Thursday, January 21, 2016

Saudi: Iran, Negara Pendukung Terorisme Dan Tukang Fitnah selama 40 tahun ini.

Hasil gambar untuk teroris iran

Menlu Saudi: Iran, Negara Pendukung Terorisme

Kamis, 11 Rabiul Akhir 1437 H / 21 Januari 2016 09:30 WIB
“Arab Saudi tidak akan mengizinkan Iran untuk melemahkan keamanan kami atau keamanan sekutu kami. Kami akan mendorong perlawanan terhadap upaya tersebut, “kata Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir dalam sebuah opini yang dipublikasikan di New York Times, Selasa.
“Dunia berharap melihat tanda-tanda perubahan Iran, berharap mereka akan berubah dari negara revolusioner yang tidak menghormati negara lain menjadi anggota terhormat dari masyarakat internasional,” katanya, menambahkan bahwa Teheran memiliki kebijakan permusuhan terhadap negara tetangganya yang hanya akan menyebabkan lebih banyak kekerasan di wilayah tersebut.
Al-Jubeir menambahkan bahwa Iran “daripada menghadapi masalah isolasi yang diciptakan oleh dirinya sendiri, lebih memilih untuk menyebarkan kebijakan berbahaya sektarian dan ekspansionis, serta dukungan untuk terorisme, dengan menyebutkan tuduhan tidak berdasar terhadap Kerajaan Arab Saudi.”
Al-Jubeir mengatakan Arab Saudi dan sekutu Teluk tidak memiliki pilihan untuk terus menolak ideologi ekspansionis Iran dan menanggapi dengan tegas setiap tindakan agresi.
Dia mengatakan bahwa yang bisa dilihat oleh negara GCC atas tanda-tanda perubahan Iran adalah Iran menangguhkan perluasan program nuklirnya.
Menteri luar negeri menjelaskan: “Tentu saja, kita tahu bahwa sebagian besar penduduk Iran ingin keterbukaan yang lebih besar dan secara internal memiliki hubungan yang lebih baik dengan negara-negara tetangga dan dunia. Tetapi pemerintahnya tidak. ”
Dia mengatakan bahwa perilaku revolusi Iran sejak 1979 tetap konsisten dalam upayanya terus mengembangkan revolusi.

Al Jubeir berkata, “Iran telah mendukung kelompok-kelompok ekstremis yang melakukan kekerasan, termasuk Hizbullat di Lebanon, Houthi di Yaman dan milisi sektarian di Irak.”

“Iran atau proksinya adalah pihak yang bertanggungjawab untuk serangan teroris di seluruh dunia, termasuk pengeboman barak Marinir Amerika Serikat di Beirut pada tahun 1983 dan Menara Khobar di Arab Saudi pada tahun 1996, dan pembunuhan di restoran Mykonos di Berlin pada tahun 1992. ”
Dia mengatakan bahwa pada tahun 1979 pengambilalihan Kedutaan Amerika di Teheran, dan serangan terhadap berbagai kedutaan lain, termasuk Inggris, Denmark, Kuwait, Rusia dan kasus terbaru penyerangan kedutaan Saudi di Iran dan di luar negeri juga dilakukan oleh “proxy Iran.”

Jubeir menyatakan tindakan Iran dan proksinya, Hizbullat di Lebanon dalam perang yang dilancarkan terhadap oposisi Suriah telah membantu Daesh semakin berkembang.

Al Jubeir mengatakan bahwa tujuan Iran mendukung rezim Suriah Bashar Al-Assad untuk tetap berkuasa adalah untuk mengamankan kepentingan mereka. Mengutip laporan pada tahun 2014 oleh Departemen Luar Negeri AS, yang mengatakan “Iran memandang Suriah’sebagai jalan lintas yang penting untuk rute pasokan senjata kepada Hizbullat.’”
“Laporan itu juga mencatat, mengutip data PBB, bahwa Iran menyediakan senjata, biaya dan pelatihan” untuk mendukung tindakan keras dan brutal rezim Assad yang telah mengakibatkan kematian sedikitnya 191.000 orang.

