Friday, November 17, 2017

10 Alasan Mengapa Rezim Iran Lebih Berbahaya Dari ISIS

10 Alasan Mengapa Rezim Iran Lebih Berbahaya dari ISIS
Sebuah bangunan yang menampung reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di kota pelabuhan Bushehr, Iran. (Foto: AFP)

Oleh: Dr. Majid Rafizadeh (Arab News)

Negara-negara Barat menempatkan ISIS pada tingkat teratas dalam agenda anti-terorisme dan kebijakan luar negeri mereka, dan mengategorikan kelompok teroris tersebut sebagai ancaman keamanan nasional nomor satu. Namun sesungguhnya, rezim Iran adalah ancaman keamanan yang lebih besar bagi dunia saat ini. Berikut 10 alasan mengapa rezim Iran dianggap lebih berbahaya daripada ISIS.

Negara-negara Barat menempatkan ISIS pada tingkat teratas dalam agenda anti-terorisme dan kebijakan luar negeri mereka, dan mengategorikan kelompok teroris tersebut sebagai ancaman keamanan nasional nomor satu. Sebelum ISIS, terdapat Al-Qaeda. Strategi dan prioritas keamanan ini salah tempat. Untuk alasan-alasan berikut ini, rezim Iran menjadi ancaman keamanan yang lebih besar bagi dunia, daripada kelompok-kelompok teroris non-negara seperti ISIS.
Pertama, para pemimpin rezim Iran dan jenderal militer menikmati legitimasi dari sistem negara-bangsa yang didorong oleh PBB, walaupun rezim tersebut bukanlah negara demokrasi atau perwakilan dari bangsa Iran. Hasilnya, intervensi, aksi militer, dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Pasukan Quds, dan militan mereka menarik lebih sedikit perhatian karena mereka beroperasi di bawah “legitimasi” dari sebuah negara yang berdaulat. Para mullah (ulama Iran) dapat terbebas dari aksi brutal mereka selama hampir empat dekade, karena mereka memiliki sebuah “pemerintah”.
Kedua, sejarah telah menunjukkan bahwa kekuatan dan kemampuan para kelompok teroris seperti ISIS tentunya akan memudar. Satu contoh terkenal adalah Al-Qaeda. Namun meningkatnya dominasi dan kendali dari rezim Iran di wilayah tersebut akan terus tumbuh jika tidak dihentikan.
Ketiga, Republik Islam tersebut memiliki pembangunan militer dan militan yang sangat luas, dengan lebih dari 500 ribu personel aktif. Iran mempekerjakan ratusan ribu tentara bayaran dan milisi.
Keempat, tidak seperti kelompok-kelompok teroris seperti ISIS dan Al-Qaeda, rezim Iran memiliki rudal balistik yang sangat kuat, yang telah digunakan untuk melawan negara-negara lain, dimana baru-baru ini adalah Suriah. Para jenderal IRGC telah berulang kali membanggakan rudal balistik mereka yang dapat menyerang negara mana pun di wilayah tersebut. Dengan bantuan dari Korea Utara, rezim Iran berusaha memproduksi rudal balistik antar-benua.
Kelima, rezim Iran adalah negara pendukung utama bagi terorisme. Iran mendukung—baik secara militer maupun finansial—ratusan kelompok militan dan teroris di seluruh dunia. Iran secara rutin mendirikan kelompok-kelompok teroris. Tidak peduli seberapa banyak pemerintah lain menghabiskan sumber daya untuk melawan dan memberantas kelompok-kelompok teroris, rezim Iran akan menciptakan kelompok teroris yang baru. Ketika sebuah kelompok teroris dibubarkan, Teheran melatih dan mendanai kelompok lainnya, untuk memajukan agendanya.
Menurut penelitian saya di Harvard, hanya satu entitas, Iran, seorang diri membantu hampir setengah dari kelompok teroris di dunia. Rezim Iran berkontribusi terhadap penyerangan teroris di seluruh dunia. Hal ini berarti bahwa Iran bertanggung jawab atas pertumpahan darah di banyak negara, dan atas pembantaian korban yang tidak terhitung jumlahnya akibat terorisme. Iran telah menempatkan mata-mata, pelobi, dan agen di seluruh dunia, bahkan di Amerika Serikat. Seperti yang disombongkan oleh seorang jenderal Iran, Iran dapat mengaktifkan kelompok kecilnya di negara mana pun, untuk menyerang pemerintah negara tersebut. Rezim Iran seperti pabrik raksasa yang terus menghasilkan kelompok-kelompok teror.
