Sunday, November 29, 2015

Presiden Erdogan-Raja Salman, Ulil Amri Global. Dua Sejoli Pemimpin Umat Islam Sedunia. Erdogan: Kami Hanya Takut Kepada Allah. Raja Salman Jadi Orang Terkuat Di Timur Tengah Versi Majalah Forbes


Presiden Erdogan-Raja Salman, Dua Sejoli Pemimpin Umat Islam Sedunia

Dua sejoli pemimpin umat Islam sedunia; Raja Salman dan Presiden Erdogan.
Keduanya hari Sabtu (14/11/2015) bertemu di kota Antalya Turki dalam KTT G20 yang akan berlangsung 15-16 November 2015.
Ekspresi senyum keduanya mengobati kerinduan Umat Islam akan pemimpin yang menaungi dan membela Umat.
Presiden Erdogan menyambut dengan mengucapkan:
Marhaban khodim haramain, tahiyyati lissya'bi as-su'udy...
(Selamat datang Pelayan Dua Kota Suci, salam hormat untuk rakyat Saudi)
Yang dibalas Raja Salman:
الشكر لكم فخامة الرئيس ولشعب تركيا العزيز، مع تمنياتي أن تحقق "قمة العشرين" الخير للعالم وكافة شعوبه
(Terimakasih untuk yang mulia presiden Erdogan dan rakyat Turki, harapan saya pertemuan G-20 berbuah kebaikan untuk masyarakat dunia)
Semoga keduanya diberi kesehatan, kekuatan dalam menjalankan amanah umat dan dijaga Dzat Penggenggam langit dan bumi. Aamiin.

Duet Maut di KTT G-20, King Salman dan Erdogan Menjadi Harapan Dunia

Duet Maut di KTT G-20, King Salman dan Erdogan Menjadi Harapan Dunia

Penjaga Dua Masjid Suci Raja  Salman tiba di kota resor Antalya pada Kamis malam, memimpin delegasi Arab Saudi di KTT G-20.


Arab News melaporkan (12/11/2015), setibanya di bandara Antalya, Raja telah diterima oleh Menteri Ekonomi Turki Nihat Zeybekci, Gubernur Antalya Muammar Turker, Duta Besar Saudi di Turki Dr. Adil Murad Mirdad, dan pejabat senior lainnya.

Delegasi yang menyertai Raja Salman diantarnya wakil putra mahkota, Menteri Keuangan Ibrahim Al-Assaf, Menteri Luar Negeri Adel Al-Jubeir, Menteri Ekonomi dan Perencanaan Adel Al-Fakieh, dan Menteri Perdagangan dan Industri Tawfiq Al-Rabiah.

Pemimpin dari Kelompok  ekonomi utama (G-20) akan bertemu pada hari Minggu dan Senin di Regnum Carya Hotel Convention Center di Antalya terutama untuk membahas isu-isu ekonomi global.

KTT juga akan membahas isu-isu utama Timur Tengah termasuk Konflik  Suriah dan Irak, terutama terkait krisis pengungsi.

Arab Saudi dan Turki merupakan pemain utama kawasan Timur Tengah. Raja Salman dengan dukungan penuh negara-negara Teluk (GCC) punya kepentingan strategis di Kawasan. Baru-baru ini Raja Salman dalam KTT Negara Arab-Amerika Selatan (ASPA) mengajak seluruh negara peserta untuk berperan aktif dalam upaya penyelesaian konflik Palestina.

Sementara Turki punya peran strategis sebagai anggota NATO yang akhir-akhir in makin menguat pengaruihnya dalam konflik Timur-Tengah bahkan dunia. Erdogan merupakan sosok yang tegas terhadap Israel, sering mengunjungi negeri muslim yang terkena konflik seperti etnis Rohingnya di Myanmara serta negara muslim lainnya. Saat ini, Turki menampung lebih dari 2 juta pengungsi Suriah di negaranya.

KTT Antalya-Turki akan menjadi pertemuan tahunan kesepuluh kepala pemerintahan G-20 .

