Friday, January 27, 2017

Mengungkap Pembunuh Husein Radhiyallahu 'Anhuma Ala Syi'ah (Kitab Syi’ah)

Hasil gambar untuk karbala

Syi’ah kufah memanggil Husain dengan berjanji bahwa mereka akan berbai’at kepada Husain, ternyata justru mereka membunuh Husain radhiyallahu anhu. Disebutkan dalam kitab syi’ah “Al-Irsyad” milik pendeta mereka “Asy-Syaikh Al-Mufiid”:

وكتبوا إليه: بسم الله الرحمن الرحيم، للحسين بن علي من شيعته من المؤمنين والمسلمين. أما بعد: فحي هلا، فإن الناس ينتظرونك، لا رأي لهم غيرك، فالعجل العجل، ثم العجل العجل، والسلام

“Dan mereka menulis kepada Husain: Bismillahirrahmanirrahiim. Untuk Husain bin Ali dari syi’ahnya, dari kaum mu’minin dan muslimin. Amma ba’du: Segera bergegaslah, sesungguhnya orang-orang sudah menunggumu. Mereka tidak memiliki pendapat kecuali engkau. Maka segeralah, segeralah. Wassalam” (Al-Irsyad milik Al-Mufid 2/38)
وكتب شبث بن ربع وحجار بن أبجر ويزيد بن الحارث بن رويم و عروة بن قيس، وعمرو بن الحجاج الزبيدي و محمد بن عمرو التيمي: أما بعد: فقد اخضر الجناب وأينعت الثمار، فإذا شئت فاقدم على جند لك مجند، والسلام

“Dan Syibts bin Rib’i dan Hajjar bin Abjar dan Yazid bin Al-Harits bin Ruaim dan Urwah bin Qais dan ‘Amr bin Al-Hajjaj Az-Zabidi, dan Muhammad bin Amr At-Taimiy, mereka menulis: Amma ba’du: Taman-taman telah menghijau dan buah-buah telah matang, dan jika engkau berkehendak maka datanglah untuk menyambut pasukanmu yang telah disiapkan” (Al-Irsyad milik Al-Mufid 2/38)

Ketika Husain datang kepada mereka dalam rangka menyambut undangan Syibts bin Rib’i, dan lainnya dari syi’ah Kufah, ternyata mereka siap untuk membunuh Husain. Dan mereka pura-pura tidak tahu dengan surat yang mereka tulis.

Disebutkan dalam kitab yang sama, Husain radhiyallahu anhu berkata:
يا شبث بن ربعي، يا حجار بن أبجر، يا قيس بن الاشعث، يا يزيد بن الحارث، ألم تكتبوا إلي أن قد أينعت الثمار واخضر الجناب، وإنما تقدم على جند لك مجند ؟ ! " فقال له قيس بن الاشعث: ما ندري ما تقول

“Wahai Syibts bin Rib’i, wahai Hajjar bin Abjar, Wahai Qais bin Al’Asy’ats, wahai Yazid bin Al-Harits, bukankah kalian telah mengirim surat untukku “bahwasanya buah-buah telah matang dan taman-taman telah menghijau dan datanglah untuk menyambut pasukanmu yang besar yang telah disiapkan ?!” Maka Qais bin Al-Asy’ats mengatakan: “Aku tidak tahu apa yang engkau katakan” (Al-Irsyad 2/98)

Dan diantara mereka pula ada Syamr bin Dzii Al-Juusyan, dia adalah syi’ah Ali yang ikut berperang bersama Ali radhiyallahu anhu pada peperangan Shiffin dan dia adalah orang yang mengundang Husain, namun setelah itu justru dia yang memerangi dan membunuh Husain.

Disebutkan dalam Al-Amali miliki Ash-Shaduq:
فبلغ عبيد الله بن زياد أن عمر بن سعد يسامر الحسين (عليه السلام) ويحدثه ويكره قتاله، فوجه إليه شمر بن ذي الجوشن في أربعة آلاف فارس

“Maka sampailah berita kepada Ubaidullah bin Ziyad bahwasanya Umar bin Sa’d berbicara kepada Husain alaihissalam, dan dia mengatakan bahwasanya dia tidak ingin membunuh Husain. Maka Syamr bin Dzii Al-Juusyan pergi memerangi Husain dengan 4000 pasukan berkuda” (Al-Amali milik Ash-Shaduq hal. 220)

Dan Syamr bin Al-Jusyaan termasuk orang yang membawa kepala Husain dan para kawanan beliau.

