Tuesday, October 27, 2015

Rais Aam PBNU: Surat Larangan Kegiatan Syiah Bentuk Kewajiban Pemerintah

maruf amin
Senin 12 Muharram 1437 / 26 October 2015 20:08
RAIS Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Ma’ruf Amin menyatakan apa yang dilakukan Walikota Bogor, Bima Arya terkait pelarangan kegiatan Hari Asyuro bukanlah hal berlebihan. Bahkan itu merupakan kewajiban pemerintah menjaga ketertiban.
“Itu kan untuk menjaga ketertiban, kenapa dipersoalkan. Itu boleh saja dilakukan, sebab kalau tidak dilarang dapat menjadi ketegangan,” ujarnya saat berbincang dengan Islampos di Gedung Parlemen, Senin (26/10/2015).
Kiai Ma’ruf ini juga menampik jika hal itu dikatakan menyalahi UUD 1945. Lanjutnya, itu merupakan hak pemda untuk menjaga ketentraman di wilayahnya.
“Ya boleh saja orang mau tafsir itu, tapi juga harus diketahui dalam UU pemerintah daerah, pemda juga dituntut untuk menjaga ketertiban,” katanya.
Di beberapa daerah, terang Kyai, MUI memang sudah mengeluarkan fatwa sesat terkait Syiah karena dinilai telah melahirkan pendapat yang menyimpang.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya menerbitkan Surat Edaran Nomor 300/1321-Kesbangpol tentang larangan terhadap Perayaan Asyura (Hari Raya Kaum Syiah) di Kota Bogor pada Kamis (22/10/2015) malam. Larangan ini menuai protes salah satunya dari Aktivis Indonesia Tanpa Diskriminasi Denny JA. (suandriansyah/Islampos)

Komisi Dakwah MUI: “Syiah Manfaatkan Ritual-ritualnya untuk Jatuhkan Pemerintahan”

Ahad, 11 Muharram 1437 H / 25 Oktober 2015 06:38
Ritual-ritual yang digelar oleh kelompok Syiah di Indonesia merupakan suatu sarana propaganda ideologis untuk menanamkan kebencian terhadap umat Islam di Indonesia.
“Saya melihat acara-acara Syiah seperti Idhul Ghadir, perayaan Asyuro, ini merupakan suatu sarana propaganda ideologis untuk menanamkan kebencian, seolah menumpahkan kesalahan kepada para sahabat, ke depan ini bisa menjadi alat akumulasi dukungan untuk melakukan revolusi karbala di Indonesia,” ungkap Sekretaris Komisi Dakwah MUI Pusat, Ustadz Fahmi Salim, MA kepadasalam-online, Sabtu (24/10).
Menurut Fahmi Salim, terjadinya revolusi Iran adalah dengan memanfaatkan ritual-ritual Asyuro sehingga bisa menggulingkan rezim Iran sebelumnya.
“Orang-orang Syiah banyak memanfaatkan ritual-ritual Syiah untuk menjatuhkan pemerintahan, itu sudah coba dilakukan di Bahrain, Yaman, bisa jadi Indonesia termasuk akan dijadikan seperti itu,”tuturnya.
Ia juga menambahkan bahwa Syiah merupakan ancaman dari segi politik global. Pengaruh Iran dinilai sangat luar biasa dalam menyebarkan paham Syiah.
“Gerakan Syiahisasi semakin massif disebarkan dari Iran, pemahamannya sudah banyak menyebar luas terutama di Indonesia,” jelasnya.
Terkait hubungan politik Indonesia-Iran, Fahmi menilai harus ada pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah.
“Tidak bisa kita menggadaikan Indonesia hanya untuk kepentingan ekonomi investasi dari luar negeri, termasuk dari Cina dan Syiah yang bisa mengganggu keutuhan NKRI, karena mayoritas Muslim di Indonesia adalah ahlusunnah wal jamaah,” terangnya.
Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini mengimbau pemerintah agar tidak membuat langkah-langkah yang blunder ke depannya dengan menginvestasikan konflik.
“Jadi konflik ini bisa diinvestasi, mungkin dia tidak muncul sekarang, tapi 10-20 tahun ke depan,” kata alumnus Al Azhar Mesir ini. (EZ/salam-online)