Kota barat daya Antalya adalah tujuan yang paling sering dikunjungi di Turki dan kesepuluh di dunia. Turki secara resmi mengambil alih kepresidenan G-20 dari Australia pada 1 Desember 2014 silam. Selanjutnya, China akan memimpin organisasi G-20 pada tahun 2016.

G-20 merupakan forum internasional untuk pemerintah dan gubernur bank sentral dari 20 negara ekonomi utama. Para anggota termasuk 19  negara ditambah Uni Eropa.

Didirikan pada tahun 1999 dengan tujuan mempelajari, mengkaji, dan mempromosikan diskusi tingkat tinggi dari isu-isu kebijakan yang berkaitan dengan promosi stabilitas keuangan internasional.

Secara kolektif,  ekonomi negara G-20 mencapai sekitar 85 persen dari produk bruto dunia, 80 persen perdagangan dunia dan dua pertiga dari populasi dunia. [MS]


Baru Sembilan Bulan Memimpin Arab Saudi, Raja Salman Sudah Jadi Orang Terkuat di Timur Tengah

Presiden Erdogan dan Raja Salman

Jumat, 6 Nov 2015 - 14:34
Majalah bisnis Forbes telah merilis daftar nama-nama orang terkuat di tahun 2015. Dalam rilis yang dikeluarkannya, Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud menempati posisi teratas sebagai orang terkuat di wilayah Timur Tengah.
Penunjukan Raja Salman sebagai orang terkuat di kawasan Timur Tengah bukanlah hal yang mengejutkan. Pasalnya, meskipun baru diangkat menjadi Raja Arab Saudi sembilan bulan silam, banyak kebijakan berani yang telah diambil olehnya, demikian seperti dikutip dari alyaum, Jumat (6/11/2015).
Diantara kebijakan yang diambil oleh Raja Salman adalah penguatan kerjasama dalam berbagai bidang dengan negara Turki pimpinan Tayyip Recep Erdogan. Dua figur ini kemudian banyak sekali dibenci oleh orang-orang liberal dan sekuler.
Selain itu, kebijakan lainnya yang dianggap berani adalah ketika Raja Salman mengeluarkan keputusan untuk mendirikan aliansi  negara-negara Arab guna memerangi kelompok syiah di Yaman.
Adapun secara internasional, Raja Salman menduduki peringkat ke 14 dalam daftar orang terkuat di dunia. Presiden Rusia, Vladimir Putin menempati posisi pertama mengungguli presiden Amerika Barack Obama dan Kanselir Jerman Angela Merkel. (arc)

Erdogan: Kami Hanya Takut Kepada Allah


Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Jumat (27/11) menyampaikan pidato heroik di hadapan lautan massa di kota Bayburt,provinsi di timur laut Turki.


Berikut ringkasannya (video ada di bawah):  

- Kami tidak akan biarkan siapapun mengganggu atau merencanakan aksi terorisme di bumi Turki.

- Berulang kali saya tegaskan, Turki hanya takut kepada Allah yang satu, Turki tidak akan tunduk selain kepadaNya.

- Turki pewaris peradaban yang besar, dan kami akan mempertahankan warisan tersebut dengan memohon kekuatan dari Allah subahanahu wataala.

- Kami tidak akan biarkan pesawat tempur negara manapun melanggar kedaulatan Turki, apalagi disaat konflik seperti sekarang.

- Dalam insiden penembakan pesawat Rusia yang melanggar kedaulatan negara kami, tuan Putin katakan: Anggap saja pesawat kami tamu di negara anda, kemudian saya jawab: Tidak ada tamu tanpa diundang!

- Kami sangat terganggu dengan pernyataan Putin yang sangat mengada ada.

- Rusia selama ini berdalih terbang di atas langit Turkmen untuk gempur ISIS, tapi saya katakan daerah tersebut bukan kekuasaan ISIS melainkan kekuasaan mujahid Suriah anti Assad, dan ini bukti nyata siapa musuh Rusia sebenarnya di Suriah.

 Putin menuduh saya melakukan islamisasi di Turki, saya tegaskan bahwa rakyat Turki 99% muslim, dan pernyataan Putin itu sangat lucu.


- Kami tidak memiliki mental bobrok untuk melakukan jual beli minyak dengan ISIS.