Laporan yang sama pada 2012 mencatat bahwa kebangkitan Iran sebagai negara pendukung terorisme, ditandai dengan kegiatan Iran dan teroris Hizbullat yang semkain meningkat dan belum pernah terjadi sebelumnya sejak tahun 1990-an.

Al Jubeir menyebut Iran telah mendukung milisi pemberontak Houthi untuk mengambil alih Yaman, yang pada gilirannya menyebabkan perang dan telah menewaskan ribuan orang.
“Iran adalah aktor utama yang mengobarkan perang di kawasan itu,”
Dia menjelaskan bahwa Iran telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dengan menguji sebuah rudal balistik pada 10 Oktober dan pada bulan Desember menembakkan rudal di dekat kapal Amerika dan Perancis di perairan internasional.
Menanggapi ancaman terhadap keamanan Saudi ia berkata: “Dalam sebuah kebohongan aneh, Iran memfitnah dan menyakiti semua orang Saudi dengan mengatakan bahwa bangsa kami, rumah dari dua masjid suci, telah mencuci otak orang-orang untuk menyebarkan ekstremisme.
“Arab Saudi telah menjadi korban terorisme, yang sering dilakukan oleh sekutu Iran. Negara kita berada di garis depan memerangi terorisme, bekerja sama dengan sekutu kami. Arab Saudi telah menangkap ribuan tersangka terorisme dan ratusan telah dihukum. Perjuangan kita melawan terorisme akan terus berlanjut dan kami memimpin upaya multinasional untuk memburu orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan teroris, dan yang mendanai mereka dan orang-orang yang memicu pola pikir yang mendukung ekstremisme, “katanya.

“Pertanyaan sebenarnya adalah apakah Iran ingin hidup dengan aturan sistem internasional, atau tetap menjadi negara revolusioner yang berkomitmen untuk ekspansi dan menyimpang dari hukum internasional. Pada akhirnya, kami harap Iran mampu memecahkan masalah sehingga memungkinkan orang lain untuk hidup damai. Tapi itu akan memerlukan perubahan besar dalam kebijakan dan perilaku Iran. Kami belum melihat itu, “katanya.
“Kami bukan negara yang mensponsori terorisme; Iran yang melakukan itu. ” (ts/arabnews)

Wednesday, January 20, 2016
RIYADH (atjehcyber) - Arab Saudi menyebut Iran selama hampir empat dekade bercatatan sebagai penyebar "fitnah, keresahan dan kekacauan". Tudingan ini disampaikan justru ketika komunitas internasional tengah berusaha mendamaikan kedua negara yang saling bersaing pengaruh itu.


Hubungan kedua negara menjadi sangat panas setelah Saudi mengeksekusi mati ulama top Syiah Nimr al-Nimr.

"Sejak revolusi Iran pada 1979, Iran punya catatan menyebarluaskan fitnah, keresahan, dan kekacauan di kawasan ini," lapor kantor berita SPA mengutip seorang pejabat luar negeri Saudi yang tidak disebutkan namanya.

"Selama periode waktu yang sama, Kerajaan (Saudi) mengambil kebijakan yang menahan diri kendati menderita sebagai konsekuensi dari kebijakan yang terus menerus agresif dari Iran."

Pejabat itu mengatakan kebijakan Iran utamanya didasarkan pada ide mengekspor revolusi.

"Iran merekrut milisi syiah di Irak, Lebanon, Suriah dan Yaman," kata pejabat itu seraya menuduh Iran menyokong terorisme dan melancarkan berbagai pembunuhan.

SPA menyiarkan bukti 58 titik yang disiapkan kementerian luar negeri Saudi, "untuk melukiskan kebijakan agresif Iran dan menyangkal "kebohongan-kebohongan nyata" dari Tehran, termasuk sebuah artikel Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di New York Times pekan lalu.

Zarif menyatakan Saudi Arabia berusaha menghentikan kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara besar dan menutup dialog di Timur Tengah.

"Beberapa orang di Riyadh tidak hanya terus menghambat normalisasi namun juga berusaha menjerumuskan seluruh kawasan ke konfrontasi," tulis Zarif dengan menyatakan Saudi takut Iranofobia runtuh.