Ketika mereka akan membunuh Husain dan pura-pura tidak tahu dengan surat yang mereka tulis, maka Husain mengeluarkan bukti-bukti dari surat yang mereka tulis.

Disebutkan dalam Al-Irsyad milik Al-Mufiid :
فكان رأيكم الآن غير ما أتتني به كتبكم وقدمت به علي رسلكم، انصرفت عنكم ". فقال له الحر: أنا والله ما أدري ما هذه الكتب والرسل التي تذكر، فقال الحسين عليه السلام لبعض أصحابه: " يا عقبة بن سمعان، أخرج الخرجين اللذين فيهما كتبهم إلي " فأخرج خرجين مملوءين صحفا فنثرت بين يديه

“Sekarang pikiran kalian telah berubah, tidak seperti apa yang datang dari surat-surat kalian dan tidak seperti apa yang datang dari utusan-utusan kalian kepadaku. Maka Al-Hurr berkata: Saya demi Allah tidak tahu apa yang terjadi pada surat-surat dan utusan tersebut yang engkau sebut. Maka Husain berkata kepada sebagian kawannya: “Wahai ‘Uqbah bin Sam’an keluarkan 2 kantong yang di dalamnnya adalah surat-surat mereka yang datang kepadaku. Maka ‘Uqbah mengeluarkan 2 kantong yang penuh dengan lembaran maka lembaran-lembaran tersebut terserakkan dihadapannya” (Al-Irsyad milik Al-Mufid 2/80)

Ketika Husain tetap diingkari, maka Husain berdoa melaknat para syi’ah yang telah berkhianat kepadanya.

Husain radhiyallahu anhu berdoa melaknat syiah yang telah mengkhianati beliau :

اللهم إن متعتهم إلى حين ففرقهم فرقا واجعلهم طرائق قددا ولا ترض عنهم الولاة أبدا فإنهم دعونا لينصرونا فعدوا علينا فقتلونا

“Ya Allah, jika engkau membiarkan mereka hidup beberapa waktu, maka cerai beraikanlah mereka dengan benar-benar berpecah. Dan jadikanlah mereka menjadi beberapa jalan. Dan jadikan para pemimpin ridha terhadap mereka selama-lamanya. Sesungguhnya mereka memanggil kami dengan berjanji untuk menolong kami, tapi justru mereka memusuhi kami dan membunuh kami” (Al-Irsyad Al-Mufid 2/110-111)

Al-Hurr yang benar-benar tidak tahu surat yang ditulis, maka Al-Hurr seketika berpihak kepada Husain.

Dan Al-Hurr berkata kepada para pasukan:
 
أدعوتم هذا العبد الصالح حتى إذا جاءكم أسلمتموه وزعمتم انكم قاتلو أنفسكم دونه ثم عدوتم عليه لتقتلوه أمسكتم بنفسه وأخذتم بكظمه وأحطتم به من كل جانب لتمنعوه التوجه في بلاد الله العريضة حتى يأمن ويأمن أهل بيته فصار كالأسير في أيديكم لا يملك لنفسه نفعا ولا ضرا وحلأتموه ونساءه وصبيته وأصحابه عن ماء الفرات الجاري

“Apakah kalian memanggil hamba shalih ini sampai dia datang kepada kalian kemudian kalian memusuhinya untuk kalian bunuh dan kalian tahan dirinya dan kalian mengurungnya dari setiap penjuru sampai kalian mencegahnya untuk sampai kepada negara Allah yang luas sehingga dia bisa aman dan ahlu baitnya (keluarganya) bisa aman. Akan tetapi kalian jadikan dia seperti tawanan di tangan kalian yang dia tidak memiliki manfaat dan madharrat untuk dirinya. Dan kalin tahan dia dan istri-istrinya dan anak-anaknya dan kawanannya dari air sungai Effrat yang mengalir” (A’yaan Asy-Syi’ah 4/613)

Ketika Husain bin Ali radhiyallahu anhuma telah terbunuh akibat pengkhianatan orang-orang syi’ah Kufah, maka mulailah orang-orang syi’ah pura-pura menangis (dan di zaman ini sering kita lihat acara sandiwara mereka di hari kematian Husain radhiyallahu anhu).