- Saya harapkan Putin menyiapkan semua bukti atas tuduhannya kami bekerja sama dengan ISIS dan sampaikan pada pertemuan di Paris nanti.

- Kami menolak semua tuduhan tanpa bukti Rusia terhadap Turki.

- Kalau Putin bisa buktikan saya bekerjasama dengan ISIS, saya langsung mengundurkan diri dari jabatan presiden. 

- Turki tidak kenal yang namanya menikam dari belakang, kami siap menghadapi siapapun dan kami tidak takut siapapun.

- Pihak manapun yang menghalangi bantuan kemanusiaan untuk saudara kami Turkmen sama artinya mereka bermain api.

- Hubungan Turki dengan Rusia sangat strategis, dan saya himbau pejabat Rusia untuk melakukan diplomasi yang santun.

- Saya sangat mengharapkan Rusia mau berunding duduk bersama membicarakan banyak hal demi keberlangsungan hubungan kedua negara.

- Pejabat Turki bekerja siang dan malam demi tercapainya tujuan kami untuk bisa mandiri dalam persenjataan.

- Ada hal yang sangat esensial bagi kami sebagai bangsa Turki, yaitu satu bangsa satu bendera dan satu negara.

- Saya berdoa kepada Allah yang Maha Berkehendak untuk memberikan semua kebaikan kepada kami rakyat Turki dan umat Islam, dan juga semoga Allah senantiasa mempersatukan kami demi Turky yang kuat dan maju.
*Sumber: Turki Al-Yaum

[Video Pidato Erdogan]



ARAB SAUDI YANG BERUBAH: UMAT YANG BANGKIT DAN BERGAIRAH

A picture released by thre Egyptian Presidency shows Saudi Arabia Crown Prince Salman Bin Abdulaziz al-Saud (R) greeting Egyptian President Mohamed Morsi upon his arrival in Jeddah on July 11, 2012. AFP PHOTO/AHMED FUAD/HO/ EGYPTIAN PRESIDENCY RESTRICTED TO EDITORIAL USE MANDATORY CREDIT "AFP PHOTO / HO /AHMED FUAD/  EGYPTIAN PRESIDENCY" - NO MARKETING NO ADVERTISING CAMPAIGNS - DISTRIBUTED AS A SERVICE TO CLIENTS ==

