Monday, March 19, 2018

Skenario Jahat Komunis Rusia (Bersama Syi’ah) : Negara Suriah (Syam) Bukan Negara Arab Maupun Muslim Serta Minta Hapus Pendidikan Agama Islam . Mirip Konspirasi Syi’ah Terhadap Khalifah Mustanshir. Turki Saat Ini Secara Terbuka Mendukung Assad Di Suriah ?

Hasil gambar untuk kejahatan rusia di suriah

Kepada Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami), Arrahmahnews Dan Media Rafidhah Lainnya , Silahkan Bantah Ratusan Artikel Dibawah Ini Secara Ilmiyah, Sistematis Dengan Counter Data Yang Rasional ! Propaganda Pendukung Rafidhah Bashar Assad Dimedsos Tidak Berkualitas (Sampah).
Kondisi Suriah Saat Ini, Hampir Sama Dengan Yang Dialami Syaikhul Islam Di Zamannya, Musuh Kembali Bersekutu, Sejak Dari Bangsa Mongol (Tar Tar), Berbagai Suku Turki, Persia, Orang-Orang Sejenis Dengan Mereka Yang Murtad, Dari Kalangan Kristen Armenia Dan Lain-Lain.

Masa Depan Suriah Dalam Skenario Rusia: Bukan Negara Arab Maupun Muslim

Bocoran dokumen yang dirancang Kremlin untuk Konstitusi baru Suriah tersebar di dunia maya. Dalam rancangan tersebut, negara Suriah bukan negara Arab maupun Muslim. Rancangan konstitusi tersebut diserahkan kepada perwakilan Bashar Al Asad maupun pihak oposisi.
Dokumen berisi 27 pasal yang merupakan perubahan dari konstitusi sebelumnya, terutama dalam kaitannya dengan identitas negara. Suriah tidak lagi disebut sebagai Republik Arab Suriah, namun dalam konstitusi baru hanya disebut Republik Suriah, menghapus identitas Arab dari nama negara.
Konstitusi yang diserahkan Rusia juga menyebutkan Suriah sebagai Republik “sekuler dan demokratis”, dan menghapus pasal sebelumnya yang menjadikan hukum Islam sebagai fondasi peraturan yang berlaku.
Jika sebelumnya, presiden harus beragama Islam sebagai wakil mayoritas rakyat Suriah, maka ketentuan tersebut dihapuskan.
Apa yang tampak sebagai serangan lebih jauh terhadap mayoritas penduduk Arab, konstitusis tersebut juga menyerukan adanya otonomi di wilayah-wilayah yang dikendalikan etnik Kurdi serta mensejajrkan bahasa Arab dan Kurdi, meskipun penduduk Kurdi merupakan etnik minoritas.
Menurut dokumen tersebut, pemerintah di Suriah tidak lagi menjadi pemerintahan sentralistik di Damaskus dan akan diwujudkan oleh parlemen yang terdiri atas pemerintahan regional provinsi yang terdesentralisasi.
Draft konstitusi ini jika terbukti asli jelas akan menyulut oposisi Suriah yang hanya akan melihat  Suriah “baru” sama dengan negara-negara boneka era Soviet ketimbang sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Rancangan ini juga akan menyulitkan rejim Assad karena dituduh mengkhianati identitas Arab dan menjadikan Suriah dibawah kendali Rusia, yang kini banyak dilihat sebagai kekuatan imperialis baru.

Bantu Syiah Assad, Rusia Minta Hapus Pendidikan Agama Islam dan Kata “Arab” dari Suriah

Seorang sumber anggota Parlemen Suriah mengungkapkan adanya permintaan Rusia untuk menghapus kurikulum pendidikan agama di Suriah, dan menggantikannya dengan mata pelajaran akhlak.
Nabil Saleh mengatakan bahwa, Parlemen Suriah saat ini membahas sejumlah amandemen konstitusi baru usulan dari pemerintah Rusia. Selain mengajukan penghapusan mata pelajaran agama, Rusia juga meminta menghapus nama Arab dari nama Negara Suriah, yaitu dari Republik Arab Suriah menjadi Republik Suriah.
Nabil menambahkan bahwa, pemerintah Kremlin juga meminta untuk menghapus kata Allah dari pernyataan sumpah resmi negara. Hal tersebut merupakan permintaan pertama Rusia untuk mengubah konstitusi Negara Suriah setelah pembangunan pangkalan militer di kota Hummaim.

