Saturday, October 3, 2015

Erdogan Tolak Duduk Satu Meja dengan As-Sisi di New York ( Ini Baru Berintegritas ! )

Presiden Erdogan (aljazeera.net)
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengungkapkan bahwa dirinya menolak undangan di PBB yang mempertemukan dirinya dengan Presiden (Kudeta) Mesir, Abdul Fatah As-Sisi, yang dinilainya sebagai pemimpin yang tidak sah.
Sebagaimana diberitakan Aljazeera (1/10/2015), Erdogan juga mengkritik standar ganda media barat dalam memberitakan isu-isu tentang Mesir, kejadian di Turki, dan juga serangan Israel ke Jalur Gaza.
Erdogan menyatakan dirinya mendapatkan undangan di sela-sela Sidang Umum PBB di New York akhir September lalu, yang meminta dirinya duduk satu meja dengan sejumlah kepala negara lainnya, termasuk di dalamnya Abdul Fatah As-Sisi.
Erdogan menegaskan dirinya menolak undangan itu dan menyatakan duduk semeja dengan As-Sisi hanya memberikan legitimasi. Erdogan juga menyatakan bahwa dirinya bukanlah pemimpin yang kehilangan legitimasi (seperti halnya As-Sisi).
Hal tersebut di atas disampaikan Erdogan baru-baru ini pada saat membuka secara resmi tahun ajaran baru di salah satu universitas di Istanbul. (rem/dakwatuna)
Sumber: Aljazeera

PM Turki : Tak Ada Ruang Bagi Assad Pada Pemerintahan Transisi Suriah

Dilansir Daily Sabah dikutip Middle East Update, Turki tetap menentang setiap transisi politik di Suriah yang melibatkan Bashar al-Assad, Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan pada hari Senin dalam sebuah klarifikasi dan penjelasan kebijakan pemerintah Turki.
Turki adalah kritikus paling vokal Assad sejak Suriah dilanda pertumpahan darah pada tahun 2011,Turki menganggap diktator Suriah bertanggung jawab atas kekerasan yang telah menewaskan ratusan ribu dan jutaan lainnya menjadi pengungsi , dan bersikeras bahwa Assad harus disingkirkan.
Pekan lalu, Presiden Turki Tayyip Erdogan membuat pernyataan bahwa Assad bisa menjadi bagian dari masa transisi, mengacu pada isu yang digulirkan Amerika dan Rusia. Dia kemudian mengatakan komentarnya tidak mewakili perubahan kebijakan pemerintah Turki.
Davutoglu, berada di New York dalam rangka menghadiri sidang Majelis Umum PBB, mengatakan bahwa Turki akan menerima apa pun solusi politik untuk Suriah, tetapi tidak akan menerima keterlibatan Assad.
“Kami memiliki keyakinan tanpa adanya al-Assad selama masa transisi, periode transisi tidak lama lagi bisa dicapai. Kami percaya bahwa situasi ini akan berubah menjadi status quo permanen. Keyakinan kami dalam hal ini tidak berubah,” PMTurki menambahkan.
Ankara telah lama mempertahankan pendapat bahwa menyingkirkan Assad sangat penting untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan di Suriah. Saat ini Turki adalah tuan rumah bagi populasi pengungsi terbesar di dunia dengan menampung lebih dari 2 juta warga Suriah.
“Kami siap untuk bekerja sama dengan negara manapun untuk melawan teroris,” kata Davutoglu, dan menambahkan bahwa sangat penting untuk memiliki solidaritas dengan semua negara, termasuk Rusia untuk memastikan bahwa masa transisi di Suriah berjalan damai.
Davutoglu kemudian bertemu dengan para pemimpin AS dan Rusia untuk membahas perkembangan di Suriah dalam sebuah KTT. KTT tersebut diadakan selama makan siang yang diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon di New York di sela-sela pertemuan Majelis Umum PBB.
Juru bicara Perdana Menteri tidak memberikan rincian tentang pertemuan dengan Barack Obama dan Vladimir Putin, mereka menegaskan bahwa perdana menteri Turki juga bertemu dengan Perdana Menteri Irak Haider al Abadi dan Perdana Menteri Lebanon Temmam Salam.
Sumber mengatakan Menteri Luar Negeri Turki Feridun Sinirlioğlu dan kepala dinas intelijen Turki, Hakan Fidan, hadir dalam pertemuan 35 menit dengan Abadi.
Pertemuan Davutoglu dengan perwakilan dari Libanon, di markas PBB berlangsung selama 20 menit.Tidak ada rincian yang dirilis tentang isi pertemuan.
Presiden Turki Erdogan juga menyampaikan dalam pidatonya di Ankara pekan lalu, yang mengatakan: “. Tidak ada yang bisa menerima masa depan Suriah dengan al-Assad. Tidak mungkin untuk menerima orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan 300.000 sampai 350.000 orang, dia jelas seorang diktator.”
Red : Maulana Mustofa
http://www.antiliberalnews.com/2015/10/02/pm-turki-tak-ada-ruang-bagi-assad-pada-pemerintahan-transisi-suriah/