Wednesday, December 23, 2015

Mengerikan ! Jika ISIS Kalah, Akan Digantikan Kekuatan Yang Lebih Dasyat !

100 Ribu Pejuang di Suriah Memiliki Ideologi yang Sama dengan ISIS

Jika ISIS Kalah, 65.000 Militan dari 15 Kelompok Bakal Menggantikan

Sebanyak 15 kelompok “jihad” yang berbasis di Suriah dengan lebih dari 65.000 militan akan mengisi kevakuman atau jadi pengganti jika ISIS dikalahkan. Demikian laporan Centre on Religion and Geopolitics (CRG), organisasi yang didirikan mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair.
Belasan kelompok yang bakal menggantikan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu dua di antaranya, Jabhat al-Nusra dan Ahrar al-Sham. Menurut organisasi yang dijalankan Tony Blair Faith Foundation, belasan kelompok “jihad” di Suriah tetap bertekad melakukan serangan teror terhadap Barat.
Laporan itu munncul bertepataan dengan peringatan lima tahun “Arab Spring”, sebuah gerakan pemberontakan publik terhadap kediktatoran di Timur Tengah dan Afrika Utara. Menurut organisasi tersebut, selain ISIS kelompok jihadis lainnya pada akhirnya akan menimbulkan ancaman bagi Barat.
“Fokus saat ini adalah pada kekalahan militer ISIS, tidak mempertimbangkan kelompok lain di Suriah (dan di seluruh dunia) dengan ideologi global dan ambisi yang sama persis sama,” bunyi laporan organisasi itu, seperti dikutip theaustralian.com.au, Senin (21/12/2015).
“Penelitian kami telah menemukan 15 kelompok siap untuk berhasil. Jika hanya ISIS yang dikalahkan, ada risiko tinggi yang tersebar dari kelompok ‘jihad Salafi’ lainnya yang akan memperluas wawasan mereka dan melancarkan serangan di luar Suriah,” lanjut laporan itu.
”Dalam eskalasi yang berbahaya, kelompok-kelompok ini bisa bertujuan untuk bersaing. Untuk memastikan kesetiaan dari para militan global dan penadanaan menarik yang dilakukan ISIS.”
Direktur CRG, Ed Husain, mengatakan ideologi yang dianut oleh ISIS tidak memiliki batas atau penghalang. “Dan telah menunjukkan bahwa hal itu bisa menginspirasi orang fanatik untuk membunuh dengan mudah di Paris karena mendapatkannya di Raqqa,” katanya. (Sindonews)

100 Ribu Pejuang di Suriah Memiliki Ideologi yang Sama dengan ISIS

Sepertiga kelompok pemberontak di Suriah -sekitar 100.000 pejuang- memiliki ideologi yang sama dengan kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS, demikian diisyaratkan sebuah kajian baru.
Pusat Agama dan Geopolitik atau Centre on Religion and Geopolitics, terkait dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, mengatakan mengalahkan ISIS secara militer ‘tidak akan mengakhiri jihadisme dunia’.
Untuk mencapai tujuan itu diperlukan ‘kekalahan intelektual dan teologi’ dari ideologinya.
Konflik Suriah telah menewaskan lebih 250.000 orang dan jutaan orang lainnya kehilangan tempat tinggal.

Koalisi Barat telah melakukan serangan udara terhadap sasaran ISIS di Suriah dan Irak selama lebih satu tahun.
Pada bulan September, pasukan Rusia memulai serangan udara terhadap pemberontak di Suriah menargetkan ‘semua teroris’, termasuk ISIS.
Politik Islamis
Centre on Religion and Geopolitics -yang merupakan inisiatif Tony Blair Faith Foundation- menyatakan Suriah sekarang merupakan tempat kumpulan terbesar kelompok jihadis dalam zaman modern.
Laporan yang dijadwalkan diterbitkan pada hari Senin (21 Desember) ini menyatakan bahaya terbesar bagi masyarakat dunia adalah kelompok yang memiliki ideologi sama dengan ISIS tetapi saat ini tidak diperhatikan, yang jumlahnya diperkirakan sekitar 100.000 orang.
Usaha yang dilakukan pihak Barat saat ini untuk mendefinisikan ‘moderat’ dan ‘ekstremis’ akan mengalami kegagalan karena kelompok ini sendiri jarang melakukan pembedaan.
Sekitar 60% kelompok pemberontak besar Suriah adalah ekstremis Islamis dan kebanyakan kelompok ini memiliki tujuan sama.
Kurang dari seperempat pemberontak yang diteliti tidak berideologi dan banyak dari mereka siap berperang bersama kelompok ekstremis dengan kemungkinan akan menerima penyelesaian politik Islamis untuk mengakhiri perang saudara.
Dewan Keamanan PBB pada Jumat (18/12) secara bulat mendukung rencana perdamaian bagi Suriah, yang antara lain mencakup desakan bagi gencatan senjata. (Isl/BBC)



