Fatwa MUI Jakarta Utara “Salafi Bukan Kelompok
Sesat”
(Nasehat atas ketergesa- gesaan MPU Aceh[1])
Pandangan MUI Jakarta Utara
Tentang Salaf / Salafi
Tentang Salaf / Salafi
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Kotamadya Jakarta Utara
Jl. Yos Sudarso No. 27-29 Telp. (021) 4357422,
4301124 Ext. 5375,
Fax. 4357422 Jakarta
Pandangan Majelis Ulama Indonesia
Kota Administrasi Jakarta Utara
Tentang
SALAF/SALAFI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota
Administrasi Jakarta Utara,
MENIMBANG :
a. bahwa pada akhir-akhir ini berkembang
kajian-kajian salaf di beberapa daerah yang banyak masyarakat belum memahami
makna salaf itu;
b. bahwa terjadi kesalah pahaman dalam memahami salaf;
c. bahwa muncul vonis sesat kepada keberadaan kajian-kajian salaf;
d. bahwa oleh karena itu, MUI Kota Administrasi Jakarta Utara perlu memberikan
penjelasan tentang salaf/salafi, agar masyarakat tidak mudah terprovokasi.
MENGINGAT :
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS.
Al-Hujuraat : 6)
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang
mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya
telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al- Ahzaab [33] : 36)
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”. (QS. An-Nisaa [4] : 59)
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan
orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. (QS. Al-An’am [6] : 116)
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa
nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di
dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al
Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”. (QS. Al-Mu’minuun
[23] : 71)
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang- orang
yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun
ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya, mereka kekal di dalamnya. Itulah
kemenangan yang besar”. (QS. At-Taubah [9] : 100)
Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « كُلُّ
أُمَّتِى يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ ، إِلاَّ مَنْ أَبَى » . قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ « مَنْ أَطَاعَنِى دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ
عَصَانِى فَقَدْ أَبَى »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seluruh ummatku masuk
surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah siapakah
yang enggan?. Beliau menjawab: “Siapa yang ta’at kepadaku masuk surga dan yang
ma’shiyat kepadaku maka ia enggan (masuk surga).” (H.R. Al-Bukhari)
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم : ( تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهم ( ما تمسكتم بهما ) كتاب
الله وسنتي ولن يتفرقا حتى يردا على الحوض ) . أخرجه مالك مرسلا والحاكم مسندا
وصححه
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku tinggalkan
pada kalian dua hal kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang dengan
keduanya, (yaitu) Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku. Keduanya tidak akan
berpisah sehingga masuk ke telaga (Al-Kautsar). (H.R. Malik secara mursal dan
Al-Hakim dengan sanad yang bersambung dan ia mensahihkannya)
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مِينَاءَ حَدَّثَنَا
أَوْ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ جَاءَتْ مَلاَئِكَةٌ إِلَى
النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهْوَ نَائِمٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّهُ
نَائِمٌ . وَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ
نَائِمَةٌ وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ . فَقَالُوا إِنَّ لِصَاحِبِكُمْ هَذَا مَثَلاً
فَاضْرِبُوا لَهُ مَثَلاً . فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّهُ نَائِمٌ . وَقَالَ
بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ وَالْقَلْبَ يَقْظَانُ . فَقَالُوا مَثَلُهُ
كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا ، وَجَعَلَ فِيهَا مَأْدُبَةً وَبَعَثَ دَاعِيًا ،
فَمَنْ أَجَابَ الدَّاعِىَ دَخَلَ الدَّارَ وَأَكَلَ مِنَ الْمَأْدُبَةِ ، وَمَنْ
لَمْ يُجِبِ الدَّاعِىَ لَمْ يَدْخُلِ الدَّارَ وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ الْمَأْدُبَةِ
. فَقَالُوا أَوِّلُوهَا لَهُ يَفْقَهْهَا فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّهُ نَائِمٌ .
وَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ الْعَيْنَ نَائِمَةٌ وَالْقَلْبَ
يَقْظَانُ . فَقَالُوا فَالدَّارُ الْجَنَّةُ ، وَالدَّاعِى مُحَمَّدٌ – صلى الله
عليه وسلم – فَمَنْ أَطَاعَ مُحَمَّدًا – صلى الله عليه وسلم – فَقَدْ أَطَاعَ
اللَّهَ ، وَمَنْ عَصَى مُحَمَّدًا – صلى الله عليه وسلم – فَقَدْ عَصَى اللَّهَ ،
وَمُحَمَّدٌ – صلى الله عليه وسلم – فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ
Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu
‘anhu, berkata: (suatu ketika) datang para malaikat kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tatkala beliau tidur. Sebagian mereka berkata ia sedang
tidur, sebagian lain menjawab, matanya tertidur tetapi hatinya terjaga. Mereka
berkata: sesungguhnya teman kalian ini (Nabi Muhammad-penj) memiliki
perumpamaan, maka jadikanlah untuknya perumpamaan. Sebagian mereka berkata ia
sedang tidur, sebagian lain menjawab, matanya tertidur tetapi hatinya terjaga.
