Friday, January 27, 2017

Yang Mulia Raja Arab Saudi Salman Bin Abdul Aziz Al-Saud, Khadimul Haramain As-Syarifain, Akan Berkunjung Ke Negeri Ahlus Sunnah Indonesia. Gerombolan Kufar Syi’ah As-Saba Laknatullah Menampakan Kedengkiannya !!

Yang Mulia Raja Arab Saudi Salman Bin Abdul Aziz Al-Saud, Khadimul Haramain As-Syarifain

KBRI Riyadh matangkan “Mega Kunjungan” Raja Salman ke Indonesia

Jadi kunjungan bersejarah       
Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dipastikan akan berkunjung ke Indonesia Maret 2017 mendatang ( Insya Allah). Kunjungan bersejarah pernah dialami rakyat Indonesia sekitar 47 tahun lalu dimana Raja Faisal bin Abdul Aziz ke Indonesia pada Juni 1970 dan mendarat di Kemayoran saat itu.

Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel telah mendapatkan konfirmasi dari Chief Royal Protocol, Kepala Protokol Istana Kerajaan Arab Saudi terkait rencana Ziarah Tarikhiyyah atau Kunjungan bersejarah Raja Salman bin Abdulazis Al-Saud ke Indonesia yang juga punya sebutan resmi sebagai Khadimul Haramain as-Syarifain, atau Penjaga Dua Kota.

“Pada pertemuan kami dengan Kepala Protokol Kerajaan, Dr. Khaled bin Saleh al-Abbad telah disampaikan secara langsung konfirmasi dan kepastian kunjungan Raja Salman ke Indonesia pada awal Maret 2017 lengkap dengan susunan agendanya,” jelas Dubes Maftuh dalam siaran persnya, Rabu (25/1/2017).

Seminggu terakhir ini, bertempat di Royal Court Riyadh, Agus Maftuh Abegebriel secara maraton mengadakan pertemuan dengan Rais al-Marasim al-Malakiyyah atau Kepala Protokol Istana Raja untuk melakukan langkah-langkah persiapan dan pengaturan untuk rencana kunjungan bersejarah itu.

Duta Besar RI menyampaikan bahwa yang 1 bulan ini keluar masuk Diwan Malaki (Royal Court) tempat Raja berkantor dan tempat mematangkan semua kebijakan-kebijakan Raja termasuk salah satunya kebijakan penambahan kuota haji untuk Indonesia.

Maftuh memang langsung berinisiatif mengawal surat undangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Raja Salman untuk berkunjung ke Indonesia, sesaat dilantik jadi dubes. Namun, upayanya memang menemui dinamika yang menuntut kesabaran.

Dinamika rencana kunjungan Raja Salman ini mulai dirancang sejak 18 Mei 2016, yaitu ketika dia bertemu dengan Kepala Royal Protocol (al-Marasim al-Malakiyyah) Dr. Khaled Saleh al-Abbad di Istana Raja As-Salam Jeddah yang di setiap musim panas, Raja Salman berkantor di Istana tersebut. Ini cukup istimewa karena saat itu Maftuh belum menyerahkan “credential letter” kepada Raja Salman.

“Saya yakin ini adalah berkat sentuhan “Tangan Halus” Allah yang mengantarkan kepada takdir diplomatik saya,” kenang Maftuh yang rajin mengkampanyekan jargon diplomatik POROS SAUNESIA(Saudi-Indonesia) di setiap event diplomatik di Arab Saudi.

Gerombolan Kufar Syi’ah  As-Saba Laknatullah Menampakan Kedengkiannya !!

Pertemuan pertama dengan Kepala Protokol Kerajaan yang juga pejabat penting di Diwan Malaki (Royal Court) tersebut membuahkan hasil yaitu ketika dia diperlihatkan sebuah surat jawaban berkop warna hijau dari Raja Salman kepada Presiden Jokowi dengan diawali tulisan “ila fakhamatil akh al-aziz Joko Widodo” (Kepada Yang Mulia Sahabat Yang Agung Joko Widodo).

Kabar gembira ini langsung disampaikan kepada Presiden Jokowi di saat Dubes mendampingi kunjungan bisnis Miliarder Arab Saudi Pangeran Waleed bin Talal pemilik Citibank, Four Season dan Fairmont bertemu Presiden Jokowi di Istana Bogor 22 Mei 2016. Saat menyerahkan surat kepercayaan pada Raja Salman, Maftuh memanfaatkannya untuk mengajak Raja Salman berkunjung ke Indonesia.

“Beliau menjawab: Insya alloh fie al-waqt al-munasib, yasurruni zayaroh baladikum al-syaqiq (insya alloh dalam waktu yang tepat saya sangat senang untuk berkunjung ke negaramu yg masih bersaudara),” terang Dubes yang punya hobi blusukan tersebut.

Komunikasi dengan Diwan Malaki terus diintesifkan oleh Maftuh dan Protokol Kerajaan memberikan tiga opsi kunjungan yaitu minggu terakhir bulan Juli, Agustus atau September 2016. Namun sayang belum bisa terealisir di bulan-bulan tersebut. Di sisi lain, Presiden juga mendorong agar Maftuh segera merealisasikan kunjungan ini.

Pada akhirnya, dalam pertemuan mendadak di Diwan Malaki dipastikan tanggal dan agenda-agenda kunjungan Raja Salman. Dubes Agus Maftuh menjelaskan bahwa kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia akan menjadi momen dan tonggak bersejarah yang memiliki arti khusus dan bobot penting dalam kerangka hubungan bilateral kedua negara yang selama ini telah terjalin dengan erat dan kokoh.

Oleh karenanya, saat ini tengah digali dan memanfaatkan serta mengoptimalkan semua peluang kerjasama bilateral di berbagai bidang yang ada dan masih terbuka luas untuk peningkatan hubungan kedua negara. Juga dipersiapkan agenda berbobot yang tinggi, termasuk pembahasan sejumlah dokumen kerjasama yang akan disepakati dalam kunjungan dan pertemuan Raja Salman dengan Presiden RI.

Terkait jumlah rombongan yang akan menyertai kunjungan kenegaraan raja yang memiliki sebutan resmi sebagai Khadimul Haramain as-Syarifain, Dubes Agus Maftuh sejak awal telah mengindikasikan jumlah rombongan Raja sangat besar mengingat kunjungan ke Indonesia merupakan kunjungan pertama yang dilakukan Raja Salman ke Indonesia. Yang jelas ini akan jadi “Mega Kunjungan”.

“Arab Saudi merupakan negara besar dengan potensi pengembangan dan kerjasama ekonomi yang terbuka luas, khususnya sektor perminyakan. Arab Saudi dan Indonesia juga sama-sama menjadi anggota G-20. Oleh sebab itu, cukup banyak kalangan dunia usaha dan sektor swasta Arab Saudi yang juga berkeinginan untuk menjadi bagian dari kunjungan
Raja ke Indonesia,” imbuhnya.

“Dalam Pidato Raja Faisal bin Abdulaziz ketika berkunjung ke Indonesia tahun 1970 menegaskan bahwa persahabatan tulus antara Saudi dan Indonesia adalah sebuah kenyataan sejarah yang tidak bisa dipungkiri. Pengingkaran terhadap kenyataan ini adalah bagaikan mengingkari adanya matahari di siang bolong”, pesan 47 tahun yang lalu ini harus kita jadikan energi dahsyat untuk memperkokoh poros diplomasi SAUNESIA (Saudi-Indonesia),” pungkas Dubes yang pernah 27 tahun berkarir sebagai dosen di UIN Sunan Kalijaga tersebut.