Saturday, November 28, 2015

Erdogan: Bukan Turki Yang Minta Maaf, Tapi Rusia Harus Minta Maaf Karena Langgar Wilayah Udara Turki. Keberaniannya Luar Biasa ! Rakyat Turki Bangga Dengan Presidennya !

Erdogan Angry

Erdogan: Rusia Harus Minta Maaf Karena Langgar Wilayah Udara Turki

Rusia harus meminta maaf karena melanggar wilayah udara Turki, Presiden Turki Tayyip Erdogan sebagaimana dikutip pada hari Kamis (26/11/2015), beberapa hari setelah jet Rusia SU-24 ditembak jatuh di dekat perbatasan Suriah.

"Mereka yang melanggar wilayah udara kami adalah orang-orang yang membutuhkan untuk meminta maaf," kata Erdogan seperti dikutip di situs CNN.
"Pilot kami dan angkatan bersenjata kami, mereka hanya memenuhi tugas-tugas mereka, yang terdiri dari menanggapi ... pelanggaran aturan perang. Saya rasa ini adalah esensi. "

Juga pada Kamis, Erdogan membantah bahwa Turki membeli minyak apapun dari Daulah Islam (IS), bersikeras perang negaranya melawan militan itu "tak terbantahkan."

"Tidak tahu malu. Mereka yang mengklaim kita membeli minyak dari Daesh (IS) wajib membuktikannya. Jika tidak, Anda pemfitnah," kata Erdogan, mencaci atas tuduhan Rusia setelah jatuhnya pesawat perang itu.

Insiden Selasa mendapat tanggapan keras dari Moskow, mitra dagang utama dan pemasok energi terbesar kedua Turki setelah Iran.

Tapi Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Ankara tidak perlu meminta maaf "pada suatu kesempatan bahwa kita benar," menambahkan bahwa ia sudah mengatakan "maaf" dalam panggilan telepon dengan timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam tindakan itu sebagai "tusukan di belakang" oleh "kaki tangan teroris."

Tapi Erdogan membantah Ankara telah berkolaborasi dengan IS.

"Sikap Negara kita melawan Daesh telah jelas sejak awal," kata Erdogan dalam pidato kepada para pejabat lokal di istana presiden di ibukota Turki.

"Tidak ada tanda tanya di sini. Tak seorang pun memiliki hak untuk membantah atau menuduh perang negara kami melawan Daesh."

Turki dan Rusia berdiri di sisi yang berlawanan dalam empat tahun konflik Suriah, dengan Ankara mendorong penggulingan Presiden Bashar Al-Assad dengan mendukung pejuang oposisi sekuler.

Moskow adalah salah satu dari sekutu yang tersisa dari rezim Damaskus. Rusia membuat lebih marah Turki dengan peluncuran kampanye udara di Suriah pada bulan September, menuduh Moskow memfokuskan tembakan pada para pejuang sekuler Suriah anti-Assad daripada IS.

"Mereka yang melakukan kampanye militer dengan dalih memerangi Daesh menargetkan lawan anti-rezim," kata Erdogan.

"Anda mengatakan Anda memerangi Daesh. Maaf, tapi Anda tidak memerangi Daesh. Anda membunuh saudara Turkmen kami bergandengan tangan dengan rezim dalam rangka untuk membersihkan daerah utara dari Latakia," katanya, merujuk pada kota pelabuhan Suriah.

ISIS ekstrimis telah merusak Islam dan Muslim secara parah, kata Erdogan, tetapi menambahkan tidak ada perbedaan antara "sebuah organisasi teror dan negara teror," mengacu pada rezim Assad.

Erdogan menyebut Rusia sebagai "mitra strategis" yang katanya memerlukan solidaritas bukan ancaman. "Kami sedih dengan ini," katanya.

"Tidak ada alasan bagi kita untuk menargetkan Rusia yang dengannya kita sudah miliki hubungan multi-sisi dan sangat kuat, tanpa melanggar perbatasan," katanya, mengatakan bahwa perbedaan pendapat dengan Moskow atas krisis Suriah dan Ankara mengaktifkan aturan keterlibatan militer adalah dua hal yang terpisah.

"Jika serangan yang sama terjadi saat ini, Turki akan diwajibkan untuk membalas."