13 November 2015 
Oleh: Ahmad Al Mutawakil
Melihat liputan Al Jazeera tentang konferensi para pemimpin Negara-negara Teluk memberikan nuansa yang sama sekali baru, dimana kesan negara-negara teluk yang lamban, malas, pengecut dan kuno berubah 180 derajat. Semuanya dipicu oleh perubahan karakter dan arah kebijakan raja Arab Saudi yang baru yaitu raja Salman bin Abdul Aziz. Dalam 100 hari pertama dalam memerintah, raja ini menghasilkan banyak keputusan-keputusan berani yang membolak balik tatanan yang selama dianggap umat sebagai tatanan yang salah.
Raja Salman yang kini menjadi pemimpin terpopuler di Arab dan dunia Islam – mendampingi popularitas pemimpin Turki Erdogan – membentuk dua poros kebijakan yang memaksa membentuk peta jalan baru dalam dinamika politik dan sosial di Timur Tengah.
Poros Pertama
Adalah politik dalam negeri, raja Salman memecat semua pejabat pejabat tinggi Negara yang menduduki posisi posisi srategis yang dinilai terlalu berpandangan liberal. Pejabat pejabat semacam inilah yang menjadi otak dibelakang kudeta kudeta terhadap pemerintahan Arab yang demokratis seperti di Mesir dan Libya, oleh para pejabat tingg iyang dipecat raja Salman itu menganggap Mesir dan Libya terlalu Islami dan mengancam eksistensi system kerajaan. Posisi ini dimulai dari posisi putra mahkota, lembaga tinggi Negara, kementrian hingga level pemerintahan terbawah.
Dalam konteks yang sama, raja Salman berani menannggung resiko terhadap kursi kekuasaannya sendiri dengan mengantarkan generasi ketiga yaitu generasi cucu pendiri kerajaan untuk mendominasi stuktur kekuasaan di kerajaan Saudi. Seluruh putra mahkota dan mayoritas posisi posisi tertinggi dan strategis diestafetkan kepada generasi muda yang usianya berkisar antara 30 hingga 50 tahun. Raja Salman sudah berani memberikan posisi posisi kementerian strategis kepada rakyat biasa yang biasanya secara tradisi diisi oleh para pangeran seperti posisi Menlu. Baru kemarin, raja Salman memecat menteri kesehatan dan komandan garda kerajaan karena ketahuan bersikap kasar terhadap rakyatnya.
Dalam kebijakan ekonomi, raja Salman membuat keputusn heboh dan bersejarah dimana pada awal hari kekuasaannya menyisihkan ratusan milyar dolar untuk memperbaharui fasilitas fasilitas kesehatan, air, kebersihan rakyat yang sebenarnya sudah berada di atas standar. Raja Salman menaikkan penghasilan para pegawai menjadi 100 persen hingga dijuluki oleh rakyat Saudi sebagai raja penghapus hutang.
Jika disimpulkan, kebijakan poros pertama raja Salman didalam negeri Saudi adalah menciptakan transformasi Saudi kearah baru dinamika yang lebih cepat disegala aspek kehidupan Negara. Raja Salman tidak puas dengan julukan Saudi yang super kaya yang sekedar menikmati kemewahan, raja Salman menginginkan wujud Saudi yang ama sekali baru yang lebih beradab, modern, kuat menguatkan haluan Islam disegala bidang dan mengangkat harkat rakyatnya.
Poros Kedua
Adalah politik luar negeri raja Salman yang berubah drastis baik secara pendekatan, koalisi dan orientasi. Dalam pemerintahan mendiang raja Abdullah, Saudi cenderung reaktif terhadap perubahan sosial politik di Timur Tengah, Saudi menjauhi poros Turki dan Qatar yang pro perubahan dan pro pan Islam, Saudi mencap kekuatan Islamis terbesar di timur tengah Ikhwanul muslimin sebagai teroris, Saudi mendukung penuh secara politik dan ekonomi terhadap rezim opresif militer di Mesir, Saudi memusuhi HAMAS sebagai organisasi “semi teroris”. Saudi terkesan lemah dan membiarkan Iran menyebarkan pengaruhnya baik secara politis maupun ideologis/Syiah. Dalam hubungannya dengan barat, selama masa pemerintahan mendiang raja Abdullah Saudi melihat terorisme dari kacamata barat sepenuhnya, mirip seperti BNPT di Indonesia.
Sejak naik tahta, raja Salman merubah semua hal diatas sejak hari pertama kekuasaannya. Perubahan itu dibumbui oleh insiden insiden yang membetot perhatian pers, seperti sikap raja Salman yang hangat terhadap pemimpin Turki Erdogan saat pemakaman raja Abdullah, sikap ini sangat berbeda ditunjukkan kepada pemimpin Mesir yang sepertinya saya lihat di TV di perlakukan seperti pengemis jalanan. Dan sikap tegas raja Salman yang meninggalkan Obama untuk menunaikan solat fardhu saat adzan Asar mengumandang.
Banyak yang sinis terhadap insiden-insiden yang dianggap minor dan kecil ini, ternyata belakangan banyak yang menyadari bahwa insiden insiden ini merepresentasikan pandangan dan orientasi politik luar negeri raja Salman yang membolak balikkan fakta dan tatanan yang selama ini melekat di muka kerajaan Saudi sebagai sesepuh kaya yang cenderung menjaga dan mengurus diri sendiri.
