Friday, August 8, 2014

Tafsir Husein Tabatabai [ Syi’ah ]


Tafsir Jabir al-Ju’fi
Abu Abdillah, Jabir (w 127 / 128 /132 hq), putra Yazid bin al-Harst bin Abd Yaghuts al-Ju’fi, salah seorang mufasir Syi’ah dan ahli hadis dari kalangan tabiin.
Beliau mengambil hadis dan tafsir al-Quran dari Imam Muhammad Al-Bagir a.s. di samping itu, beliau termasuk sahabat khusus Imam pada saat itu.
Ibn Hajar dalam kitabnya, At-Tahdzib mengategorikan dia pada kelompok perawi yang dhaif  dan pencaci para sahabat Nabi Saw.
Sedang dalam kitab-kitab Rijal  Syi’ah,  Jabir Al-Ju’fi  termasuk orang yang ditaustsiq dan adil. Abul Abbas Najasyi (w 450 hq) menyebutnya sebagai salah satu sahabat Imam Muhammad Al-Bagir a.s. dan meriwayatkan tafsir dari beliau melalui lima perantara.
Syekh Thusi dalam Rijal menyebut Jabir sebagai sahabat Imam Muhammad Al-Bagir a.s dan Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s..
Tafsir yang sedang dibahas ini ditulis dengan bahasa Arab dan dengan metode riwai. Tafsir ini merupakan hasil dikte Imam Al-Bagir a.s.. Furat  Al-Kufi dalam tafsirnya telah menukil sekitar 32sanad di mana semuanya berkaitan dengan keutamaan Amirul mukminin Ali a.s. dan keluarga suci Nabi Saw.
Sebagai sebuah contoh, dalam ayat 48 surah An-Nisa’  Allah  berfirman: “Sesungguhnya Allah  tidak mengampuni saat Dia disekutukan dan mengampuni selain itu dari orang yang Dia kehendaki.” Dengan menukil sebuah riwayat dari Jabir dari Imam Bagir a.s. yang bersabda, Wahai Jabir sesungguhnya maksud dari syirik di situ adalah tentang wilayah dan kepemimpinan Ali a.s. dan ketaatan kepadanya.
Begitu juga contoh lain, Ali bin Ibrahim Al-Qummi dalam tafsirnya, saat menafsirkan ayat 34 surahAl-Baqarah:”Dan (ingatlah) ketika Kami memerintahkan kepada para malaikat, Sujudlah kalian kepada Adam.”  menukil dari Jabir bin Yazid Al-Ju’fi dari Abi Ja’far Muhammad Al-Bagir a.s.
Sebagian kalangan dari Ahli sunah juga mentaustsiq Jabir dan menukil riwayat darinya dalam kitab-kitab tafsir dan hadis mereka.
Sumber-sumber rujukan: A'yanusy Syi'ah, 4/51-55; A'lam, 2/105; Ta'sis Asy-Syi'ah, 326; Tafsir Furat Al-Kufi, 54; Tafsir Al-Qummi, 1/36; Adz-Dzari'ah, 4/268; Jami Ruwat, 1/144; Rijal, Ibn Daud, 80;Rijal Syekh Thusi, 111, Rijal Kasyi, 179-174; Al-Fihrist, Syekh Thusi, 73; Mu'jam Rijalil Hadis, 4/17-27; Mu'jam Mualifin, 2/106; Rijal, Allamah Hilli, 35; Mizanul I'tidal, 1/379-384; Tanqihul Maqal,  1/203;Rijal, Najasyi, 1/313-316.
Tafsir Ibn Abi Syu’bah
Abu Ja’far Muhammad (w 135) Ali bin Abi Syu’bah Al-Halabi, merupakan salah mufasir Syi’ah Imamiyah dan termasuk tokoh menonjol dari keluarga tersebut. Dia meriwayatkan hadis, tafsir  dan takwil dari Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s..
Dalam kitab-kitab Rijal telah disepakati akan ketsiqahannya. Tafsirnya sama seperti tafsir-tafsir di zaman tersebut yaitu berupa metode riwai dan banyak dinukil dalam kitab-kitab tafsir lain. Sayangnya kitab tafsir ini sekarang sudah tidak ada lagi.
