Friday, June 19, 2015

Paling Telat Tahun 2020, Syiah Tidak akan Tunggu Jadi Mayoritas untuk Lakukan Revolusi di Indonesia

Dai Muda dan Pengisi Siroh di MQTV dan MQFM Ustadz Roni Abdul Fatah, MA., mengatakan syiah berencana akan melakukan revolusi di Indonesia paling lambat sekitar tahun 2020.
"Saya ingatkan mereka (syiah) tidak menunggu menjadi mayoritas untuk melakukan revolusi di negeri ini," 


ujarnya ketika menjadi salah satu pembicara dalam acara tabligh akbar "Indonesia Diambang Revolusi Syiah", pada Ahad, (14/06) di Masjid Istiqomah Bandung.
"(Oleh karena itu) sekarang kita selalu disibukkan dengan isu-isu murahan agar umat Islam berpecah belah," tambahnya.
Kemudian Ustadz Roni Abdul Fatah menuturkan bahwa isu Wahabi sering menjadi senjata syiah untuk memecah belah umat Islam Ahlu Sunnah. Syiah sering mempropagandakan mereka yang menolak paham syiah merupakan Wahabi.
Saya ingatkan mereka (syiah) tidak menunggu menjadi mayoritas untuk melakukan revolusi di negeri ini...
"Selama kita (umat Islam) Ahlu sunna berpecah belah maka mereka akan semakin kuat," katanya.
Ustadz Roni juga mengatakan menyampaikan kesesatan-kesesatan syiah memang penting, tapi menurutnya yang jauh lebih penting lagi adalah menyampaikan pola pergerakan syiah.
"Menyampaikan kepada umat bagaimana pola pergerakan mereka (syiah -red.) yang rapi itu jauh lebih penting," tegasnya.
Acara tabligh akbar "Indonesia Diambang Revolusi Syiah" diselenggarakan oleh Komunitas Dakwah dan Sosial (Kodas) yang didukung oleh berbagai macam elemen umat Islam yang ada di Bandung dan Jawa Barat. 
Berdasarkan pantauan voa-islam.com, sejak pagi sebelum acara dimulai jamaah sudah mulai berdatangan. Terlihat jamaah yang hadir mulai dari remaja sampai dengan orang tua, ikhwan maupun akhwat. Tampak hadir juga beberapa laskar Jundullah ANNAS, untuk berjaga-jaga mengamankan jalannya acara tabligh ini

Teliti “Syiah Indonesia”, Mahasiswa Indonesia di Saudi Raih Predikat “Mumtaz”

Sebagaimana kasus di Yaman, Syiah akan masuk lembaga pemerintahan dan mempengaruhi kebijakan hingga militer tidak berkuasa
Muhammad Thalib, seorang mahasiswa asal Indonesia dinyatakan berhasil lulus bidang master program studi akidah jurusan Dirasat Islamiyah, Fakultas Tarbiyah di Universitas Raja Saud – Riyadh.
Muhammad Thalib berhasil lulus gelar master dalam setelah berhasil mempertanggungjawabkan tesisnya yang berjudul“Asy-Syi’ah al-Imamiyyah fi Indunisiya wa Juhud Ahlis Sunnah wal Jama’ah fi Muwajahatiha (Dirasah ‘Akadiyyah), [Syiah Imamiyah di Indonesia dan Upaya Ahlus Sunnah Dalam Menghadapinya -Studi Jurusan Akidah]
Ia dinyatakan lulus dengan predikat mumtaz atau cum laude, di hadapan tim penguji yang terdiri dari: Dr. Sa’ad bin Falah al-‘Arifi (Ketua tim sekaligus pembimbing), Dr. ‘Abdullah bin ‘Umar al-‘Abdul Karim, dan Dr. Sa’id bin Muhammad bin Ma’lawi.
Dalam sidang yang dilaksanakan di Ruang Sidang Jurusan Dirasat Islamiyyah, Univeritas Raja Saud, pukul 09.30 hari Kamis (7 Mei 2015) waktu setempat, tim penguji juga menyarankan agar tesis ini dicetak dan diterjemahkan.
Ikut hadir dalam sidang ini, Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Riyadh/Wakil Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Dr. Sunarko.
Menurut kesimpulan Thalib, semenjak tahun 2010, aliran Syiah menyebar dengan begitu cepat di Indonesia di mana telah memiliki 200 lembaga, dimana 71% (tujuh puluh satu persen) dari total lembaga ini terletak di Pulau Jawa.
Dan cara-cara penyebaran keyakinan yang digunakan juga bervariasi; menggunakan media internet, saluran televisi, publikasi lain seperti buku, majalah dan barang cetakan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Juga melakukan kerjasama berupa pembuatan perpustakaan umum di beberapa kampus dengan memasukkan buku-buku agar bisa jadi referensi.
Thalib mengaku hasil tesisnya boleh jadi semua orang sudah tahu. Setidaknya, ia menemukan, kehadiran Syiah telah ikut andil menimbulkan konflik horizontal di tengah masyarakat.

“Tapi yang jelas di kesimpulan saya, keberadaan Syiah di Indonesia telah menimbulkan konflik horizontal di masyarakat bahkan sampai pada konfilk berdarah, “ demikian ujarnya kepadahidayatullah.com, Selasa (09/06/2015).
Lebih jauh, dalam tesisnya ia merekomendasikan untuk meneliti lebih dalam pergerakan Syiah di Indonesia, termasuk kegiatan dan sumber pendanaan, rencana masa depan merea dan bagaimana mengatasinya.
Ia juga merekomendasikan agar melakukan studi lebih dalam metode infiltrasi kelompok ini di dalam lembaga-lembaga pemerintah Indonesia, yang dinilai beberapa kebijakan pemerintah ditengarai dibawah pengaruh Syiah.
Ia membandingkan dengan beberapa kasus masuknya Syiah di berbagai belahan dunia, khususnya di Negeri Sunni, di mana pergerakannya justru melalui instansi-instansi resmi agar bisa mempengaruhi kebijakan.
“Contoh terbaru adalah Yaman. Dimana ketiga Al-Hautsi masuk ke Sana’a, bisa dikatakan tidak ada perlawanan sedikitpun yang dilakukan oleh tentaranya, karena pucuk pimpinan militer mereka memang sudah dikuasasi oleh Syiah,” demikian ujar Thalib
“Terus terang, saya juga banyak berterima kasih pada hidayatullah.com, karena banyak data yang saya ambi, “ujarnya menutup pembicaraan.*