Friday, December 18, 2015                         
TENNESSEE (atjehcyber) - Pakar teknologi internet yang juga pendiri Intel Security, John McAfee, memperingatkan bahwa, perang cyber antara Barat dengan ISIS akan lebih dahsyat daripada perang nuklir.



McAfee mengklaim bahwa hacker ISIS "lebih pintar" dari yang diperkirakan oleh pemerintah negara-negara Barat. Kandidat calon presiden (Capres) Amerika Serikat (AS) 2016 itu percaya, kelompok Negara Islam (IS) merupakan penghasut perang ulung yang akan mengambil keuntungan dari dunia maya.

Menurut McAfee, senjata konvensional seperti peluru dan bom tidak akan ada gunanya dalam konflik di masa depan.

”Mereka (ISIS) jauh lebih pintar dalam ilmu dunia maya dari yang kita nilai sebelumnya,” katanya.

Pakar berusia 70 tahun itu mengatakan, kultus pembunuhan memiliki akses ke aplikasi smartphone yang disebut Amaq. Dia mengklaim aplikasi itu memfasilitasi terorisme melalui serangan "denial-of-service" di internet.


“Sebagai contoh, kami percaya bahwa aplikasi ini mencoba untuk menurunkan root server internet pekan lalu. Serangan besar-besaran ini belum pernah terjadi sebelumnya, yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” ujar McAfee, kepada Russia Today, kemarin.

”Kami harus mempersiapkan diri, karena perang berikutnya bukan perang dengan bom, kapal perang dan pesawat tempur. Ini akan menjadi perang cyber, lebih dahsyat daripada perang nuklir,” katanya.

McAfee telah memperingatkan bahwa ISIS dapat memenangkan perang cyber, karena Barat sangat tidak siap untuk “konflik online”.


Yayasan Tony Blair : Jika ISIS Dikalahkan, Islamis-Jihadis Lain Akan Gantikan Posisinya

Inggris – Sebuah laporan terbaru dari lembaga kajian CRG (Centre on Religion and Geopolitics) yang merupakan bagian dariYayasan Keyakinan Tony Blair memperingatkan bahwa keberhasilan secara militer dalam mengalahkan ISIS seperti yang diinginkan bersama, secara material tidak akan bisa menghentikan kelompok-kelompok Islamis mengambil alih wilayah itu.
Laporan tersebut mengatakan, sepertiga faksi-faksi oposisi dengan jumlah pejuang sekitar 60 persen dari seluruh pejuang oposisi yang ada di Suriah secara ideologi memiliki kesamaan dengan kelompok ISIS. Mereka tersebar ke dalam 15 kelompok oposisi yang berbeda-beda dan sangat siap untuk mengisi kekosongan apabila ISIS bisa dikalahkan secara militer.
Seberapa jauh lembaga studi itu mendefinisikan adanya kesamaan ideologi dengan ISIS tersebut secara pasti belum bisa dijelaskan. Namun laporan itu nampaknya memberikan perhatian dan sudut pandang pada gerakan Salafi yang juga menjadi visi dan garis perjuangan faksi-faksi utama pejuang oposisi lainnya termasuk JN cabang al-Qaidah dan Ahrarus Syam yang didukung Saudi.
Ironisnya, menurut lembaga think-tank tersebut, banyak dari kelompok-kelompok Salafi itu dianggap oleh para pejabat negara-negara Barat mewakili kelompok “moderat”, serta menjadikan mereka sebagai sekutu untuk melawan ISIS. Secara teknis barangkali hal itu benar, namun CRG memperingatkan bahwa seandainya Barat berhasil mengalahkan ISIS maka hal itu belum berarti apa-apa, karena akan segera muncul kelompok lain yang secara ideologi sama untuk menggantikan posisi mereka (ISIS).
Sumber: Antiwar
Penulis: Yasin Muslim