Sumber-sumber rujukan: A'yanusy-Syi'ah, 2/89; Jami Ruwat, 2/151; Adz-Dzari'ah, 4/240; Rijal,Ibn Daud. 324; Rijal, Syekh Thusi, 295; Rijal, Najasyi, 2/202; Rijal, Allamah Hilli, 103; Al-Fihrist,Syekh Thusi, 303; Ma'alimul 'Ulama, 94; Mufasiran Syi'ah, 66; Mu'jam Rijalil Hadis, 16/302; Kamilu Ziyarat, Ibnu Qaulaweh, 89; Rijal, Al-Barqi, 20.
Tafsir Ibn Abi Hind
Abu Bakar Daud (w 139) putra Abi Hind Dinar Kusyairi Sarakhsi wafat saat menuju Mekkah. Beliau salah satu mufasir, muhaqiq dn sahabat Imam Muhammad Al-Bagir a.s.. Dari Imam Muhammad Al-Bagir a.s. jugalah dia mengambil hadis dan tafsir al-Quran.
Ibn Nadim dalam Al-Fihrist menyebut kitab ini dengan tafsir Daud bin Abi Hind. Tafsir ini ditulis dengan bahasa Arab dan dengan metode penafsiran abad-abad awal Islam. Dan sayangnya kitab ini sudah tidak ada lagi.
Sumber-sumber rujukan: Adz-Dzari'ah, 4/240; Rijal, Syekh Thusi, 120; Jami Ruwat, 1/301, Al-Fihrist, Ibn Nadim, 36; Mu'jam Rijalil Hadis, 7/91.
Tafsirul Quran
Abu Said Aban (w 141) putra Taglib bin Ribah Al-Bakri Al-Jariri Al-Kufi. Syekh Qura’  dan mufasir Syi’ah dan sahabat tiga imam sekaligus; Imam Ali Zainal Abidin a.s., Imam Muhammad Al-Bagir a.s. dan Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s., dia memiliki posisi yang terhormat di depan tiga maksum tersebut.
Selain itu, dia dipercaya dan ditautsiq oleh kedua kalangan Syi’ah dan Ahli Sunah.
Dengan perintah Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s. beliau mengajar dan memberi fatwa di kota Madinah. Beliau juga merupakan salah satu pendiri ilmu qiraat Al-Quran dan salah seorang ulama besar Syi’ah yang menulis empat jenis tafsir.
Keempat tafsirnya hingga saat ini menjadi bahan rujukan dan bukti. Empat tafsir yang ditulisnya adalah sebagai berikut; 1. Ma’anil Quran Al-Latif. 2. Tafsirul Quran. 3. Al-Gharib fil Quran. 4. Tafsirul Qira’at.
Sumber-sumber rujukan: A'yanusy Syi'ah, 2/69; Ta'sis Asyi'ah, 319-343; Adz-Dzari'ah, 4/233-239;Tafsir Furat Al-Kufi, 90 dan seterusnya; Tafsir Kanzul 'Irfan, Bughyatul Wi'ah, 176; Tanqihul Maqal,1/3; Tahdzib, 1/93; Jami Ruwat, 1/9; Rijal, Ibn Daud, 9; Rijal Syekh Thusi, 82; Rijal, Kasyi, 279-280;Rijal, Najasyi, 1/73; Thabaqat Mufasirin, Dawudi, 1/1; Ath-Thabaqatul Kubra, 6/302-360; Al-Fihrist,Ibn Nadim, 276, Al-Fihrist, Syekh Thusi, 5; Mu'jamul Udaba', Yaqut, 1/107; Mufasira Syi'ah, 65-66;Mizanul I'tidal, 1/5.
Tafsirul Ahmasi
Abul Hasan Malik (w 145 hq) putra Atiyah Ahmasi Al-Kufi, salah seorang muhadis dan mufasir Syi’ah.
Beliau mengambil ulmul Quran, tafsir dan hadis dari tiga maksum sekaligus; Imam Zainal Abidin a.s., Imam Muhammad Al-Bagir a.s. dan Imam Shadiq a.s.. Tafsir beliau dengan bahasa Arab dan dengan metode riwai.