Erdogan juga menghantam balik tuduhan Putin bahwa para pemimpin Turki mendorong Islamisasi di negara itu, mengatakan bahwa hampir seluruh penduduk Turki adalah Muslim sehingga tidak diperlukan Islamisasi

"Beraninya anda berbicara seperti itu," kata Erdogan. "Sembilan puluh sembilan persen dari warga Turki adalah Muslim." (an/ARA)


Erdogan Tegaskan Turki Tak Akan Minta Maaf Terkait Penembakan Jet Rusia

Erdogan Dengan Jendral Turki
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu bersumpah pada hari Kamis (26/11) bahwa Ankara tidak akan meminta maaf kepada Moskow atas jatuhnya sebuah pesawat perang Rusia pada hari Selasa (24/11) di perbatasan Turki-Suriah.
“Saya pikir jika ada pihak yang perlu meminta maaf, itu bukan kami. Mereka yang telah melanggar wilayah udara kami adalah pihak yang harus meminta maaf. Pilot kami dan Angkatan Bersenjata kami hanya melaksanakan tugasnya, yang terdiri dari merespon setiap pelanggaran aturan internasional. Saya rasa ini adalah esensinya” kata Erdogan kepada CNN dikutip Middle East Update.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan sebelumnya bahwa negaranya belum menerima permintaan maaf dari pemimpin Turki, sedangkan Menlu Turki Cavusoglu juga menegaskan, “Kami tidak perlu meminta maaf pada peristiwa dimana kami melakukan hal yang benar.”
Erdogan juga membuat pernyataan pada saluran TV Prancis “France 24” pada hari Kamis mengenai jet Rusia yang jatuh. Erdogan mengatakan bahwa ia telah memanggil Putin pada hari kejadian, tetapi Presiden Rusia itu tidak memenuhi panggilannya.
Selama wawancara, Erdogan juga menyinggung perihal serangan di kedutaan Turki di Moskow hari Rabu yang diserang oleh sekelompok pengunjuk rasa dengan melemparkan batu, telur dan cat. Erdogan mengatakan, “Kami mohon maaf bahwa serangan itu terjadi pada kedutaan Turki di ibukota Rusia Moskow”.
Berbicara kepada kepala wilayah setempat di kompleks kepresidenan di kota Ankara pada kesempatan yang terpisah, Erdogan mengatakan bahwa jatuhnya pesawat perang Rusia bukanlah tindakan terhadap (negara) Rusia, ini menyatakan bahwa Turki berada dalam posisi siaga penuh untuk melindungi perbatasannya di tengah peningkatan ketegangan di wilayah tersebut.
“Peristiwa jatuhnya jet Rusia ini tidak ada hubungannya dengan Turki memiliki intervensi militer langsung terhadap Rusia atau negara lain” Erdogan menyatakan sambil menegaskan bahwa Turki mengharapkan semua negara dan kekuatan dunia untuk menghormati hak Turki dalam melindungi kedaulatannya.
Erdogan juga mengatakan bahwa Rusia sebagai negara yang melanggar aturan internasional harus mempertanyakan tindakannya dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai terhadap Turki yang telah mengalami pelanggaran wilayah udara.
Erdogan mempertanyakan esensi dibalik klaim yang dilontarkan oleh Rusia bahwa Erdogan dan pejabat pemerintah Turki berusaha untuk ‘mengIslamkan’ Turki, Erdogan menegaskan bahwa 99 persen dari penduduk negara ini adalah Muslim dan tidak masuk akal bagi pihak-pihak tertentu untuk membuat klaim seperti itu.
“Bagaimana mungkin seseorang dapat menyatakan klaim seperti itu?” Erdogan berbalik bertanya secara retoris, menolak klaim yang dituduhkan padanya.
Berkaitan dengan serangan sekelompok pengunjuk rasa terhadap kedutaan Turki di Moskow, Erdogan mengatakan bahwa sikap seperti itu yang salah, dan menambahkan bahwa pasukan keamanan Turki akan mengambil tindakan terhadap serangan tersebut jika insiden serupa terjadi di negara ini.
“Kemitraan strategis Turki dengan Rusia membutuhkan solidaritas, bukan ancaman” kata Erdogan mengkritik sikap Rusia yang menolak proyek bersama dan menambahkan bahwa sikap tersebut tidak sesuai sebagai seorang politisi.
Pada tanggal 24 November, dua jet tempur F-16 Turki mengadakan patroli udara sesuai aturan internasional ketika pesawat perang Rusia melanggar wilayah udara Turki dekat perbatasan Suriah.
Pesawat perang Rusia telah menerima 10 kali peringatan tentang pelanggaran wilayah udara Turki dalam waktu lima menit sebelum ditembak jatuh.
Ini bukan pertama kalinya pesawat tempur Rusia telah melanggar wilayah udara Turki. Pada bulan Oktober lalu, pesawat-pesawat tempur Rusia juga melanggar wilayah udara Turki. Para pejabat Rusia telah meminta maaf dan berjanji bahwa insiden tersebut tidak akan terulang kembali di masa depan.
Red : Maulana Mustofa

Bangga sekali rakyat Turki pada Presidennya setelah tembak jatuh jet tempur Rusia

Bangga sekali rakyat Turki pada Presidennya, Recep Tayyip Erdogan.
Bayangkan coba, Turki berani nembak jatuh pesawat Rusia, negara yang mempunyai 20.000 hulu ledak nuklir!

