Thursday, March 23, 2017

Begini Pidato Komandan Ahrar Al Sham Dan Hayat Tahrir Al Sham Saat Revolusi Suriah Masuk Tahun Ketujuh

Begini Pidato Komandan Ahrar al Sham dan Hayat Tahrir al Sham saat Revolusi Suriah Masuk Tahun Ketujuh

SURIAH (Jurnalislam.com) – Dua Komandan faksi jihad terbesar di Suriah Ahrar al Sham “Abu Ammar al-Omar” dan Hayat Tahrir al Sham (HTS) “Abu Jaber al Sheikh” menerbitkan dua pidato pada hari Jumat (17/03/2017) untuk menandai masuknya revolusi Suriah di tahun ketujuh, Eldorar Alshamia melaporkan Ahad (19/03/2017).

Komandan Ahrar al Sham “Abu Ammar al-Omar” mengatakan dalam sambutannya bahwa gerakan ini berusaha membangun sebuah entitas politik yang bersatu untuk mewakili rakyat Suriah, tidak kompromi pada prinsip-prinsip di bawah tekanan dari pihak manapun, dan mengatakan bahwa pembicaraan untuk solusi politik adalah sia-sia dan tanpa isi, dan setara antara pelaku dan korban.

Dia menambahkan bahwa banyaknya entitas yang mewakili revolusi politik, yang sebagian besar tanpa kebebasan pengambilan keputusan telah membuat rezim Nushairiyah Assad menjadi penerima keuntungan paling besar.

Dia mencatat dalam pidatonya bahwa gerakan perjuangan memiliki banyak kesalahan, tetapi mereka sekarang lebih mendekati reformasi daripada sebelumnya dan menekankan bahwa hal itu tidak akan memberikan manfaat bagi gerakan melainkan akan mendahulukan kepentingan rakyat, bahkan jika pembubaran gerakan akan memberikan kontribusi untuk mengurangi rasa sakit rakyat, maka gerakan akan dibubarkan.

Al-Omar mengkonfirmasi tekad gerakan persatuan dan memanggil ulama, warga sipil dan personel militer dalam pertemuan darurat untuk membahas situasi saat revolusi dan cara-cara untuk menyatukan barisan.

Sementara Komandan Umum HTS “Abu Jaber Al-Sheikh,” mengumumkan pada sambutannya bahwa proyek HTS dibentuk dalam menanggapi tuntutan rakyat yang keluar melakukan unjuk rasa menuntut unifikasi (penyatuan) dan menuntut untuk masuk ke dalam sebuah serikat proyek demi mempercepat tercapainya tuntutan rakyat.

Abu Jaber menuduh negara-negara Friends of Syria berpihak pada fragmentasi dan mencegah persatuan menggunakan uang, sehingga para pejuang berubah menjadi seperti karyawan yang  mematuhi perintah dari pihak yang memberi uang dan senjata.

Al-Sheikh mencatat bahwa proyek HTS telah menyelesaikan masalah administrasi dan organisasi dan sekarang diposisikan untuk mengobarkan pertempuran pembebasan. Hal itu menunjukkan bahwa mereka telah bekerja untuk menyesuaikan garis internal dan memanfaatkan kader kelompok melalui prinsip partisipatif dan bukan penjatahan.

Al-Sheikh mengirim beberapa pesan. Yang paling penting adalah berterima kasih kepada “tentara revolusi”, pertahanan sipil serta organisasi kemanusiaan dan ambulans dan memanggil organisasi media dan jurnalis independen untuk memasuki daerah yang telah dibebaskan untuk melihat realitas situasi dan mendengarkan HTS.

Aktivis, politisi dan wartawan telah meluncurkan kampanye media menuntut agar Ahrar al-Sham mengadopsi bendera revolusi dengan menandai “bendera revolusi Ahrar al-Sham,” yang dihadiri oleh tokoh-tokoh terkenal dalam gerakan, terutama “Labib al Nahhas” kepala hubungan luar negeri politik gerakan, yang mengatakan di akun Twitter, “ini adalah bendera orang-orang Suriah yang bebas ketika menuntut kelahiran baru dari bangsa mereka, ini adalah bendera Suriah pada hari kemenangan revolusi kita, in sya Allah,” kemudian ia menambahkan: “bendera kita saat memberontak melawan penghinaan dan kain kafan bagi para syuhada kami, yang malu harus mempertimbangkan kembali proyeknya.”

Sementara itu, “Hussam Salama” seorang komandan di Ahrar al-Sham menganggap bahwa revolusi bendera adalah “bendera Islam menjadi bendera pertama yang dikibarkan menentang tiran, dan keluar dari masjid meneriakkan Allahu Akbar.”
Editor : Deddy Purwanto
Sumber : Al Shamia