Wednesday, November 16, 2016

Ribuan Demonstran Iran (Pengikut Majusi): “Kami Tidak Menyembah Tuhan Orang Arab”

Ribuan Demonstran Iran: “Kami Tidak Menyembah Tuhan Orang Arab”

Pooya Dayanim, dari Komite Urusan Publik Yahudi di Iran (IJPAC), mengatakan aksi ini merupakan indikasi warga Iran memiliki kebebasan yang sangat terbatas secara sosial, politik, dan ekonomi
Puluhan ribuan rakyat Iran, hari Jumat (28/10/2016) melakukan demonstrasi besar-besaran dalam rangka memperingati sejarah keagungan masa lalu mereka yang biasa dikenal dengan sejarah peradaban Persia kuno sebagai kaum pagan penyembah api sebelum akhirnya  ditaklukkan oleh Islam.
Seperti dilansir situs twasul, Sabtu (29/10/2016) dalam demonstrasi ini mereka meneriakkan yel-yel anti Arab. Mereka berkumpul di lokasi makam Raja Cyrus Agung di Pasargadae.
Menurut Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI), para pengunjuk rasa juga meneriakkan, “Iran adalah negara kita, Cyrus adalah ayah kami” dan “kekuasaan ulama identik dengan hanya tirani, hanya perang.”
Para demonstran juga dilaporkan meneriakkan, “kebebasan pikiran tidak bisa berlangsung dengan jenggot, “referensi ke pemimpin teokratis sedang berkuasa”.
Menurut para demostran segala sesuatu datangnya dari Tuhan, kecuali musibah, karena datangnya dari bangsa Arab.
“Kami Bangsa Arya sebagai etnis terunggul dan paling mulia di atas muka bumi ini tidak akan pernah sudi menyembah tuhan yang disembah oleh bangsa Arab,” demikian teriaknya.
Para demonstran ini berkumpul di lokasi Kuburan Cyrus Agung (560-529 S.M) Raja Diraja Pertama Pendiri Imperium Persia Pagan Kuno Penyembah Api, yang terletak di kota Pasargadae dekat Kota Syiraz Selatan, sembari meneriakkan yel-yel kebangsaan Persia mereka.
Pada saat demonstrasi berjalan polisi  berusaha  menutup jalan dan mengalihkan iring-iringan demonstran dari situs Syrus yang bersejarah itu.
Para nasionalis lokal Iran meyakini bahwa hari peringatan Raja Cyrus adalah hari dimana Sang Raja Persia ini menaklukkan Babylonia-Iraq dan memproklamirkan bahwa semua manusia sama dan membebaskan budak-budak dan ribuan Yahudi yang kala itu diperbudak di Babylonia.
Nasionalis lokal Iran juga menganggap bahwa Raja Persia kuno mereka itu adalah orang pertama yang mengeluarkan piagam internasional tentang HAM atau apa yg dikenal dengan “Silinder Cyrus” pada abad ke 6 sebelum masehi.
NCRI melaporkan bahwa, sebelum aksi 28 Oktober ini, anggota Pengawal Revolusi Iran (IRGC) dan otoritas Iran sudah mengambil langkah-langkah dengan membatasi dampak dari demonstrasi dengan menyebarkan rumor bahwa kota itu telah ditututp – termasuk membatalkan tur ke situs, penyegelan jalan menuju Pasargadae. Juga  mematikan Internet ada dua hari sebelum reli.
Warga di dan dekat kota dilaporkan juga diberitahu bahwa mereka tidak diizinkan untuk memiliki tamu selama periode menandai kesempatan kelahiran Raja Cyrus.
Pooya Dayanim, dari Komite Urusan Publik Yahudi di Iran (IJPAC), mengatakan kepada Breitbart Newsaksi merupakan indikasi  bahwa warga Iran –khususnya pemuda– memiliki kebebasan yang sangat terbatas secara sosial, politik, dan ekonomi.
Dia mengatakan “untuk berhubungan dengan warisan Iran yang kaya  dari era pra-Islam adalah satu-satunya sumber kebanggaan yang mereka miliki. Apa yang terjadi hari ini adalah tanda-tanda mereka merangkul Iran di mana saat itu dikenal Negara yang kuat dan dihormati, sementara saat ini pemerintah yang mereka miliki telah berubah menjadi paria (kelas terbuang) dan telah menghancurkan harapan, mimpi, aspirasi dan masa depan, ujarnya.
Seperti diketahui, kisah Persia sudah diprediksi dalam kisah kenabian. Nabi pernah bersabda, “Jika  Persia telah jatuh maka tidak akan pernah bangun kembali untuk selamanya. Dan Apabila Kaisar (Raja Imperium Romawi Kuno) sudah jatuh maka tidak akan pernah bangun lagi selamanya. Demi Allah kelak kaum Muslimin akan menguasai harta kekayaan kedua imperium itu dan akan menginfakkannya di jalan Allah,” demikian bunyi hadits.*Syafruddin Ramly