Monday, April 18, 2016

Mengenang Syeikh Ayyub: Dari Makkah Ke Mihrab Nabawi Lalu Pemakaman Baqi



Namanya Muhammad Ayyub bin Muhammad Yusuf bin Sulaiman Umar, berasal dari keluarga berkebangsaan Burma. Syeikh Muhammad Ayyub lahir di kota suci Makkah al-Mukarramah tahun 1372 H/ 1952 M, 65 tahun lalu dalam hitungan hijriyah dan 64 tahun hitungan masehi.
Ayyub kecil tumbuh dan belajar menghafal al-Quran di kota suci Makkah bimbingan Syeikh Khalil Abdurahman al-Qari di masjid Bin Ladin tahun 1964 dan tamat SD tahun 1965. Setelah itu Ayyub kecil pindah ke kota suci Madinah al-Munawwarah, menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA di Ma’had al-Madinah al-Ilmi, lulus tahun 1971.
Setamat SMA, Muhammad Ayyub kuliah S1 Syariah di Universitas Islam Madinah (UIM), lulus tahun 1975. Kemudian melanjutkan S2 dan S3 di fakultas al-Quran UIM konsentrasi ilmu tafsir, lulus dengan gelar doktor tahun 1987.
Selain belajar formal, Syeikh Ayyub juga aktif mengikuti pelajaran para Syeikh di Madinah. Beliau belajar dari Syeikh Abdul Aziz Muhammad Utsman, Syeikh Muhammad Sayyid Thanthawi, Syeikh Akram Dhiya, Syeikh Muhammad Amin Syinqithi, Syeikh Abdul Muhsin al-Abbad, Syeikh Abdullah al-Ghunaiman, Syeikh Abu Bakar al-Jazairi dan lainnya.
Syeikh Ayyub yang juga dosen UIM ini mendapatkan sanad al-Quran riwayat Hafs ‘an Ashim dari Muqri’ para Qori Madinah; Syeikh Hasan Ibrahim as-Sya’ir, Syeikh Ahmad Abdul Aziz az-Zayyat, Syeikh Khalil Abdurrahman al-Qori. Di antara guru ngaji beliau juga Syeikh Zaki Dagistani.
Suami dari 2 istri ini diangkat pertama kali menjadi imam Masjid Nabawi pada tahun 1989 dan terus menjadi imam selama 7 tahun, kemudian berhenti selama hampir 20 tahun lalu kembali lagi menjadi imam di mihrab Nabawi pada bulan Ramadhan 1436 H/ 2015 M lalu. Sebelumnya, Syeikh Ayyub pernah menjadi imam Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Rasulullah shallallahu alaihi wasallam saat hijrah ke Madinah.
“Saya diliputi rasa takut yang luar biasa setiap berdiri di mihrab (masjid) Rasulullahshallallahu alaihi wasallam, saya takut tidak menunaikan amanah (imam) seperti yang diinginkan (Nabi). Saya selalu meminta kepada Allah agar menguatkan diri ini dalam menjalankan amanah yang diembankan,” kata Syeikh Ayyub.
Bapak dari 7 anak penghafal al-Quran ini memiliki beberapa rekaman tilawah al-Quran, yang paling masyhur adalah rekaman yang dikeluarkan oleh Komplek Percetakan Mushaf al-Quran Raja Fahd, Madinah
Selain aktif sebagai pengajar di UIM dan muqri’ halaqoh al-Quranbersanad di Masjid Nabawi, Syeikh Ayyub juga aktif berdakwah di luar Arab Saudi.
Brazil dan Inggris adalah negeri barat juga tersentuh langsung dakwahnya. Pemerhati bahasa Arab ini juga aktif mengisi daurah pembelajaran bahasa Arab di sejumlah negara seperti Malaysia, Pakistan, Turki dan Senegal.
Alim yang teduh, murah senyum dan suka menyalami orang lain adalah kepribadian Syeikh Ayyub yang hidayatullah.com kenal selama di Madinah. Sering media ini melihat beliau menyalami jamaah Umrah yang duduk di sekitar halaqoh beliau di Masjid Nabawi, meski tak satu pun dari jamaah mengenalnya.
Sabtu pagi 9 Rajab 1437 H (16/4/2016) kemarin, Syeikh Muhammad Ayyub mengehembuskan nafas terakhirnya di kota Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, jenazahnya disholatkan ribuan kaum muslimin setelah sholat Dhuhur yang dipimpin langsung oleh imam besar Masjid Nabawi Syeikh Ali Hudzaifi.
Dari Masjid Nabawi, lautan manusia mengantar jenazah beliau menuju pemakaman Baqi’, tempat dikebumikannya para sahabat Nabi dan orang-orang sholeh.
Semangat hidup berquran, menuntut ilmu, kesabaran tinggi dan tidak pernah putus asa dalam berdoa adalah pelajaran penting yang beliau berikan pada kaum muslimin.
“Satu-satunya harapan saya adalah Allah memberikan kemuliaan-Nya dengan kembalinya saya memimpin sholat di Masjid Nabawi, sebelum saya menghadap Allah (wafat),” kata Syeikh Ayyub saat diwawancarai stasiun televisi al-Ma’ali.
Selamat jalan, Syeikh Ayyub. Allah yang Maha mendengar telah mengijabah doa tulusmu. Hidayatullah.com dan kaum muslimin menjadi makmum penikmat tilawahmu saat sholat Tarawih Ramadhan lalu di masjid Nabi. Semoga Allah mengampuni segala dosamu, mangasihimu dengan rahmat-Nya, menjadikan kuburmu taman surga, mengumpulkan kita semua di dalam Jannatul Firdaus tertinggi. Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.*/Muhammad Dinul Haq (Madinah)