QS. asy-Syura: 11)

2) Seseorang berkata ketika ditimpa suatu musibah: Allah tidak adil. perkataan ini adalah syirik, karena menyamakan Allah dengan sifat sebagian manusia yang mempunyai sifat tidak adil dan hal ini juga bertentangan dengan firman Allah: وما ربك بظلام للعبيد
"Dan Tuhan-mu sama sekali tidak menzhalimi hamba-hamba (Nya)." (QS Fushshilat: 46)

Sebagai orang yang beriman secara sempurna, janganlah mempergunakan kata-kata yang tidak pantas yang ditujukan / dinisbatkan / dikaitkan kepada Allah.

Di antara contoh perkataan yang tidak pantas yang sering dipergunakan oleh orang awam adalah:

1) Mereka mengatakan: Ayo kita shalat dengan khusyu, karena kita sedang MENGHADAP Allah. kata MENGHADAP mengandung unsur tempat. Gantilah perkataan ini dengan perkataan: Ayo kita shalat dengan khusyu', karena kita sedang BERMUNAJAT/ BERDOA/ SHALAT kepada Allah.

2) Mereka mengatakan: Ayo kita beribadah sehingga kita akan masuk surga dan BERTEMU dengan Allah. kata BERTEMU mengandung unsur tempat. gantilah perkataan ini dengan perkataan : Ayo kita beribadah sehingga kita akan masuk surga dan MELIHAT Allah. Karena nikmat yang paling besar bagi penduduk surga adalah MELIHAT Allah, dan Allah TIDAK DI SURGA, ALLAH ADA TANPA TEMPAT.

3) Mereka mengatakan: Allah memberikan ujian kepadaku bertubi-tubi (banyak), padahal dosaku sedikit, maka Allah zhalim, tidak adil. Gantilah perkataan ini dengan perkataan: Allah memberikan ujian kepadaku bertubi-tubi (banyak), semoga Allah mengampuni dosaku dan mengangkat derajatku menjadi orang sabar dan ikhlas.

4) Mereka mengatakan: Janganlah merendahkan orang lain, bisa jadi orang tersebut di MATA Allah sangat mulia. Gantilah perkataan ini dengan perkataan: Janganlah merendahkan orang lain, bisa jadi orang tersebut MENURUT Allah sangat mulia.

5) Mereka mengatakan: Orang yang berbuat baik adalah orang yang sangat DEKAT dengan Allah. Gantilah perkataan ini dengan: Orang yang berbuat baik adalah orang yang MENDAPATKAN RAHMAT DAN INAYAH Allah.

6) Mereka mengatakan: Serahkanlah urusanmu pada Yang DI ATAS. Gantilah perkataan ini dengan perkataan: Serahkanlah urusanmu kepada Allah.

7) Mereka mengatakan: Takdirmu sudah di TANGAN Allah. Gantilah perkataan ini dengan perkataan: Takdirmu sudah di TENTUKAN Allah.
Karena AQIDAH ISLAM adalah meyakini ALLAH ADA, ADANYA TIDAK SAMA DENGAN MAKHLUK-NYA. ALLAH ADA TIDAK DI LANGIT, ALLAH ADA TIDAK DI ARSY, ALLAH ADA TIDAK DI BUMI, ALLAH ADA TIDAK DIMANA-MANA, ALLAH ADA TANPA TEMPAT.
Kampung Inggris Future Go-WestMay 4, 2016, 5:06:00 AM
sederhananya SANAD adalah pertanggungjawaban atas ilmu yg kita dapat.. jika sanadnya terputus, maka kepada siapakah tanggungjawab ilmu itu ? maka sanad seperti sanad hadits, ada klasifikasi shohih, hasan, dhoif, dll. karena sanad dipandang penting dalam menurunkan ilmu dari guru kepada murid, jadi sanad itu penting..
memedMay 31, 2016, 7:50:00 AM
Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda…”Barangsiapa yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Imam Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu)”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203