Pasca penembakan jet tempur Rusia Su-24 oleh F16 Turki, netizen TurkiEbebiEhver1453 mengunggah video di Youtube yang membanggakan Presiden Erdogan sedang jajal jet tempur, sementara Presiden Rusia Vladimir Putin memandang dengan tatapan galau :)

"İşte Rus savaş uçağını düşüren pilotumuz :)"
(Here's the Russian war plane that brought down our pilot :)

Tulis EbebiEhver1453 memposting video pada 24 November 2015.

Ini videonya:


NB: Jangan cedih gitu dong om Putin :) 




Serangan Teroris Rusia kepada Turki Dapat Memicu Perang Dunia ke-3

Turki telah memanggil duta besar rezim teroris Rusia pada Senin (23/11) sebagai respon atas pemboman terhadap etnis Turki di Suriah. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Turki memperingatkan bahwa serangan teroris Rusia yang menargetkan desa dan warga sipil Turkmen “dapat menyebabkan konsekuensi serius”.
Turki telah memperingatkan teroris Rusia bahwa mereka akan menembak jatuh pesawat tempur mereka menyusul pelanggaran berulang-ulang ke wilayah udaranya.
Kedua kekuatan tersebut berada pada pihak yang beseberangan dalam perang Suriah, dimana Turki bersikukuh untuk menggulingkan diktator Syiah Bashar Assad sementara Moskow berusaha untuk menjaga sekutunya itu tetap berkuasa.
Serangan udara Rusia dalam mendukung pasukan Assad sendiri telah menggeser keseimbangan kekuasaan dalam konflik Suriah.
Ancaman Perang Dunia III akan benar-benar terjadi apabila Turki diserang oleh teroris Rusia, yang akan memancing semua anggota NATO untuk membalas serangan tersebut.
Dalam pertemuan dengan Duta Besar Rusia, Andrei Karlov, Turki menuntut penghentian operasi militer dari teroris Rusia di Suriah, terutama di dekat perbatasan dengan Turki.
“Hal tersebut menekankan bahwa tindakan pihak Rusia bukanlah pertarungan melawan ‘teror’, tetapi mereka membom desa sipil Turki dan ini dapat menyebabkan konsekuensi serius,” kata Kemenlu Turki.
Presiden Turki Tayyip Erdogan dengan marah turut mengecam ikut campurnya teroris Rusia dalam konflik Suriah.
Ankara secara tradisional menyatakan solidaritas dengan Turkmen Suriah, yang merupakan warga Suriah keturunan Turki yang berjuang melawan pasukan rezim Syiah Assad.
Kemenlu Turki melaporkan bahwa desa Turkmen menjadi sasaran pemboman sengit oleh pesawat teroris Rusia di wilayah Bayirbucak, baratdaya Suriah, dekat dengan gerbang perbatasan Turki, Yayladag di provinsi Hatay.
Turki juga telah memperingatkan Moskow karena memasok senjata dan dukungan bagi pasukan pemberontak Kurdi Suriah dengan alasan “memerangi ISIS di Suriah”.
Sumber : The Daily Star
Red : Gus Jati

Dampak Konflik Turki-Rusia di Suriah Akan Berubah Jadi Perang Dunia Ketiga?