Furat Kufi dalam tafsirnya saat menafsirkan ayat ke-33 surah Muhammad yang berbunyi:”Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah  dan taatilah rasul-Nya dan janganlah kalian rusak amal-amal kalian.” Malik bin Atihyah melalui farqad Nahdi bertanya kepada Imam Shadiq a.s., Apakah hal yang merusak amal perbuatan setelah melakukan ketaatan kepada Allah  dan rasul-Nya? Imam a.s. menjawab, Memusuhi kami adalah hal yang membatalkan dan merusak amal perbuatan. Riwayat ini banyak disebut oleh kitab-kitab penting hadis yang di antaranya adalah empat kitab utama yang juga dinukil oleh perawi-perawi besar Syi’ah.
Sumber-sumber rujukan: Tafsir Furat Al-Kufi, 418; Tafsir Qummi, 2/212; Jami Ruwat, 2/37-38;Rijal, Ibn Daud, 283; Rijal, Najasyi, 2/375; Al-Fihrist, Syekh Thusi, 196; Rijal, Kasyi, 133-314; Ar-Raudhatul Kafi, 268; Al-Kafi, 1/393-394; Man La Yahdhuruhul Faqih, 3/353; Mu'jam Rijalil Hadis,14/168-172.
Tafsir Zaid ‘Adawi
Abu Abdillah Zaid (w 136 / 140 / 145 hq) putra Aslam ‘Adawi Al-Madani salah seorang Mufasir dan Muhadis Syi’ah Imamiyah.
Syekh Thaifah, Syekh Thusi menyebutnya sebagai salah satu sahabat Imam As-Sajjad a.s dan Imam Shadiq a.s.. Beliau termasuk mufasir yang tsiqah dan dipercaya oleh kalangan Syi’ah dan Ahli sunah.
Ibnu Nadim dalam kitab Fihristnya telah mengategorikan tafsir Zaid bin Aslam sebagai salah satu kitab-kitab tafsir.
Sumber-sumber rujukan: A'yanusy-Syi'ah, 91-93; At-tafsir wa Mufasirun, 1/116-117, Tadzkiratul Hufaz, 1/132; Adz-Dzari'ah, 4/275; Al-Itqan fi Ulumil Quran, 4/240; Jami Ruwat, 1/340; Rijal, Ibn Dawudi, 162, Rijal, Syekh Thusi, 90; Thbaqatul Mufasirin, Dawudi, 1/176; Mu'jam Rijalil Hadis,7/325; Al-Kafi, 6/408; Tafsir Furat Kufi, 258.
Tafsir Fudhail Bashri
Abul Qasim Fudhail (w 145 hq) putra Yasar Nahdi Al-Bashri. Salah seorang mufasir, Muhadis Syi’ah dan sahabat Imam ke-5 dan keenam a.s..
Beliau mengambil Ulumul Quran dan hadis dari Imam Bagir a.s. dan Imam Ja’far a.s.. Abul  Abbas Najasyi setelah mentautsiqnya menambahkan bahwa beliau meninggal dunia pada masa keimamahan Imam Shadiq a.s..
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Lisanul Mizan menyebutnya sebagai Rafidi, pembohong dan orang yang tak dapat dipercaya. Sedang dalam kitab-kitab Rijal Syi’ah sebaliknya beliau disepakati sebagai orang yang dipercaya. Dan buktinya tafsir yang ditulis dengan bahasa Arab dan dengan metode riwai ini banyak dinukil dalam kitab-kitab tafsir dan hadis.
Abul Hasan Ali bin Ibrahim Quumi dalam tafsirnya yang terkenal pada pembahasan ayat ke-71 surah Bani Israel yang berbunyi, Pada hari Kami menyeru manusia dengan para pemimpin mereka masing-masing.” Dari Fudhail bin Yasar meriwayatkan dari Imam Muhammad Bagir a.s., Rasulullah Saw, Imam Ali a.s., Imam Hasan a.s. dan Imam Husain a.s. masing-masing akan datang dengan kelompok mereka sendiri dan semua Syi’ah akan mengikuti  mereka. Syekh Mufid dalam berbagai kesempatan selalu mengatakan bahwa beliau termasuk faqih yang paling pintar dan pemberi fatwa serta jalur riwayatnya sahih dan benar.