Keenam, Iran mengendalikan dan mengeksploitasi sumber daya dan kekayaan dari sebuah negara besar dan menggunakan seluruh pengaruh yang didapatkannya. Para pemimpin Iran tidak perlu khawatir kekurangan dana, mengingat mereka menguasai sebuah negara yang memiliki cadangan gas terbesar kedua dan cadangan minyak terbesar keempat di dunia. Rezim Iran tidak mendistribusikan kembali kekayaan kepada masyarakatnya, sehingga tingkat kemiskinan masih tinggi.
Perjanjian nuklir telah membantu Teheran dengan memberikan aliran tambahan dana miliaran dolar. Dana ini digunakan untuk mendukung kelompok-kelompok teroris dan diktator seperti Bashar Assad.
Ketujuh, pengaruh Iran yang semakin meluas di Irak, Yaman, Lebanon, Suriah, dan negara-negara lainnya, dapat menjadi kenyataan permanen jika langkah-langkah yang dibutuhkan tidak diambil. Coba perhatikan seberapa besar para mullah memperluas kekuatan mereka sejak mereka menjabat pada tahun 1979. Pada awalnya, mereka hampir tidak memiliki pengaruh apapun terhadap negara-negara lain. Saat ini, militan mereka ada dimana-mana. Mereka telah membentuk partai politik yang “sah” yang mencakup kelompok-kelompok militan Irak dan Lebanon di Parlemen di negara-negara tersebut. Mereka mengendalikan pembangunan keamanan dan politik di rezim Suriah. Mereka mengancam hampir setiap negara lain di wilayah Teluk.
Kedelapan, Iran memproduksi senjata-senjata canggih, dan telah memiliki program senjata nuklir yang canggih. Rezim Iran tersebut akan terus mencoba untuk mendapatkan senjata nuklir, terlepas dari apakah mereka memiliki kesepakatan dengan negara lain atau tidak. Dan yang lebih penting, kesepakatan nuklir baru-baru ini sudah habis masa berlakunya dalam kurang dari 14 tahun, mencabut pembatasan terhadap Iran, dan memperbolehkan Teheran untuk meningkatkan proliferasi nuklirnya.
Rezim Iran tersebut melaksanakan kebijakan jangka panjang. Para pemimpin Iran sangatlah sabar. Walaupun 14 tahun tampak sebagai periode waktu yang lama bagi negara-negara Barat karena pemerintahan mereka melakukan pemilihan umum setiap beberapa tahun, namun 14 tahun adalah periode yang singkat bagi rezim Iran.
Kesembilan, Iran adalah ancaman keamanan siber yang sangat berbahaya. Iran telah sukses menyerang dan meretas keamanan dan organisasi pemerintah lawan-lawannya. Dalam contoh terbaru, rezim tersebut menargetkan puluhan anggota Parlemen Inggris.
Kesepuluh, rezim mullah tersebut melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam skala yang lebih besar dibandingkan yang dilakukan oleh kelompok teroris non-negara. Seringkali, Iran menyiksa dan menghukum mati korban, dan hal ini membantu aksi brutalnya terhadap negara-negara lain. Iran berada di tingkat teratas di dunia dalam hal hukuman mati terhadap warga negaranya sendiri. Rezim tersebut secara brutal menyerang kelompok agama dan etnis minoritas. Secara rutin mereka menghancurkan segala jenis kebebasan, terlibat dalam penyiksaan, dan mengeksekusi mati anak-anak. Rezim Iran juga berada di tingkat teratas dalam hal pelanggaran hak asasi manusia, menurut Amnesti Internasional dan Human Rights Watch.
Rezim Iran adalah ancaman keamanan nasional yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok-kelompok teroris seperti ISIS. Kelompok militan non-negara adalah gejala penyakit; dan rezim Iran adalah penyakitnya, penguasa dari terorisme dan ekstremisme.

Majid Rafizadeh adalah ilmuwan politik Iran-Amerika yang mengenyam pendidikan di Harvard. Ia adalah seorang ahli dalam kebijakan luar negeri Iran dan AS, seorang pebisnis, dan presiden dari Dewan Amerika Internasional.