Yah, Saudi berubah, Saudi berubah menjadi muda,enerjik,kharismatik dan berani. Secara mengejutkan, raja Salman ditengah malam meluncurkan operasi militer “Badai Penghancur” yang bertumpu kepada kekuatan udara. Operasi militer ini begitu fenomenal bukan semata karena kekuatan fisik militer, namun karena bersifat sangat monumental. Baru kali ini Negara Negara Arab mampu bersatu dibawah pimpinan Saudi tanpa pengaruh barat dalam menginisiasi sebuah operasi militer, Amerika baru ikut terlibat menjelang operasi ini berakhir. Setelah 1 dekade lebih baru kali ini tercipta polarisasi yang luas dikalangan muslim global yang menyatu dan mendukung sebuah operasi militer. Sasaran utama dari operasi militer ini adalah upaya menghentikan pemaksaan penyebaran faham Syiah di negara-negara Arab. Paham Syiah adalah paham yang selalu menghantui eksistensi Islam selama ribuan tahun, secara politis, paham syiah adalah upaya pengembalian kejayaan imperium Persia yang runtuh oleh khalifah Islam kedua Umar bin Khattab, hal ini sangat mendalam bagi orang Arab dan Islam secara umum.
Dalam arah persekutuan geopolitik, Saudi di era mendiang raja Abdullah sempat beberapa kali mendekat ke rezim Iran demi membentuk kekuatan untuk mengalah lawan lawan politiknya dikawasan timur tengah. Saudi di era mendiang raja Abdulloh kerap berseteru secara politik dengan Turki dan Qatar, bahkan dalam suatu insiden diplomatic, Saudi di Era mendiang raja Abdullah sempat menggalang aksi penarikan duta besar Negara-negara teluk di Qatar. Kini di era raja Salman hal ini berubah 180 derajat, hubungan Saudi dengan Turki dan Qatar seakan akan terasa sudah dekat sekian lama. Saat operasi “badai penghancur” Negara yang pertama di kunjungi oleh putra mahkota Saudi adalah Turki, oleh Erdogan, Turki menyatakan menjamin kedaulatan Saudi Arabia jika Iran mencoba coba menyentuh kedauatan Saudi Arabia. Stasiun televisi berita nomor satu didunia yaitu Al Jazeera milik Qatar kini selalu mendukung apa yang menjadi maneuver geopolitik Saudi sebagai satu kesatuan umat.
Adapun ke Mesir, Saudi pada masa mendiang raja Abdullah, setiap kunjungan pemimpin kudeta Jenderal Abdul Fattah Al Sisi, jenderal yang tangannya berlumuran darah rakyatnya sendiri ini selalu mengecup jidat mendiang raja Abdullah setiap berkunjung ke Saudi. Ada lagi insiden yang menarik, saat mendiang raja Abdullah berkunjung ke Mesir, diktator Al Sisi melanggar protokol kenegaraannya sendiri dengan mendatangi mendiang raja Abdullah ke pesawatnya. Saat raja Abdullah meninggal, sepertinya sang diktator Mesir ini sudah mengetahui persis siapa sebenarnya raja Salman, sang diktatorpun berubah sikap, diktator yang rajin mengecup jidat raja Abdullah ini memilih emoh mengawal pemakaman sang raja…
Raja Salman menegaskan, bahwa dia tidak mau menjadikan lebih banyak harta Saudi yang terpakai untuk menjadi alat penindas militer terhadap rakyatnya sendiri. Dalam beberapa kesempatan, pembantu pembantu raja Salman kerap menyatakan apa yang terjadi di Mesir adalah “tragedi yang tidak seharusnya terjadi”. Sikap ini memancing emosi media media Mesir yang pro kudeta, setiap hari yang menu utamanya adalah menghina Ikhwanul Muslimin kini sudah berganti menu menjadi menghina Saudi dan keluarga kerajaannya.
Sikap yang membuat lega banyak kalangan muslim adalah politk Saudi terhadap Palestina. Selama satu decade lebih, Saudi diera mendiang raja Abdullah konsisten melemahkan salahsatu basis perjuangan rakyat Palestina terbesar yaitu HAMAS, bekerjasama dengan dictator Mesir di era Mubarak, Saudi selalu menghimpit ruang gerak HAMAS di timur tengah.
Di era raja Salman, Saudi menegaskan akan menjaga jarak yang sama dengan faksi apapun di Palestina. Saudi sudah meninggalkan kebiasaan mengkriminalkan HAMAS sebagai biang kerok kekacauan politk timur tengah. Bahkan, untuk pertama kalinya televisi pemerintah Saudi menayangkan khutbah Jumat pemimpin HAMAS Ismail Haniyyah secara langsung, hal ini sempat memancing kemarahan pemimpin kudeta Mesir Al Sisi yang sangat membenci HAMAS dan kerap melancarkan fitnah bahwa HAMAS berambisi menguasai tanah Sinai yang menjadi salahsatu provinsi di Mesir.
Dampak positif dari perubahan geopolitik Saudi ini adalah, meningkatnya semangat dan moral perjuangan rakyat Suriah dalam menghentikan kekejaman rezim Syiah alawiyah Al Asad. Hari ini, praktis seluruh kota kota strategis di Suriah sudah dikuasai oleh pejuang rakyat Suriah. Salahsatu analis geopolitk dari lembaga CSIS Amerika (bukan Indonesia) menegaskan bahwa rezim syiah Suriah sedikit lagi akan tumbang.
Sumber : http://www.fimadani.com/arab-saudi-yang-berubah-umat-yang-bangkit-dan-bergairah/