Maka Ali bin Husain (yang dikenal dengan Zainal Abidin) berkata:
ان هؤلاء يبكون علينا فمن قتلنا غيرهم

“Mereka menangis meratapi nasib kami, tapi siapa lagi yang membunuh kami kecuali mereka?” (Al-Ihtijaj milik Ath-Thabarsi 2/29)

Ali bin Husain marah kepada syi’ah yang pura-pura menangis, maka Ummu Kultsum pun juga marah kepada syiah yang pura-pura menangis.
 
صه يا أهل الكوفة تقتلنا رجالكم وتبكينا نساؤكم فالحاكم بيننا وبينكم الله يوم فصل القضاء

“Diamlah wahai penduduk Kufah. Para suami kalian membunuh kami. Dan istri-istri kalian malah menangis meratapi nasib kami ?! Maka hakim antara kami dan kalian adalah Allah pada hari kiamat nanti” (Bihar Al-Anwar 45/115)

Inilah riwayat-riwayat tentang kisah tragedi terbunuhnya Husain r.a. dimana riwayat-riwayat tersebut diambil dari kitab-kitab syi'ah sendiri.

Lalu siapakah mereka itu ?

Mereka yang terlibat pembunuh Husain r.a. adalah antara lain :

1. Syabats bin Rib’iy, Al Ijliy memasukkannya dalam kitab Ma’rifat Ats Tsiqat dan mengatakan :
 
شبث بن ربعي من تميم هو كان أول من أعان على قتل عثمان رضي الله عن عثمان وهو أول من حرر الحرورية واعان على قتل الحسين بن علي

Syabats bin Rib’iy dari Tamiim, ia adalah orang pertama yang membantu dalam pembunuhan Utsman [radiallahu ‘anhu], dan orang pertama yang melepaskan [dari] Al Haruuriyah dan membantu dalam pembunuhan Husain bin ‘Aliy [Ma’rifat Ats Tsiqat Al Ijliy 1/448 no 714]

Ibnu Hajar menyebutkan bahwa ia termasuk salah satu perawi hadis dalam kitab Sunan Abu Dawud [Tahdziib At Tahdziib 3/131 no 3203]. Diantara ulama yang memujinya adalah Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat seraya berkata “yukhti’u” [Ats Tsiqat Ibnu Hibban 4/371].

Kemudian Ibnu Abi Hatim berkata :
شبث بن ربعى روى عن على وحذيفة روى عنه محمد بن كعب وسليمان التيمى سمعت ابى يقول ذلك وسألته عنه فقال: حديثه مستقيم لا اعلم به بأسا، والذى روى انس عنه يقال ليس هو هذا

Syabats bin Rib’iy meriwayatkan dari ‘Aliy dan Hudzaifah, telah meriwayatkan darinya Muhammad bin Ka’ab dan Sulaiman At Taimiy. Aku mendengar ayahku mengatakan hal itu. Dan aku bertanya kepadanya tentangnya maka ia berkata “hadisnya lurus tidak ada masalah padanya, ia adalah orang yang Anas telah meriwayatkan darinya, dan dikatakan bukan orang ini. [Al Jarh Wat Ta’dil Ibnu Abi Hatim 4/388 no 1695]

2. Umar bin Saad bin Abi Waqqas, Al Ijliy berkata :
عمر بن سعد بن أبي وقاص مدني ثقة كان يروي عن أبيه أحاديث وروى الناس عنه وهو الذي قتل الحسين قلت كان أمير الجيش ولم يباشر قتله

‘Umar bin Sa’d bin Abi Waqaash orang madinah yang tsiqat, ia meriwayatkan dari ayahnya hadis-hadis dan orang-orang telah meriwayatkan darinya, ia adalah orang yang membunuh Husain. [Al Haitsamiy] aku berkata “ia pemimpin pasukan dan tidak secara langsung membunuhnya” [Ma’rifat Ats Tsiqat 2/166-167 no 1343].

Ibnu Hajar menyebutkan bahwa ‘Umar bin Sa’d termasuk perawi hadis kitab Sunan Nasa’iy dan menyatakan tentangnya bahwa ia seorang yang shaduq. [Taqriib At Tahdziib Ibnu Hajar no 4937].