"Arab Saudi sepertinya takut bahwa hilangnya layar asap masalah nuklir akan mengekspos ancaman nyata dunia, yakni kesponsoran aktifnya kepada ekstremisme kekerasan," sambung Zarif seperti dikutip AFP.

KOLEKSI DUSTA PEMERINTAH IRAN : Kalau Nggak Bohong, Bukan Syi’ah Namanya !!!

January 7, 2016
Al-Imam Asy-Syafii berkata :
لَمْ أَرَ أَحَدًا أَشْهَدَ بِالزُّورِ مِنَ الرَّافِضَةِ
“Aku tidak melihat seorangpun yang paling bersaksi dusta lebih dari para Rofidhoh” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam As-Sunan al-Kubro no 21433)
Kalau tidak hobi dusta bukan syi’ah namanya…wong taqiyyah (berdusta) merupakan aqidah yang prinsipil bagi kaum syi’ah.
http://www.tabayyunnews.com/2016/01/koleksi-dusta-pemerintah-iran-kalau-nggak-bohong-bukan-syiah-namanya/

Karena Nabi Muhammad tidak pernah mendoakan kehancuran untuk raja manapun kecuali Raja Persia.
Beliau bersabda:
اللهم مزق ملكه
“Ya Allah, robekkanlah Kerajaan Persia.” (HR. Baihaqi)
Ketika Raja Persia telah runtuh, maka tidak akan ada Raja Persia selanjutnya.
Rasulullah bersabda:
إِذَا هَلَكَ كِسْرَى فَلاَ كِسْرَى بَعْدَهُ
“Jika Raja Persia telah runtuh, maka tidak akan mungkin ada Kerajaan Persia selanjutnya.” (HR. Bukhari Muslim)
Lihat, Nabi telah memberi kabar untuk kita di jauh-jauh hari bahwasanya tidak akan mungkin ada kemenangan utuh bagi Iran.
Maka sampai saat ini, tidak ada peperangan manapun yang dipimpin oleh Iran, bahwa mereka akan menang, tidak akan ada…


Masifnya media massa cetak maupun elektrnik di Indonesia yang akhir-akhir ini memblow up atau memberitakan soal Daulah Islamiyyah/Islamic State (IS/ISIS) harus dilihat masyarakat, para tokoh dan umat Islam secara jernih, adil dan bijak.
Pasalnya, menurut anggota dewan syuro Aliansi Nasional Anti Syi’ah (ANNAS), Habib Achmad Zein Alkaf, issue tersebut digulirkan pada saat kaum Syi’ah di Indonesia sedang gencar-gencarnya dan aktif-aktifnya melalukan ancaman dan teror terhadap berbagai tabligh akbar dan kajian untuk membongkar dan menyadarkan masyarakat Indonesia tentang kesesatan dan bahaya Syi’ah.


Untuk itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim) ini mensinyalir adanya campur tangan kaum Syi’ah didalam pemberitaan soal IS/ISIS, agar perbuatan Syi’ah yang harusnya masuk dalam ranah kriminal tersebut tidak terekspos oleh media massa.

Ketua Umum Front Anti Aliran Sesat (FAAS) Jatim ini juga menyoroti minimnya pemberitaan media massa soal kasus penyerangan terhadap kampung Az Zikra KH Muhammad Arifin Ilham beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh para preman Syi’ah.

Anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim ini mengingatkan pemerintah, dalam hal ini kepolisian, agar bersiap-siap jika dikemudian hari kaum Syi’ah berbuat anarkis dan mengancam kedaulatan NKRI. Sebab, di Indonesia ini Syi’ah merupakan gerakan yang paling berbahaya, dan IS/ISIS bukanlah sebuah ancaman.

“Mereka harus bertanggung jawab apabila terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Bagi Indonesia yang paling berbahaya justru Syi’ah, bukan ISIS,” tegas Habib Zein kepada Panjimas.com pada Sabtu (14/3/2015). . [GA/Ronin]
http://www.syiahindonesia.com/2016/01/tokoh-nu-bagi-indonesia-syiah-yang.html