Sumber-sumber rujukan: Al-Istibshar, 1/401; Thadzibul Ahkam, 3/48; Tafsir Qummi, 2/23; Jami Ruwat, 2/11-13; Rijal, Ibn Daud, 274; Rijal, Syekh Thusi, 132-271; Rijal, Kasyi, 185-187; Rijal,Najasyi, 2/172-173; Lisanul Mizan, 4/454; Mu'jam Rijalil Hadis, 13, 335-341; Man La Yahdhuruhul Faqih, 3/307.
Tafsir Muhammad bin Furat
Muhammad (w 145 hq) putra Furat. Salah seorang perawi dan muhadis Imamiyah.
Dia mengambil ulumul Quran, tafsir dan hadis dari Imam Muhammad Al-Bagir a.s. beliau juga mencicipi masa kehidupan Imam Ja’far Shadiq a.s. dan meriwayatkan hadis dari beliau juga. Kitab-kitab rijal juga telah mentautsiqnya.
Kasyi dalam rijalnya menulis, bahwa dia pernah bertemu dengan Asbag bin Nabatah. Sehingga banyak dijumpai riwayatnya dinukil dari Asbag dan dia dari Amirul mukminin Ali a.s.
Beliau bukanlah Muhammad Bin Furat Kufi al-ju’fi yang hidup pada masa Imam Ridha a.s. di mana kitab-kitab rijal telah menganggapnya lemah dan pembohong, lebih dari itu Imam ridha sendiri telah mencelanya.
Sebagian besar  tafsirnya berkaitan dengan keutamaan Amirul mukminin Ali a.s. dan keluarga suci Ahlul bait a.s..
Furat Kufi saat menafsirkan ayat ke-14 surah Waqi’ah yang berbunyi, tiga orang dari (kelompok awal) dan sedikit dari orang zaman akhir. menulis, Muhammad Bin Furat Kufi bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq a.s. tentang tafsirannya, Imam menjawab: Tsulatun minal awalin adalah putra Adam yang terbunuh, orang mukmin dari keluarga Fir’aun, Habib Najjar dalam surah Yasin, sedang penggalan kedua adalah Amirul mukminin Ali a.s..
Syekh Thusi r.a. dan Ayatullah Khui menganggap bahwa beliau ini tak lain Muhammad bin Furat Harami salah satu sahabat Aba Abdillah Ash-Shadiq a.s..
Sumber-sumber rujukan: Tafsir Furat Al-Kufi, 465; Tafsir Qummi, 2/125; Rijal, Syekh Thusi, 298;Mu'jam Rijalil Hadis, 17/126-128; Al-Kafi, 2/349;  Thdzibul Ahkam, 10/50.

Siapa Quraish Shihab Sebenarnya?
Yang menjadi permasalahan utama bagi umat Islam di Indonesia adalah ketidakmampuan mereka untuk mengenali ulama-ulama yang benar manhajnya. Ketidakmampuan ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan agama yang mereka miliki. Akibatnya mereka tidak memiliki penyaring untuk membedakan ajaran-ajaran sesat.
Kali ini kita akan membahas seorang ilmuwan tafsir yang terkenal di Indonesia namanya Quraish Shihab. Siapa Quraish Shihab ini sebenarnya? Untuk mengetahui apa manhaj dia, maka kita perlu dengan seksama mengikuti ceramah-ceramahnya, buku-bukunya, atau tulisan-tulisannya.

1. Melalui Buku-Bukunya
Quraish Shihab terlalu gandrung menggunakan tafsir Syi’ah Al Mizan karangan Tabataba’i sebagai referensi dalam penulisan entri di bukunya yang berjudul
 Ensiklopedi Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya. Bahkan dapat dikatakan, rujukan utama Ensiklopedi ini adalah tafsir Syi’ah yang memberikan penafsiran terhadap Al-Qur’an sesuai dengan pemahaman aliran Syi’ah.