3. Sulaiman bin Shurad Al Khuzaa’iy dan dia adalah sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahkan meriwayatkan hadis dalam kutubus sittah. Ibnu Sa’d ketika menuliskan biografinya mengatakan :
وشهد مع علي بن أبي طالب عليه السلام الجمل وصفين كان فيمن كتب الى الحسين بن علي أن يقدم الكوفة فلما قدمها أمسك عنه ولم يقاتل معه

Dan dia bersama ‘Aliy bin Abi Thalib [‘alaihis salaam] pada perang Jamal dan perang Shiffiin, dia termasuk diantara orang yang menulis surat kepada Husain bin ‘Aliy agar datang ke Kufah, maka ketika Beliau datang ia menahan darinya dan tidak berperang bersamanya…[Thabaqat Ibnu Sa’d 5/196 no 855]

Ibnu Hajar menyebutkan dalam kitabnya Tahdziib At Tahdziib bahwa Sulaiman bin Shurad adalah sahabat Nabi dan termasuk perawi kutubus sittah [Shahih Bukhariy, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa’iy, Sunan Ibnu Majah, Sunan Tirmidzi].

4.  Al Musayyab bin Najabah Al Kuufiy
المسيب بن نجبة كوفي روى عن حذيفة وعلي وعنه أبو إسحاق السبيعي وأبو إدريس المرهبي قال أبو حاتم عن أبيه يقال إنه خرج مع سليمان بن صرد في طلب دم الحسين بن علي فقتلا سنة خمس وستين

Al Musayyab bin Najabah Al Kuufiy meriwayatkan dari Hudzaifah dan ‘Aliy, telah meriwayatkan darinya Abuu Ishaaq As Sabii’iy, Abuu Idriis Al Murhibiy. Abu Hatim berkata dari ayahnya dikatakan bahwa ia keluar bersama Sulaiman bin Shurad untuk menuntut darah Husain bin ‘Aliy maka keduanya terbunuh tahun 65 H [Tahdziib At Tahdziib Ibnu Hajar 6/280 no 7889]

Ibnu Hibban memasukkan Musayyab bin Najabah Al Fazaariy dalam kitabnya Ats Tsiqat [Ats Tsiqat Ibnu Hibbaan 5/437] dan Ibnu Hibban dalam kitab Masyaahiir ‘Ulamaa’ Al Amshaar berkata :
المسيب بن نجبة الفزاري من جلة الكوفيين قتله عبيد الله بن زياد يوم الخازر سنة سبع وستين

Al Musayyab bin Najabah Al Fazaariy termasuk diantara orang-orang Kufah yang mulia, Ubaidillah bin Ziyaad membunuhnya di hari Khaazar tahun 67 H [Masyaahiir ‘Ulamaa’ Al Amshaar hal 134 no 819]

Sulaiman bin Shurad Al Khuzaa’iy dan Al Musayyab bin Najabah Al Kuufiy dikenal sebagai Syi’ah ‘Aliy. Adz Dzahabiy menyebutkan hal ini dalam kitabny Tarikh Al Islaam :

وقد كان سليمان بن صرد الخزاعي، والمسيب بن نجبة الفزاري وهما من شيعة علي ومن كبار أصحابه خرجا في ربيع الآخر يطلبون بدم الحسين

Dan sungguh Sulaiman bin Shurad Al Khuzaa’iy dan Musayyab bin Najabah Al Fazaariy keduanya termasuk Syi’ah ‘Aliy dan termasuk sahabat utamanya, keduanya keluar pada bulan Rabii’ul Akhir untuk menuntut darah Husain…[Tarikh Al Islam Adz Dzahabiy 2/602]

5. Syamr bin Al-Jusyaan

6. Orang-orang yang melakukan ritual ratapan dan tangisan pertama kali. Ketika Husain bin Ali radhiyallahu anhuma telah terbunuh akibat pengkhianatan orang-orang syi’ah Kufah, maka mulailah orang-orang syi’ah pura-pura menangis (dan di zaman ini sering kita lihat acara sandiwara mereka di hari kematian Husain radhiyallahu anhu).

Maka Ali bin Husain (yang dikenal dengan Zainal Abidin) berkata:
ان هؤلاء يبكون علينا فمن قتلنا غيرهم

“Mereka menangis meratapi nasib kami, tapi siapa lagi yang membunuh kami kecuali mereka?” (Al-Ihtijaj milik Ath-Thabarsi 2/29).