Ambisi Erdogan Jadikan Turki Ekonomi Terkuat No.1


Oleh Hafidin Achmad Luthfie


Turki adalah kekuatan ekonomi terbesar ketiga di Uni Eropa setelah Jerman dan Inggris. Tahun 2023 Turki bertekad menggeser posisi Jerman. Bila berhasil menggantikan posisi Jerman maka Turki menempati urutan nomor tiga kekuatan ekonomi dunia setelah China dan Amerika.

Erdoghan dan AKP telah berhasil mentranformasikan Turki menjadi negara maju, modern, dan makmur. Sebuah prestasi dan keberhasilan (injaazaat) yang tidak bisa dilakukan kaum sekular dan kiri selama setengah abad mereka menguasai Turki.

Tentu saja negara dengan kekuatan ekonomi sebesar Turki akan mampu membangun kekuatan militer yang besar dan memberikandeterrent effect.

Posisi militer Turki di tingkat dunia sekarang cukup terhormat dan berwibawa. Turki menempati urutan keenam dunia. Di dalam NATO militer Turki adalah terbesar kedua setelah Amerika. Angkatan Laut Turki di kawasan laut tengah juga termasuk terbesar dan sejajar dengan Perancis. Tahun 2023 (tepat seabad runtuhnya Khilafah Utsmaniyah) Turki bertekad menjadi kekuatan militer khilafah class yang sejajar dengan Amerika, Rusia, dan China.

Industri militer dan pertahanan Turki sekarang bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan. Dan tahun 2023 dijadikan sebagai tonggak pencapaian. Genap satu abad di tahun keruntuhan Khilafah Ottoman, Turki dengan kekuatan ekonomi dan militer khilafah class akan memproklamirkan kembali Khilafah Islamiyyah. Saat itu rakyat Turki bukan lagi delapan puluh juta tetapi satu setengah miliar umat manusia.

Memang Rusia sekarang adalah kekuatan militer ketiga dunia setelah Amerika dan China. Meskipun Turki menempati peringkat enam militer dunia tak berarti Rusia yang punya peringkat tiga militer dunia bisa mengalahkannya dengan mudah. Di medan perang segalanya bisa terjadi. Kekuatan militer yang lebih lemah bisa mengalahkan kekuatan militer yang lebih besar. Karena kemenangan tidak ditentukan oleh kehebatan senjata saja. Tetapi oleh banyak faktor. Dan sejarah sudah banyak memberikan bukti.

Rusia sudah mengirimkan sejumlah arsenalnya ke Syria. Dan ribuan pasukannya juga didatangkan kesana. Turki pun tak tinggal diam. Sejumlah arsenal militernya sudah digerakkan menuju utara yang berbatasan dengan Syria. Kita lihat saja apakah akan terjadi perang besar di Syria antara Turki dan Rusia? Wallaahu A'lam. Yang jelas dengan Turki masuk langsung di medan perang Syria maka akan memberi keuntungan besar bagi Juyusy Islamiyyah yang sudah lebih dulu melakukan jihad dan qital di sana.

Dahulu kaum Seljuk (salajiqah) dan kaum Ottoman (Utsmaniyyah) membangun kekuasaan dan imperium dengan lebih dahulu menguasai Syam kemudian ke Iraq dan Mesir. Apakah kaum Erdoghaniyyah juga akan melakukan hal yang sama? Wallaahu A'lam.