Dalam buku lainnya yang berjudul Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah, Quraish Shihab menyatakan bahwa sesungguhnya tidak banyak perbedaan antara Sunni dan Syi'ah. Mereka sama-sama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melaksanakan rukun Islam yang lima. Hujah-hujah dalam buku ini, khas pendukung Syi'ah.
2. Melalui Ceramah-Ceramahnya
Di acara Metro TV, salah seorang peserta ketika mengajukan pertanyaan berkenaan dengan latar belakang adanya kebiasaan memperingati atau merayakan hari anak yatim (10 Muharram), Quraish Shihab menjawabnya dengan memasukan doktrin Syi’ah tentang perang Karbala yang menewaskan cucu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam yakni Husein radhiyallahu ‘anhu. (Metro TV edisi Selasa 02 Ramadhan 1429 H bertepatan dengan 02 September 2008)
Menurut Quraish Shihab, perayaan anak yatim yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram itu adalah untuk mengenang kematian Husein radhiyallahu ‘anhu dan keluarganya yang tewas pada perang Karbala. Dari peperangan itu menghasilkan banyak anak yatim. Peristiwa Karbala yang menewaskan Husein radhiyallahu ‘anhu  terjadi pada 10 Muharram tahun 61 Hijriyah.
Jawaban khas Syi’ah ala Quraish Shihab itu, menunjukkan bahwa ia memang penganjur Syi’ah yang konsisten dan gigih. Di berbagai kesempatan, bila ada peluang memasukkan doktrin dan ajaran Syi’ah, langsung dimanfaatkannya, apalagi di hadapan audiens yang awam (tidak mengerti apa itu Syi’ah, dan bagaimana ajarannya yang sesat dan menyesatkan).
3. Masukan Dari Teman Dekatnya
LPPI pernah mendapatkan surat pernyataan dari Osman Ali Babseil (PO Box 3458 Jedah, Saudi Arabia, dengan nomor telepon 00966-2-651 7456). Usianya kini sekitar 74 tahun, lulusan Cairo University tahun 1963.
Dengan sungguh-sungguh seraya berlepas diri dari segala dendam, iri hati, ia menyatakan:
Sebagai teman dekat sewaktu mahasiswa di Mesir pada tahun 1958-1963, saya mengenal benar siapa saudara Dr. Quraish Shihab itu dan bagaimana perilakunya dalam membela aqidah Syi’ah.
Dalam beberapa kali dialog dengan jelas dia menunjukkan sikap dan ucapan yang sangat membela Syi’ah dan merupakan prinsip baginya.
Dilihat dari dimensi waktu memang sudah cukup lama, namun prinsip aqidah terutama bagi seorang intelektual, tidak akan mudah hilang/dihilangkan atau berubah, terutama karena keyakinannya diperoleh berdasarkan ilmu dan pengetahuan, bukan ikut-ikutan.
Saya bersedia mengangkat sumpah dalam kaitan ini dan pernyataan ini saya buat secara sadar bebas dari tekanan oleh siapapun.
Pernyataan itu dibuat Osman Ali Babseil sepuluh tahun lalu (Maret 1998), namun hingga kini masih relevan, karena Quraish Shihab pun hingga kini terbukti masih menyebarluaskan doktrin Syi’ah.
Taqiyyah Yang Kental
Orang-orang seperti Alwi Shihab, Quraish Shihab, Haidar Bagir dan semacamnya merupakan jalur yang sering orang sebut sebagai dekat dengan Syi'ah, hingga Quraish Shihab yang punya rubrik tanya jawab Agama Islam di koran Republika waktu lalu mengambil kesempatan untuk mengemukakan bahwa Sunni dengan Syi'ah hanya beda masalah politik.  Modal taqiyyah (menyembunyikan keyakinan yang asli) rupanya diamalkan pula, sambil mengeliminir masalah.
Kesimpulan
Setelah mengetahui siapa itu Quraish Shihab sebenarnya, sudah sepatutnya kita berhati-hati dengan segala fatwa yang keluar dari dia, begitu juga dengan buku-bukunya. Kalau merasa pemahaman agama masih lemah, lebih baik hindari bersentuhan dengan pendapat-pendapat Quraish Shihab.