Saturday, July 26, 2014

5 strategi dan taktik penyebaran aliran Syi'ah di Indonesia, waspadalah!

UkasyahKamis, 19 Zulhijjah 1434 H / 24 Oktober 2013 13:54
Tokoh-tokoh syi'ah Indonesia (dari atas kiri: Haidar Bagir, Jalaludin Rahmat, Muhsin Labib. bawah kiri: Dina Y. Sulaeman, Khalid Al Walid, Haddad Alwi.)
Oleh: Munarman, SH.
(Arrahmah.com) – Perkembangan aliran Syiah di Indonesia mengalami akselerasi yang luar biasa sejak meletusnya Revolusi Iran menumbangkan Rezim Syah Iran Reza Pahlevi, sekitar 1970. Pada masa itu, banyak kalangan muda, baik dari kalangan pondok pesantren maupun kalangan perguruan tinggi terkagum kagum dengan revolusi tersebut.
Titik pusat kekaguman tersebut adalah karena revolusi yang berhasil menumbangkan rezim zhalim dan antek Amerika sekaligus antek zionis Israel. Sehingga image yang dihasilkan dari revolusi Iran tersebut, adalah menjadi ikon bagi kalangan muda untuk menentang hegemoni Amerika dan Israel yang sangat kuat di dunia Islam. Image dan citra sebagai penentang Amrika dan Israel tersebut terus dipropagandakan secara sistematis sebagai pintu masuk penyebaran aliran syiah di Indonesia.
Lima tahapan aliran Syiah dalam menyebarkan ajarannya adalah sebagai berikut, yaitu:
Pertama, membangun keyakinan bahwa Iran dan “Hizbullah” Lebanon-lah pihak satu-satunya yang melawan Amerika dan Zionis. Taktik ini menjadi pintu utama bagi kalangan Syiah dalam mempengaruhi anak muda yang memiliki semangat perlawanan terhadap hegemoni Amerika dan Israel di dun ia saat ini. Dengan slogan slogan anti Amerika dan anti Israel ini, anak anak muda yang hanya bermodalkan semangat perlawanan tanpa memperhatikan aspek akidah, akan hanyut terbawa.
Kedua, mengeksploitasi peristiwa Karbala dengan bersikap ghulu (berlebih-lebihan) untuk menarik simpati kalangan awam agar membenarkan kelompok Syiah.
Ketiga, mengedepankan penggunaan akal, logika dan nalar serta argumen bersifat politik dalam beragama, terutama dalam meriwayatkan pemerintahan era Muawiyah.
Keempat, menggiatkan “Studi Kritis” terhadap hadits-hadits Ahlus Sunnah, khususnya Bukhari dan Muslim, bahkan hingga riwayat sejumlah shahabat, teristimewanya Abu Hurairah RA, dengan berbasiskan logika dan nalar politik.
Kelima, mencela istri-istri Rasulullah SAW dan para sahabat seperti Abu Bakar RA, Umar bin Al-Khaththab RA dan Ustman bin Affan RA.
Dua Kubu besar kelompok Syiah di Indonesia :
Kubu pertama adalah LKAB (Lembaga komunikasi Ahlul Bait) yang merupakan wadah para alumni al Qum.
Kubu ini dimotori oleh ICC Jakarta yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah Republik Islam Iran (RII).  LKAB membawai Yayasan Al Munthazar, Fathimah Aqilah, Ar Radiyah, Mulla Sadra, An Naqi, Al Kubra, Al Washilah, MT Ar Riyahi dan gerakan dakwah Al Husainy. LKAB berkantor di Jl Bintaro KODAM Grand Bintaro Jaksel.
Kubu kedua  dipegang oleh IJABI.
Dalam kubu ini metode taqiyah kurang disenangi. Sebaliknya, IJABI tampak lebih pluralis. Hal ini terlihat dari beberapa tokoh Sunni yang menjadi  pengikut IJABI.  Kiblat IJABI, bukanlah ke Iran, melainkan  Marja Lebanon di bawah pimpinan Ayatollah Sayyed Mohammad Hussein Fadlallah. Tokoh utama di Indonesia adalah Dr Jalaluddin Rahmat.
(Ukasyah/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/5-strategi-taktik-penyebaran-aliran-syiah-indonesia-waspadalah.html#sthash.pFCdbNF8.dpuf

