Saturday, May 7, 2016

Seperti Induk Semangnya Rezim Barbar Syiah Bashar Dan Komunis Rusia, Pendukungnya Syiah Indonesia Benar-Benar Al-Kadzab, Memanipulasi Kebenaran Pengeboman RS Di Aleppo Dan Kamp Pengungsi Di Idlib.

Foto satelit RS Al-Quds Aleppo 29/4/2016 pasca pengebomanMenggelikan, Jenderal Rusia tuduh Jabhah Nushrah telah menyerang kamp pengungsi yang hancur karena serangan udara di Idlib
Mer-C Mengajari Kita Tentang Gaza dan Aleppo

Ada Apa dengan Mer C
Oleh Pega Aji Sitama
Besok kalau ada serangan udara ke wilayah Gaza, bahkan misalnya mengenai rumah sakit lapangan lembaga “kemanusiaan” asing tertentu (sebut saja Marsih), jangan terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa hal itu dilakukan oleh “Israel”. Melainkan harus buat teori konstipasi dulu, eh konspirasi.
Yaitu ada kemungkinan kuat serangan itu dilakukan oleh AU Mesir dan Yordania. Begini penguat teori konstipasinya:
1. Hamas adalah anak ideologis IM yang ditolak negara-negara Arab. seperti Mesir dan Yordania, bahkan sempat dianggap sebagai “teroris”
2. Selain “Israel”, Mesir dan Yordania juga punya pesawat jet F-16, jenis yang biasa berputar-putar di langit Gaza.
3. Mesir dan Yordania sama-sama telah mengakui kedaulatan “Israel” sebagai bagian dari perjanjian damai.
4. Mesir dulu mengontrol Gaza dan Yordania memiliki tepi Barat sampai saat terakhir.
5. Kedua negara ini dan “Israel” memilki koordinasi teritori dan keamanan, khususnya di sisa-sisa Palestina.
Jadi tidak ada bukti kuat bahwa setiap F-16 yang mengebom Gaza adalah milik IDF, bisa saja AU Yordania atau Mesir.
Sementara menurut hukum internasional, keberadaan lembaga Marsih di Gaza adalah ilegal, karena tidak berkoordinasi dengan negara berdaulat menurut hukum internasional seperti “Israel”. Justru Marsih berkoordinasi dan bekerja di bawah izin kelompok Hamas yang dianggap “teroris” oleh banyak negara.
Mengapa saya mengambil kesimpulan dengan skenario seperti ini?
Jawabannya saya belajar dari tokoh “kemanusiaan” dari lembaga Mer-C Indonesia dalam memandang insiden serangan udara di Aleppo.
Dimana beberapa tokoh Mer-C yang aktif di Facebook seperti Jose Rizal Jurnalis dan tokoh Syiah Dina Y. Sulaeman sama sekali tidak percaya bahwa rezim Assad mengebom Aleppo secara brutal, dimana lebih mengerikan daripada aksi “Israel” di Gaza (ingat, senjata-senjata Assad adalah produk perang dingin).
merc
merc1



Hamas Kutuk Pembantaian di Aleppo ( untuk Mer-C yang gemar 
dagangan Gaza )

Gerakan perlawanan Islam Hamas, mengutuk pembantaian berdarah di kota Alepo Suriah yang dilakukan pesawat tempur tentara rezim Suriah Bassar Assad sejak beberapa hari terakhir.


Anggota dewan partai Hamas di parlemen Palestina, Ezat Rasyiq mengatakan, telah terjadi pembantaian besar-besaran, puluhan orang meninggal syahid.

"Kami mengecam apa yang menimpa masyarakat sipil dan orang luka. Kami mengungkapkan kepedihan kami atas berlanjutnya pertumpahan darah rakyat Suriah," ujar Rasyiq.

Sementara itu, Jubir Hamas dalam pernyataan persnya hari Ahad (1/5) mengatakan, "kami mengutuk apa yang terjadi di Alepo Suriah. Itu merupakan pembantaian berdarah yang mengakibatkan puluhan orang meninggal dan lainya luka-luka."

Sejak 21 April kemarin, kota Alepo dihujani roket-roket rezim Suriah dan tentara Rusia. Tidak ada rumah sakit yang bisa menampung mereka, menyusul kondisi kemanusiaan di sana.

Inilah yang menyebabkan PBB mengungkapkan kekhawatirannya dan menganggap pembantian tersebut sebagai pelanggaran secara terang-terangan terhadap undang-undang internasional soal kemnanusiaan.