Semoga di penghujung satu abad sejak runtuhnya Khilafah Islamiyyah Allah swt membangkitkan dari kalangan umat Nabi Muhammad saw orang yang akan memperbaharui bangunan politik umat Islam dalam tingkat dunia.

Orang-orang Suriah adalah Muhajirin dan Kami adalah Ansharnya

Orang-orang Suriah adalah Muhajirin dan Kami adalah Ansharnya

"Orang-orang Suriah adalah kaum muhajirin, dan kami adalah Ansharnya. Setiap keluarga Turki yang menampung keluarga Suriah di rumahnya, maka keluarga tersebut dibebaskan dari tagihan listrik, air dan gas.."



Begitulah Erdogan memperlakukan pengungsi Suriah di Turki. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 1 juta 200 ribu pengungsi. Erdogan mengajak rakyatnya bersabar menanggung beban bersama. "Apa yang menimpa mereka, mungkin saja bisa menimpa kita", ujar Erdogan. 

Walaupun negara dan pemerintahannya terus digoyang dan digoncang oleh berbagai kekuatan yang anti Islam, luar dan dalam, namun Erdogan tetap memikirkan umat Islam di berbagai belahan dunia, mulai dari Palestina, Mesir, Suriah, Irak, kawasan Afrika, pengungsi Rohingya, dan termasuk juga menyempatkan diri ke Indonesia. [MS/Irsyad Syafar]



Ini Pemimpin Dunia yang Tetap Mencium Kaki Ibunya, Kita Gimana ?

Ini Pemimpin Dunia yang Tetap Mencium Kaki Ibunya, Kita Gimana ?

Di negeri ini, ada hikayat Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu lantaran durhaka kepada orang tuanya, ibu. Merantau sebagai sosok miskin papa, berupaya keras mengubah takdir, hingga menikah dengan wanita kaya dan usahanya berhasil menjadi kaya. Malangnya, memiliki harta dunia justru membuat dirinya miskin nurani. Tak akui ibunya, hingga terkutuk menjadi batu.

Sudah menjadi sunnatullah, berbakti kepada kedua orang tua adalah kunci kesuksesan hidup di dunia dan kebahagiaan abadi di surga-Nya. Hal ini pula yang menjadi inspirasi amat berharga bagi banyak tokoh di dunia.

Satu di antaranya adalah sosok sederhana yang kini menjadi salah satu pemimpin terbaik di zaman ini. Pemimpin negeri kaum Muslimin yang berani menyampaikan kritik kepada pemimpin Yahudi karena ulahnya membunuhi anak-anak dan orang tak berdosa di bumi Gaza, Palestina.

Mulanya, beliau adalah seorang tukang adzan di sebuah masjid di ibu kota negaranya, Istanbul Turki. Bagi sebagian kita, barangkali tukang adzan bukanlah predikat yang membanggakan. Padahal, amat banyak pahala yang disediakan oleh Allah Ta’ala bagi sosok yang mengingatkan kaum Muslimin bahwa waktu shalat telah tiba.

Sosok ini juga sempat bercita-cita menjadi pemain sepak bola profesional pada salah satu klub ternama di negerinya. Karenanya, dalam sebuah pertandingan persahabatan yang tersebar di banyak media sosial, beliau terlihat piawai dalam mengolah si kulit bundar. Bahkan, sosok dengan senyum inspiratif ini mencetak tiga gol cantik nan spektakuler dalam laga tersebut untuk membawa timnya menuju kemenangan.

Ketika beliau mengunjungi Madinah dan bertemu dengan nenek-nenek asal negerinya, beliau tak sungkan untuk menyalami si wanita layaknya hormatnya kepada ibunya. Tulus. Tak ada sedikit pun kesan dibuat-buat apalagi pencitraan yang memuakkan.

Rupanya, beliau memang sangat hormat kepada orang tuanya. Dan, salah satu kejadian di hari raya Idul Fithri menjadi bukti betapa beliau adalah sosok yang berusaha mengamalkan ajaran al-Qur’an dan Sunnah terkait birrul walidain.

