Monday, January 12, 2015

Berani Sekali... Dedengkot Syi'ah Menghina Kitab Imam Bukhari di Markas Muhammadiyah

Silat Lidah Jalal Syiah, Kitab Imam Bukhari Pun Dicelanya di Markas Muhammadiyah
[ seperti dedengkot syi'i lainnya kerap membuat tasykik atau membuat upaya keragu-raguan terhadap sunnah. Arahnya mau menyerang Abu Hurairah RA. kelakuan si jallang seperti seperti tokoh syi'ah Mesir Hasan Syahatah ] 

kenapa Muhammadiyah kasih panggung ke si Jallang, dimana ghirahnya terhadap Imam Bukhari. tidak ada pembelaan terhadap kemuliaan Imam Bukhari  ? 
baca juga :
Islamedia.co -  “Saya dulu mengharamkan Mauludan. Saya Muhammadiyah. Tapi karena saya sering diundang di acara Muludan. Jadi ya sekarang saya menghalalkannya,” ujar Jalaludin Rahmat ringan, dalam acara peluncuran Jurnal Maarif di Aula Pusat Dakwah Muhammadiyah, selasa (13/1/2015).
 “Mufti Arab Saudi baru-baru ini mengatakan, bahwa mauludan itu dosa besar,” tutur Jalal dalam nada mengadu domba. “Menurut Mufti itu, dosanya itu lebih besar daripada zina dan pembunuhan,” kata Jalal melanjutkan provokasinya. [ tipikal syi’i laknatullah, arah bicaranya mengadu domba antar ahlu sunnah ]

Jalaludin juga bercerita soal kitab Al-Iqna. Ia mengutip pernyataan orang yang disebutnya ulama Al-Azhar, Muhammad Abdullah Nashir, bahwa kitab Al-Iqna berisi soal istinja, soal cebok, yang membolehkan pakai kertas taurat dan injil.
Tak hanya itu, Jalaludin juga menyebut bahwa kitab shahih Imam Bukhari itu memalukan umat Islam.
“Karena itu buku pertama yang memberi dorongan untuk melakukan terorisme,” ujar Jalal bermain aman, dengan cara mengutip perkataan ulama yang direferensinya itu.

Tudingan yang disebarluaskannya di acara bertema “Politik Kebhinekaan di Indonesia” itu, kontan memancing tanggapan peserta pada sesi tanya jawab.

Makmun Murod Al-Barbasy, yang dikenal sebagai Direktur Pusat Studi Islam dan Pancasila Universitas Muhammadiyah Jakarta, langsung angkat bicara setelah diberi kesempatan.
 “Saya mengkaji Al-Iqna juga waktu pesantren. Bahkan kitab itu dikaji di banyak pesantren di Indonesia. Setahu saya, memang ada soal tatacara istinja dengan kertas, tapi tidak ada soal kertas Turat dan Injil. Jadi ini klarifikasi untuk Kang Jalal,” tandas Makmun menegaskan. [ si jallang gemar taqiyah !! ]

Ketika gilirannya memberi balasan, Jalal kembali menerangkan bahwa itu didapatnya dari internet. “Google saja,” katanya. Ia sendiri kemudian mengaku tidak pernah membaca kitab itu, karena latar belakangnya bukan dari pesantren. “Saya ini Muhammadiyah. Tidak pernah baca kitab-kitab seperti itu. Kalau Muhammadiyah itu kan bacaannya kitab Al-Maraghi, kitab tafsir Rasyid Ridho, apa namanya itu, ehh, nah itu, Al-Manar,” ungkap Jalal berkelit.
Ia melanjutkan bahwa dirinya bersyukur kalau memang di kitab Al-Iqna yang ada di Indonesia, tidak ada penulisan soal kertas Taurat dan Injil untuk istinja.
“Karena dengan beitu berarti ulama-ulama kita di sini dulu sudah bijak, mengedit isi kitab yang tidak sesuai,” ujar Jalal.
“Bahkan kita memang harus mengedit ajaran-ajaran (yang fundamentalis) seperti itu,” lanjutnya.[islamedia/zamrud.kh]

Ada Jalaluddin Syiah di Markas Muhammadiyah?

Islamedia.co - “Saya masuk PDIP karena anjuran Muhammadiyah,” ujar Jalaluddin Rahmat seraya melanjutkan cerita dengan nada meledek.
 “Waktu itu, di tempat ini juga, ada dialog Sunnah-Syi'ah. Seorang pimpinan Muhammadiyah berkata kepada saya marah-marah “Jalal, kamu berhenti dakwah di Muhammadiyah. Mending masuk PDIP sana!”' lanjut Jalal sembari menirukan perkataan orang yang disebutnya pimpinan Muhmmadiyah itu.
“Jadi ya, sekarang saya ada di PDIP!” ujar Jalal ditingkahi seringai senyum seperti merasa menang.
Jalal berbicara di hadapan peserta acara peluncuran Jurnal Maarif, pada Selasa (13/1/2015) malam. Puluhan orang memenuhi kursi yang tersedia di Aula Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya 62 itu.
 “Saya masuk politik ini membawa ideologi,” tandas Jalal berulang-ulang. Dengan kata terputus-putus, ia mengaku ingin menegakkan NKRI yang penuh kebhinekaan.
 Saya akan memperjuangkan kepentingan minoritas. Mungkin untuk kepentingan saya sendiri, karena Syi'ah itu minoritas. Tapi juga untuk kelompok minoritas lainnya,” ungkap Jalal dengan yakin.
Ia juga menegaskan, akan meninjau ulang ratusan peraturan perundangan yang menjadi bagiannya di Komisi Agama DPR RI.
 “Termasuk soal penistaan agama, supaya orang tidak gampang dipenjara,” imbuhnya. Maarif Institute selaku penyelenggara acara, mengusung tema “Politik Kebhinekaan di Indonesia; Antara Tantangan dan Harapan.” Hadir sebagai pembicara ialah Jalaludin Rahmat, dan Ahmad Fuad Fanani.[islamedia/zamrud.kh]