Seperti Rusia, Netizen Pro-Rezim Assad Indonesia Gagal 
Serang Mujahidin Suriah

Rumah Sakit Dabith pasca dibom rezim Assad (Foto: Abdullah Hadi)
Rumah Sakit Dabith pasca dibom rezim Assad (Foto: Abdullah Hadi)
Ketika dunia ramai-ramai melirik Aleppo yang berdarah, pihak rezim dan sekutunya menggencarkan counter-attack dan playing victim dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan membuat insiden pengeboman rumah sakit tandingan Al-Quds Aleppo. Mereka juga menyebarkan berita bahwa penyerangan mematikan itu dilakukan oleh Mujahidin Suriah. Hal ini kemudian diikuti pihak proxi rezim di Indonesia, salah satunya bernama Abdullah Ade, namun kembali, atas kuasa Allah Ta’ala usaha makar tersebut tidak berhasil, seperti kegagalan Rusia.
Pada Rabu (4/5/2016), Hadi Abdullah, jurnalis revolusi Suriah melaporkan bahwa rumah sakit yang berada di wilayah kontrol rezim di Hayy Dhabith terkena serangan roket. Dilaporkan bahwa media rezim komunis syiah Suriah dan pendukungnya melayangkan tuduhan bahwa mujahidin sebagai pelakunya. Mereka mengarang cerita bahwa mobil berpeledak kelompok pemberontak menghantam rumah sakit tersebut. Padahal tidak ada bukti nyata dari tuduhan ini.
Tuduhan juga telah ditepis oleh kelompok perlawanan di Aleppo. Mujahidin sudah menyatakan tidak akan menjadikan penduduk sipil yang berada di bawah kekuasaan rezim assad sebagai target serangan.
“Lalu siapa pelakunya? Tidak lain tidak bukan adalah kelakuan milisi bedebah Assad sendiri. Dilihat dari lokasi kerusakan dan datangnya roket adalah dari arah barat rumah sakit. Sementara jarak terdekat dari wilayah yang dibebaskan di wilayah barat mujahidin adalah kurang lebih 6 KM. Dan ini mustahil dilakukan mujahidin,” ujar Hadi, seperti dikutip relawan MMS, Cak Ihsanul Faruqi.
Tujuan dari rezim melakukan serangan di wilayahnya sendiri adalah untuk mengalihkan isu kebiadaban yang beberapa hari ini mereka lakukan terhadap Ahlussunnah sipil di Aleppo. Juga mereka tengah berusaha melakukan playing victim di hadapan dunia internasional.
Pro-Assad Indonesia Beo Rusia

Langkah playing victim dan pengelakan juga dilakukan proxi Syiah di Indonesia dengan mengerahkan “pasukan media sosialnya.”

Serangan proxi Assad ini menjamur saat lini masa berbagai media sosial dipenuhi aksi simpati berbagai kalangan peduli kemanusiaan Suriah lintas SSARA dengan tanda-pagar #AleppoIsBurning guna menyerukan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat dunia agar menolong Aleppo yang difatwakan Mufti pro-Assad untuk dimusnahkan. Mereka dengan berani memutarbalikkan fakta di lapangan dengan menuduh pejuang revolusi sebagai pihak yang menyebabkan krisis kemanusiaan di Aleppo saat ini.
counter-attack netizen pro-Assad yang gagal
counter-attack netizen pro-Assad yang gagal
Termasuk dalam operasi playing victim kali ini berupa pembelokkan fakta penyerangan Rumah Sakit Dabith yang dilaporkan jurnalis Hadi Abdullah di atas. Adalah Abdullah Ade yang dikenal sebagai kubu Syiah yang menyusupi ormas Islam raksasa Aswaja mengatakan bahwa Jabhah Nushrah merupakan pihak yang menyerang RS Dabith.
Kali ini, Abdullah Ade malah memperlihatkan aibnya sendiri yang tidak memahami geopolitik dan faksi jihad Suriah dengan menyebut pelaku pengeboman RS Dabith adalah Jabhah Nushrah sambil mencatut foto sembarang faksi Jihad Jaysul Islam, atau lebih tepatnya lagi “ketahuan bahwa dia tidak bisa membaca huruf Hijaiyah.”
Dengan demikian, hal ini mempbuktikan bahwa upaya counter-attack proxi Syiah di media sosial Indonesia tidak membuahkan hasil. Namun, sebagai antisipasi, kita sebagai ahlussunnah harus lebih berhati-hati dalam memilih berita terkait Jihad Suriah khususnya dan berita dunia Islam umumnya, agar tidak salah dalam keberpihakan dan terus menyampaikan kebenaran kepada masyarakat di Indonesia.
Red: Adiba Hasan