Inilah antara lain nama personal yang terlibat dalam pembunuhan Husain r.a., diantara mereka ada shahabat Rasulullah saw, dan alhamdulillah mereka sudah bertaubat dengan cara menuntut darah Husain, hingga mereka terbunuh.

Diantara mereka ada pula putra-putra shahabat Rasulullah saw yang keadaan mereka adalah tsiqat.

Ada pertanyaan yang terlontar : bagaimana mungkin pembunuh bisa dipuji dengan tsiqat ?

Maka jawaban yang paling bagus adalah terdapat dalam kisah Nabi Musa a.s., dimana beliau pernah pula melakukan pembunuhan, walaupun demikian hal tersebut tidak menghalangi Alloh swt untuk mengangkat beliau sebagai Nabi-Nya.

Dan yang terakhir, diantara pembunuh Husain r.a. adalah nenek moyang dari orang-orang yang melakukan ritual ratapan dan tangisan di Karbala.

Siapa yang melakukan ritual tersebut ? Jawaban pastinya adalah : SYI'AH.

Kesimpulannya adalah : bahwa tidak salah bila dikatakan bahwa SYI'AH ikut berperan serta dalam pembunuhan Husain r.a.

Pembunuh Husain Radhiallahu'anhu Menurut Kitab Syi’ah

Juni 2015 01:56:28
Sebuah kesaksian atas pembunuhan Husain bin Ali yang kontroversial dikalangan Suni, ternyata telah disaksikan banyak orang Syiah, bahwa pembunuh itu masih satu almamater dengan Syiah. Tuduhan tuduhan Syiah yang ditujukan pada sunni, tertolaklah sudah dengan argumen Syiah sendiri tentang kematian Husain di Karbala. Sebagaimana yang umum di baca, bahwa Padang Karbala tempat pelaksanaan eksikusi Husain [cucu Nabi] yang dilakukan Suni, sebagaimana tertulis di kitab kitab mereka. tetapi dalam kitab mereka juga ada yang membuat kesaksian dengan menulis sejarah dan penjelasan sekitar pembunuh Husain. Ada dua sejarawan ahli dari kalangan Syiah, Mullah Baqir al-Majlisi Dan Qadhi Nurullah Syusytari menulis siapa sebenarnya pembunuh Husain. Dalam dua buku Sejarah yang berbeda, Majalisu al-Mu’minin danJilaau al-‘Uyun disebutkan: bahwa kematian Husain itu nyata dilakukan oleh Pentolan  Syiah, atas rekayasa yang dibuat bersama. PENGAKUAN PARA PEMBUNUH HUSAIN RADHIYALLAHU ‘ANHU Syiah Kufah telah mengakui bahwa merekalah yang membunuh Husain radhiyallahu anhu. Pengakuan Syiah pembunuh-pembunuh Husain radhiyallahu anhu ini diabadikan oleh ulama-ulama Syiah yang merupakan rujukan dalam agama mereka seperti Baqir al-Majlisi, Nurullah Syusytari, dan lain-lain di dalam buku mereka masing-masing. Mullah Baqir al-Majlisi, seorang ulama rujukan Syiah menulis, “Sekumpulan orang-orang Kufah terkejut oleh satu suara ghaib. Maka berkatalah mereka, “Demi Tuhan! Apa yang telah kita lakukan ini tak pernah dilakukan oleh orang lain. Kita telah membunuh “Penghulu Pemuda Ahli Surga” karena Ibnu Ziyad anak haram itu. Di sini mereka mengadakan janji setia di antara sesama mereka untuk memberontak terhadap Ibnu Ziyad tetapi tidak berguna apa-apa.” (Jilaau al-‘Uyun, halaman 430). Qadhi Nurullah Syusytari pula menulis di dalam bukunya Majalisu al-Mu’minin bahwa setelah  sekian lama (lebih kurang 4 atau 5 tahun) Husain radhiyallahu ‘anhu terbunuh, pemuka orang-orang Syiah mengumpulkan kaumnya dan berkata, “Kita telah memanggil Husain radhiyallahu anhu dengan memberikan janji akan taat setia kepadanya, kemudian kita berlaku curang dengan membunuhnya. Kesalahan kita sebesar ini tidak akan diampuni kecuali kita berbunuh-bunuhan sesama kita.” Dengan itu berkumpullah sekian banyak orang Syiah di tepi Sungai Furat sambil mereka membaca ayat (artinya), “Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang telah menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu.” (QS. Al-Baqarah: 54). Kemudian mereka berbunuh-bunuhan sesama mereka. Inilah golongan yang dikenali dalam sejarah Islam dengan gelar “at-Tawwaabun.” Sejarah tidak lupa dan tidak akan melupakan peranan Syits bin Rab’i di dalam pembunuhan Husain radhiyallahu anhu di Karbala. Tahukah Anda siapa itu Syits bin Rab’i? Dia adalah seorang Syiah tulen, pernah menjadi duta Ali radhiyallahu anhu di dalam peperangan Shiffin, dan senantiasa bersama Husain radhiyallahu ‘anhu. Dialah juga yang menjemput Husain radhiyallahu anhu ke Kufah untuk mencetuskan pemberontakan terhadap pemerintahan pimpinan Yazid, tetapi apakah yang telah dilakukan olehnya? Sejarah memaparkan bahwa dialah yang mengepalai 4.000 orang bala tentara untuk menentang Husain radhiyallahu anhu, dan dialah orang yang mula-mula turun dari kudanya untuk memenggal kepala Husain radhiyallahu anhu. (Jilaau al-Uyun dan Khulashatu al-Mashaaib, hal. 37). Masihkah ada orang yang ragu-ragu tentang Syiah-nya Syits bin Rab’i dan tidakkah orang yang menceritakan perkara ini ialah Mullah Baqir al-Majlisi, seorang tokoh Syiah terkenal? Secara tidak langsung hal ini berarti pengakuan dari pihak Syiah sendiri tentang pembunuhan itu. Lihatlah pula kepada Qais bin Asy’ats, ipar Husain radhiyallahu anhu, yang tidak diragukan tentang Syiahnya tetapi apa kata sejarah tentangnya? Bukankah sejarah menjelaskan kepada kita bahwa itulah orang yang merampas selimut Husain radhiyallahu anhu dari tubuhnya selepas pertempuran? (Khulashatu Al Mashaaib, halaman 192). KESAKSIAN AHLUL BAIT YANG SELAMAT DALAM TRAGEDI KARBALA Pernyataan saksi-saksi yang turut serta di dalam rombongan Husain sebagai saksi-saksi hidup di Karbala, yang terus hidup selepas peristiwa ini, juga membenarkan bahwa Syiahlah pembunuh Husain dan Ahlul Bait. Termasuk pernyataan Husain radhiyallahu anhu sendiri yang sempat direkam oleh sejarah sebelum beliau terbunuh. Husain radhiyallahu anhu berkata dengan menujukan kata-katanya kepada orang- orang Syiah Kufah yang saat itu tengah siaga bertempur melawan beliau, “Wahai orang-orang yang curang, zalim, dan pengkhianat! Kamu telah menjemput kami untuk membela kamu di waktu kesempitan, tetapi ketika kami datang untuk memimpin dan membela kamu dengan menaruh kepercayaan kepadamu, maka sekarang kamu justru menghunuskan pedang dendammu kepada kami dan kamu membantu musuh-musuh di dalam menentang kami.” (Jilaau al-Uyun, halaman 391). Beliau juga berkata kepada Syiahnya, “Binasalah kamu! Bagaimana mungkin kamu menghunuskan pedang dendammu dari sarung-sarungnya tanpa adanya permusuhan dan perselisihan yang ada di antara kamu dengan kami? Mengapa kamu akan membunuh Ahlul Bait tanpa adanya sebab?” (Jilaau al-Uyun, halaman 391). Ali Zainal Abidin putra Husain radhiyallahu anhu yang turut serta di dalam rombongan ke Kufah dan terus hidup selepas terjadinya peristiwa itu, juga berkata kepada orang-orang Kufah lelaki dan perempuan yang meratap dengan mengoyak-ngoyak baju mereka sambil menangis, dalam keadaan sakit beliau dengan suara yang lemah berkata kepada mereka, “Mereka ini menangisi kami. Bukankah tidak ada orang lain yang membunuh kami selain mereka?” (Al-Ihtijaj karya At Thabarsi, halaman 156). Pada halaman berikutnya Thabarsi, seorang ulama Syiah terkenal menukilkan