Kini Turki Secara Telanjang Mendukung Assad 
si Pembantai Suriah

Meskipun sebelumnya memposisikan dirinya sebagai pendukung rakyat Suriah dalam melawan Assad, Erdogan kini mengungkapkan dukungan sesungguhnya bagi Rusia dan Suriah sesuai dengan rencana Amerika untuk wilayah itu. Reuters melaporkan:
“Rusia mengatakan bahwa pesawat-pesawat tempurnya telah bergabung dengan jet-jet Turki untuk pertama kalinya pada hari Rabu dengan menargetkan ISIS yang menguasai kota al-Bab di Suriah utara, yang menunjukkan bukti kerjasama yang semakin erat antara Moskow dan Ankara.”
Dan saat ini, Turki tanpa malu-malu secara terbuka mendukung Assad; menurut Reuters, pada hari Jumat:
“Turki tidak bisa lagi bersikeras meloloskan sebuah resolusi atas konflik di Suriah tanpa keterlibatan Presiden Bashar al-Assad, karena situasi di lapangan telah berubah secara dramatis", kata Wakil Perdana Turki Menteri Mehmet Simsek, pada hari Jumat.
Turki telah lama bersikeras bahwa Assad harus hengkang agar perdamaian yang berkelanjutan bisa dicapai di Suriah. Tetapi negara itu tidak ngotot sejak pemulihan hubungan yang baru dengan Rusia, yang mendukung para pemimpin Suriah, menjelang pembicaraan damai yang direncanakan di Kazakhstan minggu depan.
“Berkaitan dengan posisi kami pada Assad, kami kira rakyat Suriah yang menderita, jelas menyalahkan Assad. Tapi kita harus pragmatis, dan realistis, “kata Simsek pada sebuah diskusi panel mengenai Suriah dan Irak dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos.”
Setiap penguasa kita, pada gilirannya mengkhianati kesetiaan sejati, dan bukan kepada rakyat mereka sendiri. Erdogan tidak membawa apapun bagi umat Islam kecuali peperangan dan kehancuran dan melanjutkan rencana imperialis kafir Barat.

Setelah Resolusi Astana, Turki Secara Terbuka 
Dukung Assad di Suriah

Meskipun sebelumnya memposisikan dirinya sebagai "pendukung" rakyat Suriah dalam melawan Assad, Erdogan kini mulai terbuka dengan mengungkapkan dukungan sesungguhnya bagi Rusia dan Suriah.
"Rusia mengatakan bahwa pesawat-pesawat tempurnya telah bergabung dengan jet-jet Turki untuk pertama kalinya pada hari Rabu dengan menargetkan IS yang menguasai kota al-Bab di Suriah utara, yang menunjukkan bukti kerjasama semakin erat antara Moskow dan Ankara.", Reuters melaporkan.
Yang pada akhirnya, Turki tanpa malu-malu secara terbuka mendukung Assad dalam permasalahan konflik di suriah.
"Turki tidak bisa lagi bersikeras meloloskan sebuah resolusi atas konflik di Suriah tanpa keterlibatan Presiden Bashar al-Assad, karena situasi di lapangan telah berubah secara dramatis", kata Wakil Perdana Turki Menteri Mehmet Simsek, kepada Reuters pada Jumat (3/1/2017).
Turki telah lama bersikeras bahwa Assad harus hengkang agar perdamaian yang berkelanjutan bisa dicapai di Suriah. Akan tetapi, semenjak pemulihan hubungan yang baru dengan Rusia, yang mendukung para pemimpin Suriah ketika pertemuan di Astana, Turki mulai menampakkan kemunafikannya.
"Berkaitan dengan posisi kami pada Assad, kami kira rakyat Suriah yang menderita, jelas menyalahkan Assad. Tapi kita harus pragmatis, dan realistis", kata Simsek pada sebuah diskusi panel mengenai Suriah dan Irak dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos.
Kali ini, semakin jelaslah drama picisan yang dimainkan oleh Erdogan, tak cukup hanya membantu koalisi salibis, sekarang ia mulai fase baru dengan membantu Assad dalam menghancurkan umat Islam. [BNQ/RTR]