inilah 15 ciri pengikut Syi'ah di Indonesia
UkasyahJum'at, 12 Ramadhan 1434 H / 19 Juli 2013 22:19
Penganut Agama Syi'ah di Indonesia.
Indonesia tengah menjadi target Syi’ahisasi besar-besaran. Hingga kini banyak pengikutnya berada di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Jumlah penganut Syiah di Indonesia Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat, pernah mengatakan kisaran jumlah penganut Syiah di Indonesia , “Perkiraan tertinggi, 5 juta orang. Tapi, menurut saya, sekitar 2,5 jiwa,” kata Kang Jalal, sapaan Jalaluddin Rakhmat. Pemeluk Syiah, kata Kang Jalal melanjutkan, sebagian besar ada di Bandung, Makassar, dan Jakarta. Selain itu, ada juga kelompok Syiah di Tegal, Jepara, Pekalongan, dan Semarang; Garut; Bondowoso, Pasuruan, dan Madura.
Diperkirakan, kebanyakan dari mereka sedang melakukan taqiyah dalam rangka melindungi diri dari kelompok Sunni. Taqiyah adalah kondisi luar seseorang dengan yang ada di dalam batinnya tidaklah sama. Memang taqiyah juga dikenal di kalangan Ahlus Sunnah. Hanya saja menurut Ahlus Sunnah, taqiyah digunakan untuk menghindarkan diri dari musuh-musuh Islam alias orang kafir atau ketika perang maupun kondisi yang sangat membahayakan orang Islam.
Sementara itu menurut Syi’ah bahwa Taqiyah wajib dilakukan. Jadi taqiyah adalah salah satu prinsip agama mereka. Taqiyah dilakukan kepada orang selain Syi’ah, seperti ungkapan bahwa Al Quran Syi’ah adalah sama dengan Al Quran Ahlus Sunnah. Padahal ungkapan ini hanyalah kepura-puraan mereka. Mereka juga bertaqiyah dengan pura-pura mengakui pemerintahan Islam selain Syi’ah.
Menurut Ali Muhammad Ash Shalabi, taqiyah dalam Syiah ada empat unsur pokok ajaran; 
Pertama, Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam hatinya. 
Kedua, taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah. 
Ketiga, taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan. 
Keempat, digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaskan
Menurut Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi di Majalah Islam Internasional Qiblati, ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat mudah dikenali, kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:
Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang Arab hanya saja warnanya hitam.
Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat jum’at bersama jama’ah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empat raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak meyakini keabsahan shalat jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.
Pengikut Syi’ah juga tidak  akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.
Pengikut Syi’ah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
Mayoritas pengikut Syi’ah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah (dari Karbala – redaksi) yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak didekat orang lain.
Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.
Anda tidak akan mendapatkan penganut Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlus Sunnah.
Anda juga akan melihat penganut Syi’ah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu anhum.
Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul Mukminin radhiyallahu anhum.
Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung berbuka puasa setelah Adzan maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah)
Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.
Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya.
Orang Syi’ah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut.
Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syi’ah. Oleh sebab itu Anda akan dapati;
Orang-orang Syi’ah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syi’ah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syi’ah, maka para pengikut Syi’ah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syi’ah menjerat mereka bergabung dengan agama Syi’ah.
Ciri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak ciri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika Anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.
Akhirnya, dengan hati yang terang Ahlus Sunnah dapat mengenali pengikut Syi’ah dari wajah hitam mereka karena tidak memiliki keberkahan, jika Anda perhatikan wajah mereka maka Anda akan membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para ibunda kaum Musliminradhiyallahu anhunn yang dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita memohon hidayah kepada Allah untuk kita dan mereka semua.
Wallahu a’lam.
(fimadani.com/arrahmah.com)

Iran Cegah Ikhwan dan Gerakan Islam di Mesir Kembali Berkuasa
heri – Jumat, 25 Oktober 2013 08:00 WIB
Seorang tokoh sufi terkemuka mengungkap adanya ketelibatan kelompok Sufi dalam mendukung Menteri Pertahanan Abdul fattah Al-Sisi dengan pendanaan dari Iran, untuk mencegah Ikhwanul Muslimin dan kelompok Islam berkuasa kembali.
Dia menjelaskan bahwa tiga pemimpin dari salah satu partai sufi yang terkenal telah mengadakan perjalanan saat Idul Adha lalu ke Iran untuk menerima dana dalam rangka membangun gerakan mengumpulkan tanda tangan untuk mencalonkan Jenderal Abdul Fattah Al-Sisi sebagai Presiden.
Menurutnya Iran tidak menginginkan Ikhwanul Muslimin atau gerakan Islam lainnya kembali berkuasa di Mesir, hal itu karena peran mereka dalam memerangi Bashar Assad sedangkan di sisi lain kelompok Sufi menolak keberadaan Ikhwan. (hr/im)