Sejak raja Salman naik
sebagai raja Arab Saudi pada Januari lalu mengantikan raja Abdullah,
menimbulkan banyak penilaian. Kehadiran ulama Mesir pro-Ikhwanul Muslimin (IM)
Yusuf Qardhawi dalam sebuah acara yang diadakan Arab Saudi di Qatar, memberikan
arti tersendiri. Kehadiran Qaradhawi menunjukkan perubahan kebijakan
kerajaan atas IM, yang selama ini terkesan tak sepaham.
Pasca pelantikan raja Salman,
sejumlah pengamat melihat, raja Salman lebih ingin menggandeng IM dibanding
pendahulunya, Raja Abddullah. Raja Salman dinilai tengah mencoba menyatukan
kelompok Sunni dari ancaman negara penganut Syiah, Iran.
Ia merangkul Turki dan Qatar,
negara yang selama ini mendukung IM. Walaupun IM sebelumnya telah dicap sebagai
kelompok radikal dan tak sedikit aktivisnya yang ditangkap di Saudi.
“Kita sangat optimistis
sekarang,” ujar anggota Ikhwanul Muslimin yang tinggal di Qatar kepada wartawan.
“Kepemimpinan baru Saudi akan menjadi era baru bagi Timur Tengah, di mana
kelompok Islam lebih dilihat sebagai partner.” Demikian dikutip
dari Republika pada Senin (5/10).
“Observer melihat,
kehadiran al-Qardhawi dalam hari nasional Saudi merupakan manisfetasi dari
kebijakan Saudi di bawah era Salman,” sebut sebuah sumber.
Banyak pihak berharap, dengan
kehadiran tokoh IM dalam acara tersebut lebih membuat Saudi terbuka dan dan
bersatu dengan elemen-eleman sesama Sunni di Timur Tengah. Hubungan mesra Saudi
dan IM dipandang penting bagi kelompok Muslim Sunni dalam
menghadapi ancaman dari Syiah Iran yang semakin menghantui negara-negara
Sunni di wilayah tersebut. [Muslim Cahyo]