Tuesday, October 27, 2015

Ustadz Farid: " Syiah Ini Agama Karangan, Jelas Berbeda Dengan Islam, Asyura Adalah Pendahuluan Untuk Revolusi Syiah”. Lakukan Penyimpangan Terhadap Agama, Syiah Melanggar Hukum Dan Berantas Kesesatan Syiah Lebih Efektif Dengan Kekuasaan

Ustadz Farid: "Syiah ini agama karangan"

12 Muharram 1437 H / 26 Oktober 2015 16:42
Ustadz Farid Ahmad Okbah mengatakan bahwa semua ajaran Syiah adalah karangan manusia belaka. Hal disampaikan di hadapan seribuan umat Islam saat acara deklarasi ANNAS DKI Jakarta di masjid Al Barkah, Balimatraman Jakarta Selatan, Ahad (25/10/2015).
“Syiah ini awal berdirinya adalah politik kemudian diadopsi menjadi agama. Jadi kesimpulannya Syiah ini agama karangan. Makanya rujukannya bukan Rasulullah, rujukannya bukan seperti kita umat Islam. Rujukannya adalah para imam,” terang Ustadz Farid.
Dari atas mimbar Ustadz Farid menunjukkan beberapa kitab Syiah karya para imam mereka yang menjadi rujukan pengikutnya. Sehingga banyak perbedaan dalam hal ushuluddin dengan umat Islam.
“Rukun Islamnya beda, rukun imannya beda, cara shalatnya beda,” jelasnya.
Dia menghimbau para pejabat dan aparat di negeri ini agar mengetahui bahwa Syiah berbeda dengan Islam. Mereka merubah hukum Islam, rukun Iman dan merubah ajaran Islam.
“Siapa yang rela ajaran agamanya dirubah,” kata Ustadz.
Padahal, imbuh ustadz Farid di awal sambutannya, salah satu kewajiban kita umat Islam adalah menegakkan kebenaran dan meruntuhkan kebatilan. Seraya mengutip firman Allah pada Al Quran Surah Ash Shaff ayat 9:
“Allah lah yang telah mengutus RasulNya membawa petunjuk dan agama yang benar. Allah memenangkan agama Islam atas semua agama yang lain, sekalipun orang-orang musyrik membencinya.”
Dia menjelaskan tafsir ayat ini menurut para ulama bahwa umat Islam kalau ingin berjaya harus berpegang teguh kepada ajaran nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam dan kemudian mempraktekkannya.
(azmuttaqin/arrahmah.com)

Ustadz Farid: Asyura adalah pendahuluan untuk revolusi Syiah

Ustadz Farid: Asyura adalah pendahuluan untuk revolusi Syiah
Senin, 13 Muharram 1437 H / 26 Oktober 2015 20:15
Selain memaparkan kesesatan aqidah dan ibadah Syiah, Ustadz Farid Ahmad Okbah juga menyampaikan kepada jamaah betapa bahayanya gerakan Syiah di Indonesia. Dirinya mencatat konflik Suni-Syiah di Indonesia telah terjadi 20 kali.
“Terkhir mereka menyerbu kampungnya ustadz Arifin Ilham. Jahat mereka itu. Ngapain malam-malam 40 orang mendatangi kampungnya orang. Agama apa seperti itu,” kata Pimpinan Pesantren Al Islam dihadapan seribuan jamaah saat deklarasi ANNAS di masjid Al Barkah, Jakarta Selatan, Ahad (25/10/2015).
Sebelumnya pengadilan negeri hingga Mahkamah Agung juga telah memutus bersalah kepada gembong Syiah Sampang Tajul Muluk yang menista Al Quran dan agama Islam.
Ustadz Farid mengungkapkan bahwa pada tanggal 15-18 Agustus 2015 lalu 800 tokoh syiah dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Teheran termasuk dari Indonesia. Beberapa hal yang disepakati pada pertemuan itu antara lain menjaga kelestarian acara-acara Syiah di seluh dunia yakni Idul Ghadir dan Asyura maqtal Imam Husein.
Terkait acara-acara Syiah di Indonesia, Ustadz Farid memaparkan roadmap mereka yang dipeganya bahwa tujuan diadakannya Asyura, yakni untuk revolusi.
“Jadi Asyura yang mereka adakan itu adalah pendahuluan untuk melakukan revolusi (syiah),” ungkapnya.
Kata Ustadz tentunya kita semua tidak terima Indonesia dijadikan ajang konflik revolusi Syiah.
“Makanya kita meminta kepada Presiden Indonesia dan aparat keamanan untuk menutup tempat-tempat Syiah itu,” tegas Ustadz.
Menurutnya pusat penyebaran dan pendanaan Syiah di Indonesia adalah kedutaan Iran di Jakarta.
“Kalau ingin menghentikan Syiah di Indonesia, perwakilan Teheran di Jakarta harus ditutup,” kata Ustadz Farid yang disambut pekik takbir jamaah.
(azmuttaqin/arrahmah.com)