Mengelak Pengeboman RS Aleppo, Kemenhan Rusia Malah Bongkar Aib Sendiri Targetkan Warga Sipil


Foto satelit RS Al-Quds Aleppo 29/4/2016 pasca pengeboman
Foto satelit RS Al-Quds Aleppo 29/4/2016 pasca pengeboman

Kementerian Pertahanan Rusia telah membantah laporan relawan kemanusiaan bahwa pasukan Rusia menggencarkan serangan udara pada 27 April di sebuah rumah sakit di Suriah Aleppo, seperti dikatakan juru bicara Kementerian Pertahanan Igor Konashenkov, Rabu (4/5/2016). Namun keterangan foto yang disampaikannya malah membongkar spionase Rusia untuk menargetkan sarana publik, termasuk Rumah Sakit Al-Quds di Aleppo.

Pemberitaan tentang pengeboman RS Al-Quds oleh MSF
Pemberitaan tentang pengeboman RS Al-Quds oleh MSF

April lalu, lembaga kemanusiaan internasional Doctors Without Borders (MSF) mengatakan bahwa 50 orang tewas dalam satu serangan udara rezim dan sekutunya yang menghantam rumah sakit al-Quds di kota Suriah Aleppo.
Berita tentang pengeboman rumah sakit Al-Quds dilansir oleh banyak media internasional. Berbagai media mengatakan tragedi kemanusiaan itu sebagai bukti kegagalan gencatan senjata Suriah Rusia dan AS.
Menyangkal kenyataan itu, Konashenkov mengatakan, “…Kami memeriksa informasi ini, dan hari ini kami akan menunjukkan kepada Anda gambaran nyata berdasarkan data (satelit) pengintai.”
Kemenhan itu kemudian memperlihatakan gambar pertama yang secara jelas menunjukkan rumah sakit yang hancur, seperti diketahui publik dari berbagai media pro-revolusi.
Sambil menunjukkan foto hasil pengintaian Rusia yang diambil pada 29 April itu, dia mengaku, “Ini adalah fakta yang tak terbantahkan tidak ada yang menyangkal.”
Lalu dia menyandingkannya dengan gambar kedua yang diakuinya sebagai foto hasil pengintaian satelit Rusia yang menggambarkan gedung rumah sakit dengan kerusakan di tempat-tempat identik dengan foto pertama, namun, yang satu ini ujarnya diambil pada Oktober 2015.

Foto hasil pengintaian Rusia pada Oktober 2015 terhadap RS Al-Quds
Foto hasil pengintaian Rusia pada Oktober 2015 terhadap RS Al-Quds

“Foto-foto ini jelas menunjukkan bahwa semua dugaan ‘saksi mata’ tentang sebuah serangan udara di rumah sakit (Al-Quds) adalah palsu. Komentar lebih lanjut tidak diperlukan,” kata Konashenkov.
Tanpa menyadarinya, Kemenhan Rusia itu telah melakukan sebuah logical fallacy, karena foto kedua yang ditampilkan ternyata sama persis hingga ke detil kerusakannya, namun diambil dari sudut penginderaan yang berbeda. Lebih fatal lagi, dengan mengakui bahwa ini diambil dengan satelit pengintai pada Oktober 2015, berarti Rusia mengaku kepada dunia bahwa sudah melakukan pengintaian terhadap RS Al-Quds sejak tahun lalu.
Ini menunjukkan bahwa pada titi mangsa tersebut Rusia telah pernah mentargetkan lokasi yang sama dengan sudut pengintaian serupa. Alih-alih berhasil menutupi pengelakannya, Rusia telah membongkar kejahatannya sendiri dengan menargetkan Rumah Sakit Al-Quds sebagai sarana publik yang digunakan warga sipil.
Atas serangan itu, sumber-sumber lokal menyalahkan pemerintah Suriah dan Rusia, yang mendukung Presiden Bashar Assad. Namun, tanpa malu, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa pesawat militer Rusia tidak melaksanakan serangan udara di Suriah pada hari-hari terakhir, sementara Syiah Damaskus menyalahkan pihak oposisi sebagai “kelompok teroris” yang melakukan pengeboman.
Red: Adiba Hasan