kata-kata Imam Ali Zainal Abidin kepada orang-orang Kufah. Kata beliau, “Wahai manusia (orang-orang Kufah)! Dengan nama Allah aku bersumpah untuk bertanya kepada kamu, ceritakanlah! Tidakkah kamu sadar bahwa kamu mengirimkan surat kepada ayahku (mengundangnya datang), kemudian kamu menipunya? Bukankah kamu telah memberikan perjanjian taat setia kamu kepadanya? Kemudian kamu membunuhnya, membiarkannya dihina. Celakalah kamu karena amalan buruk yang telah kamu dahulukan untuk dirimu.” LAKNAT DAN KUTUKAN AHLUL BAIT ATAS SYIAH-NYA Husain radhiyallahu anhu mendoakan keburukan untuk golongan Syiah yang sedang berhadapan untuk bertempur dengan beliau, “Ya Allah! Tahanlah keberkatan bumi dari mereka dan cerai-beraikanlah mereka. Jadikanlah hati-hati pemerintah terus membenci mereka karena mereka menjemput kami dengan maksud membela kami tetapi sekarang mereka menghunuskan pedang dendam terhadap kami.” (Jilaau Al Uyun, halaman 391). Ternyata, nasib Syiah yang sentiasa diuber-uber di beberapa daerah dan negara-negara Islam di sepanjang sejarah membuktikan terkabulnya kutukan dan laknat Sayyidina Husain di medan Karbala atas Syiah. Beliau juga berdoa, “Binasalah kamu! Tuhan akan membalas bagi pihakku di dunia dan di akhirat… Kamu akan menghukum diri kamu sendiri dengan memukul pedang-pedang di atas tubuhmu dan mukamu akan menumpahkan darah kamu sendiri. Kamu tidak akan mendapat keberuntungan di dunia dan kamu tidak akan sampai kepada hajatmu. Apabila kamu mati, kelak sudah tersedia adzab Tuhan untukmu  di akhirat. Kamu akan menerima azab yang akan diterima oleh orang-orang kafir yang paling dahsyat kekufurannya.” (Mullah Baqir Majlisi – Jilaau Al Uyun, halaman 409). Peringatan hari Asyura pada tanggal 10 Muharram oleh orang-orang Syiah, di mana mereka menyiksa badan dengan memukuli tubuh mereka dengan rantai, pisau, dan pedang sebagai bentuk berkabung yang dilakukan oleh golongan Syiah, sehingga mengalir darah dari tubuh mereka sendiri juga merupakan bukti diterimanya doa Husain radhiyallahu anhu. Upacara ini dengan jelas dapat dilihat hingga sekarang di dalam masyarakat Syiah. Zainab, saudara perempuan Husain radhiyallahu anhu yang terus hidup selepas peristiwa itu juga mendoakan keburukan untuk golongan Syiah Kufah. Katanya, “Wahai orang-orang Kufah yang khianat, penipu! Kenapa kamu menangisi kami sedangkan air mata kami belum kering karena kezalimanmu itu. Keluhan kami belum terputus oleh kekejamanmu. Keadaan kamu tidak ubah seperti perempuan yang memintal benang kemudian diuraikannya kembali. Kamu juga telah mengurai ikatan iman dan telah berbalik kepada kekufuran… Adakah kamu meratapi kami, padahal kamu sendirilah yang membunuh kami? Sekarang kamu pula menangisi kami. Demi Allah! Kamu akan banyak menangis dan sedikit tertawa. Kamu telah membeli keaiban dan kehinaan untuk kamu. Tumpukan kehinaan ini sama sekali tidak akan hilang walau dibasuh dengan air apapun.” (Jilaau Al  Uyun, halaman 424). Saksi bisu sejarah, yang sengaja dicampakan oleh Syiah sendiri, padahal mengandung bukti bukti dan keterangan atau hujjah yang kuat dalam hal kasus pembunuhan "Husain". Itu menjadi sandaran kalau Husain memang digunakan sebagai tumbai untuk membesarkan Syiah. Sehingga populasi syiah di dunia ini besar, karena berhasil menanamkan sentimen terhada pembaca, padahal hanya gurauan fiktif Syiah untuk menggiring umat Islam terlepas dari agamnya.