Mereka berkata, perumpamaannya seperti orang yang membangun rumah, menyediakan
hidangan dan mengundang orang untuk datang. Siapa orang yang menjawab undangan,
maka ia akan masuk rumah dan menyantap hidangan. Yang tidak menjawab undangan
maka tidak masuk ke dalam rumah dan tidak menyantap hidangan. Mereka berkata,
jelaskan ma’na perumpamaan itu kepadanya agar ia memahaminya. Sebagian mereka
berkata ia sedang tidur, sebagian lain menjawab, matanya tertidur tetapi
hatinya terjaga. Mereka berkata rumah adalah (perumpamaan) surga, orang yang
mengundang adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka siapa orang yang
ta’at kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia ta’at kepada
Allah. Siapa orang yang menentang Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
ia telah menentang Allah. Muhammad adalah pembela diantara manusia (antara yang
ta’at dan yang menentang (H.R. Al-Bukhari)
MEMPERHATIKAN :
Keterangan dan penjelasan dari beberapa
da’i salafi yang telah dikonfirmasi oleh pihak MUI Kota Administrasi Jakarta
Utara.
Dengan bertawakkal kepada Allah subhanahu
wa ta’ala,
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PANDANGAN MUI KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA UTARA TENTANG SALAFI
Pertama : Penjelasan tentang apa itu
SALAF/SALAFI
1.Salaf/salafi
tidak termasuk ke dalam 10 kriteria sesat yang telah ditetapkan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI), sehingga Salaf/salafi bukanlah merupakan sekte atau
aliran sesat sebagaimana yang berkembang belakangan ini.
2.Salaf/salafi
adalah nama yang diambilkan dari kata salaf yang secara bahasa berarti
orang-orang terdahulu, dalam istilah adalah orang-orang terdahulu yang
mendahului kaum muslimin dalam Iman, Islam dst. mereka adalah para sahabat dan
orang-orang yang mengikuti mereka.
3.Penamaan
salafi ini bukanlah penamaan yang baru saja muncul, namun telah sejak dahulu
ada.
4.Dakwah
salaf adalah ajakan untuk memurnikan agama Islam dengan kembali kepada
Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan menggunakan pemahaman para sahabat radhiyallahu
‘anhum.
Kedua : Nasehat dan Tausiyah kepada
masyarakat
1.Hendaknya masyarakat tidak mudah melontarkan
kata sesat kepada suatu dakwah tanpa diklarifikasi terlebih dahulu.
2.Hendaknya masyarakat tidak terprovokasi
dengan pernyataan-pernyataan yang tidak bertanggung jawab.
3.Kepada para da’i, ustadz, tokoh agama serta
tokoh masyarakat hendaknya dapat menenangkan serta memberikan penjelasan yang
obyektif tentang masalah ini kepada masyarakat.
4.Hendaknya masyarakat tidak bertindak anarkis
dan main hakim sendiri, sebagaimana terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Rabi’ul Akhir 1430 H (08 April 2009).
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
Ketua Umum,
ttd
QOIMUDDIEN THAMSY
QOIMUDDIEN THAMSY
Sekretaris Umum,
ttd
Drs. ARIF MUZAKKIR MANNAN, HI
FN:
ttd
Drs. ARIF MUZAKKIR MANNAN, HI
FN:
[1] Sebagai tambahan dari admin.
https://dodiabuabdillah.wordpress.com/2014/08/22/fatwa-mui-jakarta-utara-salafi-bukan-kelompok-sesat/
https://dodiabuabdillah.wordpress.com/2014/08/22/fatwa-mui-jakarta-utara-salafi-bukan-kelompok-sesat/
Untuk lebih jelasnya, Silahkan download fatwa
MUI Jakarta Utara pada alamat berikut: (Fatwa MUI Jakarta Utara “Salafi Bukan
Kelompok Sesat”)
Ustadz Irfan Helmi (komisi fatwa MUI Pusat)
Sehubungan banyaknya pertanyaan terkait berita bahwa
"Hari ini MUI Resmi Tolak Syiah Masuk ke Indonesia", -wa billahit
taufiq- ana sampaikan hal2 sbb:
1. Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah lama menolak paham
Syiah. Hal ini ditegaskan misalnya dlm fatwa MUI Th 1997 ttg Nikah Mut'ah yg
berbunyi :
"Bahwa mayoritas umat Islam Indonesia adalah penganut
paham Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) yang tidak mengakui dan menolak paham
Syiah secara umum." [Baca: Himpunan Fatwa MUI sejak 1975: 376]
2. Penolakan MUI thd paham/aqidah Syiah juga ditegaskan
oleh Ketua Umum MUI periode 1985-1998. Ketika ditanya kenapa menolak atau tidak
menyetujui Syiah? Beliau menjawab : "Kami (ingin) menyelamatkan aqidah
kami, menyelamatkan umat kami." [Lihat: Mengapa Kita Menolak Syiah hal
xxxiii, tgl 21 Sep 1997]
3. Bahkan penolakan scr halus juga dismpkan oleh Prof. Dr.
Buya Hamka (Ketua Umum MUI periode 1975-1980) tatkala menerima kedatangan 4
pemuda Iran yg ingin datang ke Indonesia guna mengajarkan revolusi Islam Syiah
di Indonesia. Beliau berkata, "Boleh (anda) datang sbg tamu tetapi ingat,
kami adalah bangsa yg merdeka dan tidak menganut Syi'ah". [Baca: buku
panduan MUI ttg Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi'ah di Indonesia hlm
139]
Kesimpulan : MUI sdh sejak lama secara resmi menolak paham
Syiah, bukan sejak tahun ini (2015) sbgmn diberitakan di media.
Bogor, 22 Mei 2015/4 Sya'ban 1436 H