Ustadz Farid Okbah: “Syiah Jelas Berbeda dengan Islam”

Senin, 12 Muharram 1437 H / 26 Oktober 2015 12:13
Jika umat Islam ingin berjaya maka harus selalu berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Sementara Syiah, menurut Ustadz Farid Ahmad Okbah, merupakan ajaran dan agama karangan yang merujuk bukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Umat Islam jelas berbeda dengan Syiah, Syiah bukan Islam, awal berdirinya adalah politik kemudian dibawa ke ranah agama,“ Ustadz Farid dalam orasinya pada acara deklarasi ‘Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) di Masjid Al Barkah, Bali Matraman, Tebet, Jakarta, Ahad (25/10).
“Dari sisi tersebut kita dapat mengetahui dengan baik bahwa Syiah berbeda dengan Islam. Mereka mengaku cinta Ahlul Bait tetapi merujuknya bukan kepada Rasulullah, tapi kepada imam,” tutur salah seorang Inisiator MIUMI ini.
Sejak awal Islam, lanjut Farid, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan hamba-Nya untuk merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
“Berbeda dengan Syiah, justru mereka menambahkan ajaran baru wajib tunduk kepada para imam sehingga para imam tersebut membuat ajaran baru yang terdiri dari rukun imannya beda, cara shalatnya berbeda, nikahnya berbeda. Syiah ini merupakan agama karangan,” tambahnya.
Ia mengatakan, dari sisi ajarannya saja sudah menyimpang, bagaimana dengan pergerakannya. Kita jangan sampai tertipu oleh mereka. Syiah adalah ajaran yang sesat.
“Ajaran Islam diubah. Siapa yang rela kalau ajaran kita diubah, dari sisi ajaran saja sudah menyimpang,” terang Direktur Yayasan pendidikan Al-Islam ini. (EZ/salam-online)

Pakar Hukum: “Lakukan Penyimpangan terhadap Agama, Syiah Melanggar Hukum”

Senin, 12 Muharram 1437 H / 26 Oktober 2015 13:10
Pakar dan praktisi hukum Munarman, SH menegaskan, dari segi hukum, menyebarkan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Syiah bukan termasuk pelanggaran hukum.
“Apakah mendakwahkan, menyebarkan kebenaran, memberitahu umat, menyebarkan penyimpangan- penyimpangan, apakah merupakan pelanggaran hukum, jelas ini tidak,” terang Munarman saat menyampaikan orasinya dalam acara Deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) DKI Jakarta di Masjid Al Barkah, Bali Matraman, Tebet, Jakarta, Ahad (25/10).
Di Indonesia, lanjut Munarman, ada UUD nomor 1 tahun 1965, yang menyebutkan siapa pun yang melakukan penafsiran pelanggaran agama dengan menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu, maka harus ditindak secara hukum.
“Syiah ini sudah jelas melanggar hukum. Rukun imannya saja berbeda dengan umat Islam. Ada salah satu rukun imannya yaitu al–wilayah, itu merupakan bahwa orang Syiah harus punya wilayah untuk memimpin suatu negara. Syiah ini bukan mazhab agama tapi mazhab politik,” tegas mantan Direktur LBH ini. (EZ/salam-online)

Berantas Kesesatan Syiah Lebih Efektif dengan Kekuasaan

KH Muhammad Al-Khaththath, Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) menyatakan dukungan terhadap kebijakan Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto tentang pelarangan kegiatan Syiah.
“Apa yang dilakukan Bima Arya itu sudah tepat. Jadi tidak menghabiskan energi umat Islam untuk menghalangi kegiatan Syiah,” kata Al-Khaththath kepada voa-islam, Ahad (25/10/2015) siang.
Menurut Al-Khaththath, semestinya langkah yang dilakukan Bima Arya ini bisa ditiru kepala daerah lainnya di Indonesia.
“Jadi memang paling efektif itu memberantas kesesatan dengan kekuasaan. Sangat bisa kepala daerah lainnya dan memang seharusnya langkah Bima Arya ini diikuti, sehingga umat Islam tidak perlu lelah. Tidak perlu terjadi benturan,” jelas Al-Khaththath.
Perihal adanya anggapan bahwa langkah Wali Kota Bima Arya ini berlebihan dan tidak seharusnya dilakukan oleh kepala daerah, Al-Khaththath membantahnya. (baca: Larang Syiah, Wali Kota Bogor Di-bully Kelompok Liberal)
“Saya kira langkah Bima Arya tidak berlebihan. Karena dia kan menjaga ketertiban umum. Jadi dia punya wewenang untuk menjaga ketertiban umum. Dia bisa melarang sesuatu kegiatan yang dinilai oleh para alim ulama berpotensi menimbulkan kerawanan,” kata Al-Khaththath.* [Syaf/voa-islam.com]