Sebagaimana biasa, beliau mengunjungi orang tuanya. Seketika setelah sampai, sosok yang terdepan dalam membantu pengungsi Suriah ini langsung mencium kaki ibunya. Hening. Syahdu. Penuh hormat.

Dalam jenak, sang ibu berkata, “Nak, kamu itu sudah jadi Presiden. Tak perlu lagi mencium kaki ibumu.”

Lalu, sosok yang dua kali menjabat Perdana Menteri Turki dan kini menjadi orang nomor satu di negeri itu berkata dengan amat lembut, “Bu, sejak kapan seorang Presiden tidak boleh masuk surga?”
Semoga Allah Ta’ala melindungi Anda hingga akhir hayat, Recep Tayyip Erdogan. [Pirman/Kabarumat]



Presiden Erdogan dan Raja Salman
KUWAIT (fokusislam) – Wakil pimpinan parlemen Kuwait, Mubarak Fahad Al-Duwaileh menyambut gembira kemenangan partai yang dipimpin oleh Tayyip Recep Erdogan. Al-Duwaileh kemudian menyerukan saudara-saudara Arab agar segera mengintensifkan kerjasama dengan membentuk aliansi bersama pemerintah Turki.
Menurutnya, Erdogan adalah sosok yang tepat untuk diajak bekerja sama dalam menghadapi bahaya yang ditimbulkan oleh negara Iran.
“Kita melihat sejarahnya, gaya hidupnya, akidah dan agamanya. Semua hal itu mengatur kehidupannya,” kata Al-Duwaileh yang dikutip dari islammemo, Selasa (3/11/2015).
Al-Duwaileh juga menegaskan pentingnya membentuk aliansi Islam di kawasan Teluk.
“Iran tidak akan bisa digoyahkan kalau tidak ada kerjasama dan aliansi antara negara-negara teluk. Sebaliknya, kalau tidak ada kerjasama, bahaya yang menimpa kawasan ini tidak akan berhenti,” lanjutnya lagi.
Al-Duwaileh kemudian mencontohkan krisis yang terjadi di kawasan seperti Yaman, Suriah dan Irak. Data dan fakta memang menunjukkan bahwa Iran menjadi salah satu aktor penting dalam krisis di negara-negara tersebut.
Redaktur : Aziz Rachman
Penulis Admin
Sumber: fokusislam.com/ Rabu, 4 Nov 2015 08:46

Raja Salman Jadi Orang Terkuat di Timur Tengah Versi Majalah Forbes


Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz Al-Saud dinobatkan sebagai orang terkuat di wilayah Timur Tengah versi majalah bisnis Forbes. Itu artinya, peran dan pengaruh yang dimiliki pimpinan Arab Saudi ini dianggap besar dan menentukan.


Dalam pengumumannya, majalah bisnis Forbes mengumumkan daftar nama-nama orang terkuat di dunia tahun 2015. Presiden Rusia, Vladimir Putin menempati posisi pertama mengungguli presiden Amerika Barack Obama dan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Sementara itu, Raja Salman menempati posisi 14 dalam ranking manusia terkuat di dunia, demikian seperti dikutip dari alyaum, Jumat (6/11/2015).

Raja Salman sendiri baru diangkat menjadi pimpinan Arab Saudi kurang lebih sembilan bulan silam. Raja Salman memimpin Kerajaan Arab Saudi dan menggantikan Raja Abdullah yang meninggal akhir Januari 2015 lalu.

Meskipun baru semilan bulan, Salman bin Abdullah telah mengeluarkan beberapa kebijakan berani. Diantaranya adalah penguatan kerjasama dalam berbagai bidang dengan negara Turki pimpinan Tayyip Recep Erdogan. Dua figure ini kemudian banyak sekali divenci oleh orang-orang liberal dan sekuler.

Selain itu, kebijakan lainnya yang dianggap berani adalah ketika Raja Salman mengeluarkan keputusan untuk mendirikan Aliansi  negara-negara Arab guna memerangi kelompok syiah di Yaman.
Redaktur : Aziz Rachman
Fokusislam.Com