Turki: Tak Realistis Kesampingkan Assad 
dari Kesepakatan Suriah


Turki menunjukkan dukungannya terhadap kehadiran Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam kesepakatan soal Suriah. Turki mengatakan bahwa tidak lagi realistis untuk menuntut solusi dari konflik Suriah tanpa Presiden Bashar al-Assad. 

Ankara mengakui jika tahun lalu Assad adalah seorag diktator di Suriah. Tapi ini untuk pertama kalinya seorang pejabat senior Turki secara terbuka mengatakan tidak realistis untuk bersikeras mengesampingkan pemimpin yang diperangi itu untuk sebuah solusi.
"Kami harus pragmatis, realistis. Fakta-fakta di lapangan telah berubah secara dramatis," kata Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek pada Forum Ekonomi Dunia di Davos.

"Turki tidak bisa lagi bersikeras penyelesaian Suriah tanpa Assad. Hal ini tidak realistis," imbuhnya seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (21/1/2017).

Turki, kritikus vokal terhadap Assad, telah mendukung pemberontak oposisi Suriah berjuang untuk penggulingan sejak konflik yang kompleks itu dimulai dengan demonstrasi anti-pemerintah pada Maret 2011.

"Sejauh posisi kami yang dipusatkan terhadap Assad, kami berpikir jika penderitaan dan tragedi rakyat Suriah secara jelas harus disalahkan kepada Assad," tegasnya.

Di Davos, Simsek mengatakan harus ada awal di Astana untuk memastikan konflik berhenti. Turki dan Rusia menginisiasi pembicaraan intra Suriah di Ibu Kota Kazakhstan Astana.

"Untuk saat ini setidaknya pertempuran telah berhenti, itu sangat, sangat kritis karena itu menjadi awal mula bagi segalanya. Itu adalah proses untuk memastikan kita telah menerjemahkan jeda menjadi gencatan senjata, dan kemudian tentu saja pembicaraan biasa, yaitu menyelesaikan konflik," tukasnya.

Jangan Terpedaya "Gema Islam" Erdogan. Fakta, Dia (Bangsa Turki) Bersama Bangsa Majusi Iran (Syi’ah) Dan Bangsa Rusia (Komunis, Ortodoks) Berkonspirasi Membunuhi Ahlus Sunnah Syams (Arab). Apa Haknya Mereka (Bertiga) Mendefinisikan “Para Mujahidin Ahlus Sunnah Bangsa Arab Syam” Yang Harus Dibinasakan (License To Kill) ? Silahkan Bantah Fakta-Fakta Dibawah.
Konferensi Sochi, Manifestasi Kesepakatan Busuk Erdogan (Turki), Putin (Komunis Rusia), Hasan Rouhani (Syi’ah Iran) Untuk Menjajah Syam (Suriah). Mereka Mengeliminir Kekuatan Oposisi Paling Dominan (Mujahidin Ahlus Sunnah Syam). Hanya Antek-Antek Erdogan (FSA Sekuler) Yang Bisa Dipaksa Hadir Sebagai Barter Serangan Ke Afrin.
Kebohongan Erdogan Soal Jerusalem (Al Quds). Bersama Komunis Rusia Dan Majusi Syiah Iran Mengkavling Syam, Mengisolir Mujahidin Ahlus Sunnah Dan Mengamankan Jagal Terkeji Bashar Asaad. Bisa Dipercaya ?
Kenapa Erdogan Lembek (Tak Berdaya) Di Ghouta ? Karena Zona 'De-Eskalasi ' Jahat (Licence To Kill) Dan Barter Afrin Dengan Dua Penjahat Perang, Putin (Komunis Rusia) Dan Hassan Rouhani (Majusyi’ah Iran). Mereka Ekspansionis Non Arab Di Bumi Syam Seperti Bangsa Tartar.