Menggelikan, Jenderal Rusia tuduh Jabhah Nushrah telah menyerang kamp pengungsi yang hancur karena serangan udara di Idlib

Sabtu, 29 Rajab 1437 H / 7 Mei 2016 07:00
Jenderal Rusia, Igor Konashenkov pada Jum’at (6/5/2016) menuduh Mujahidin Jabhah Nushrah telah menargetkan kamp pengungsi yang terletak di pedesaan utara Idlib dengan serangan udara. Sebuah klaim menggelikan yang sangat tidak berdasar.
Kantor berita Rusia Interfax mengutip pernyataan Konashenkov yang mengatakan: “Melihat kehancuran kamp yang terletak di dekat kota Sarmada, menunjukkan bahwa Jabhah Nushrah mungkin sengaja atau tidak sengaja melancarkan pemboman”.
Menurut puluhan kesaksian dari para pengungsi yang selamat dalam serangan pengecut tersebut, setelah menargetkan kamp, jet tempur menargetkan tenda-tenda pengungsi dengan empat rudal yang membunuh dan melukai puluhan orang, lansir ElDorar AlShamia.
Pernyataan oleh Jenderal Rusia datang beberapa hari setelah media Rusia, Russian TV mempublikasikan video pembantaian yang dilakukan oleh jet tempur rezim Asad di lingkungan Aleppo, mendorong aktivis Suriah untuk menyindir Rusia dengan pertanyaan: “Apakah Rusia akan segera mengklaim salah satu jet tempur Jabhah Nushrah yang telah melakukannya?”
Seperti diketahui, dalam perang Suriah, hanya pasukan rezim Nushairiyah dan sekutunya Rusia, serta pasukan koalisi pimpinan AS yang melancarkan serangan menggunakan jet tempur dan sering dengan sengaja menargetkan lokasi-lokasi sipil. (haninmazaya/arrahmah.com)

Rezim Suriah Tidak Terima Dituduh Serang Kamp Pengungsi di Idlib??

MILITER Suriah Jumat kemarin (6/5/2016) membantah keterlibatan mereka dalam serangan udara yang menewaskan sedikitnya 28 warga sipil di sebuah kamp pengungsi dekat perbatasan Turki, media pemerintah mengatakan.
“Tidak ada kebenaran dalam informasi yang beredar di beberapa media bahwa angkatan udara Suriah menargetkan kamp pengungsi di provinsi Idlib pada hari Kamis,” kantor beritaSANA mengutip pernyataan pihak militer.
Rezim Suriah justru balik menuduh bahwa pejuang oposisi lah yang menyerang warga sipil, AFP melaporkan.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, mengatakan perempuan dan anak-anak termasuk di antara 28 warga sipil yang tewas di kamp di desa Al-Kammouna.
Mamun al-Khatib, direktur kantor berita pro-pejuang Shahba Press yang berbasis di Aleppo, menuduh pesawat rezim yang menembakkan rudal ke kamp tersebut.
Amerika Serikat dan Uni Eropa mengecam serangan itu, sementara pejabat bantuan PBB menuntut adanya penyelidikan segera.[fq/islampos]

Ban: DK PBB Harus Ambil Tindakan atas Serangan Kamp 
Pengungsi Suriah

SEKRETARIS Jenderal PBB Ban Ki-Moon Jumat kemarin (6/5/2016) mengatakan bahwa harus ada konsekuensi serius untuk serangan terhadap sebuah kamp pengungsi di Suriah, lapor Anadolu Agency.
Ban sangat marah dengan serangan di kamp pengungsi dekat desa Suriah Sarmada di provinsi Idlib pada Kamis lalu yang menewaskan sedikitnya 28 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.
Kamp itu merupakan rumah bagi pengungsi Suriah dari Aleppo, Idlib dan Latakia. Jarak kamp kira-kira 20 kilometer (12 mil) selatan dari perbatasan Turki dan sekitar 30 kilometer (20 mil) sebelah barat Aleppo.
Dalam pernyataannya Ban juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk bertindak atas serangan tragis tersebut.
“Mereka yang bertanggung jawab atas serangan kemarin tampaknya sengaja menargetkan warga sipil di kamp Idlib dan ini bisa merupakan kejahatan perang yang harus ada pertanggungjawabannya,” menurut pernyataan Ban.
Ban menambahkan bahwa PBB telah bekerja dengan mitra kemanusiaan untuk menilai kebutuhan dan memobilisasi respon untuk keluarga yang melarikan diri dari kamp itu karena takut adanya serangan lebih lanjut.[fq/islampos]