Dampak konflik  Turki-Rusia sangat mengkawatirkan  akan berubah menjadi "PERANG DUNIA KETIGA". Bibit-bibit perang sudah memiliki akar yang sangat dalam. Semua berpotensi dan dapat berubah menjadi perang semesta.
Sekarang Rusia dibawah "Tsar"  Vladimir Putin melibatkan diri dalam perang di Suriah. Mendukung secara total terhadap rezim Syiah Bashar al-Assad. Vladimir Putin yang mempunyai ambisi  sebagai "Tsar", dan ingin mengembalikan kejayaan Rusia seperti Unie Soviet, terus melakukan petualangan politik dan militer.
Kemudian, ketegangan yang mengancam keamanan global itu dimulai dari serangan bom “ bunuh diri” di Ankara Turki, menjelang pemilihan parlemen, 1 Nopember, dan menewaskan lebih dari 100 orang, saat berlangsung aksi demonstrasi damai oleh para pendukung kelompok PKK Kurdi.
Disusul jatuhnya pesawat Metrojet Rusia, dan menewaskan 224 penumpangnya, tak lama sesudah tinggal landas dari kota wisata Sharm el-Sheik, Mesir. Metrojet Rusia itu, meledak akibat “bom” yang ditanam dalam pesawat itu.
Terus pemboman terhadap pusat gerakan Syiah Hesbollah, di Beirut, Lebanon, menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya, disamping menghancurkan bangunan pusat gerakan Syiah Hesbulllah di Lebanon.
Gerakan Syiah Hesbollah Lebanon itu, merupakan kekuatan utama yang mendukung rezim Syiah Bashar al-Assad. Ribuan milisi Syiah Hesbollah sejak awal terlibat dalam perang di Suriah.
Kemudian, secara dramatis terjadi peristiwa “JUM'AT 13 NOPEMBER”, yaitu serangan bersenjata dan bom “bunuh diri” di pusat kota Paris, menewaskan 153 orang, 300 orang mengalami luka, dan 200 orang disandera. Kota yang dikenal dengan keindahannya, dan pusat “MODE” itu, benar-benar seperti dalam keadaaan 'PERANG”.
Serangan “teroris” itu, menghentakan kesadaran seluruh jagad bahwa dunia sudah tidak yang aman lagi.  Kemudian di sudahi dengan keputusan Sidang Dewan Keamanan PBB, yang memutuskan bahwa “teroris” IS/ISIS menjadi musuh bersama negara-negara di dunia.
Namun, ancaman keamanan dan serangan “teroris” tidak berhenti dengan keputusan Dewan Keamanan PBB, berikutnya sebuah hotel mewah, yang menjadi tempat berkumpulnya para pengusaha dan politisi dunia, di kota Barmako, Mali, diserang oleh “teroris”, dan menewaskan paling sedikit 22 orang, dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Mali pernah menjadi jajahan Perancis. Sebelumnya, Perancis sudah mengirimkan pasukan ke Mali, memadamkan pemberontakan kelompok Islam, yang berjuang ingin mendirikan “Daulah Islamiiyah” di Mali utara.
Kekacauan terus berlangsung dan serangan tak henti, sebuah iring-iringan Presiden Tunisia, diserang dengan “bom”, dan menewaskan 12 orang pentgawalnya oleh “teroris”, dan Tunisia mengalami kekacauan hebat, dan kemudian negara dinyatakan dala keadaaan darurat, seluruh perbatasan Tunisia ditutup.
Sebelumnya terjadi serangan terhadap para turis, di pantai Mediterania. Di mana puluhan turis Eropa tewas, ditembaki oleh seorang mahasiswa. Serangan yang sangat luar biasa terhadap para turis, di mana mereka sedang menikmati sinar matahari di tepi laut Mediteriania.
Puncaknya, ditembaknya pesawat jet tempur Rusia oleh Turki, dan pasti mempunyai dampak sangat luas, dan  bakal mengancam keamanan seluruh kawasan Timur Tengah. Turki menuduh melanggar kedaulatan wilayah udaranya. Presiden Rusia Vladimir Putin sangat marah, dan mengutuk tindakan Turki. Putin mengatakan bahwa Turki mendukung “teroris” IS/ISIS.
Putin juga menegaskan bahwa serangan terhadap pesawat jet tempur Rusia itu, bakal mempunyai konsekuensi yang sangat serius, terutama hubungan Turki-Rusia.
Ketegangan Turki-Rusia itu, kemudian menyeret NATO, dan para pemimpin negara-negara NATO, menggelar pertemuan di Brussel menghadapi resiko ancaman dari Rusia. Negara-negara NATO, termasuk Amerika mendukung Turki yang membela kedaulatannya. Hal itu ditegaskan oleh Presiden Amerika Barack Obama.
Jadi konflik antara Turki-Rusia itu, kemudian berubah menjadi konflik antara Rusia dan NATO. Inilah situasi yang sangat genting secara global. Dampak perang di Suriah telah menyebar dan meluas, bukan hanya perang menghadapi “teroris”, tapi sekarang berubah konflik mengarah antara NATO dengan Rusia.
Ancaman perang global, dan menjurus “Perang Dunia Ketiga”, sudah tidak dapat dikesampingkan. Di mana Rusia memindahkan kekuatan arsenal militernya ke Suriah. Rusia mengirimkan berbagai jenis senjata ke Suriah. Sesudah ditembaknya pesawata jet tempur Rusia oleh Turki.
Rusia memindahkan rudal jelajah jenis S-400 ke Suriah, dan mengerahkan kapal induknya ke laut Meditterinia, yang ada di perairan Suriah dekat dengan pangkalan militer Rusia di Latakia.
Eskalasi militer Rusia ke Suriarh terus meingkat. Tanpa batas. Bukan sekadar mempertahankan rezim Syiah Bashar al-Assad, tapi pemindahan arsenal militer Rusia ke Suriah sudah menjadi ancaman perang, dan bakal menjurus kepada “Perang Dunia Ketiga”.
Suriah menjadi “episentrum” (pusat) meledaknya perang dunia, dan akan menyeret bangsa-bangsa di dunia ke dalam kancah perang. Siapa yang berada dibalik kekacauan global, dan mengarahkan kehancuran kehidupan umat manusia ini? Wallahu'alam.