Assadis Bom Douma, Pasar Banjir Darah
Baghad Banjir Darah (Kisah Ibnul Alqami)
"Baghdad Banjir Darah"
"Baghdad Banjir Darah"
Oleh Ustadz Abdul Mu'thi Sutarman, Lc
Nama Baghdad tidaklah asing bagi
kebanyakan orang. Ia adalah nama ibukota untuk Negara Irak di masa kini. Kota
ini dibangun pada pertengahan abad kedua hijriyah oleh seorang khalifah Dinasti
Abbasiyah bernama Abu Ja'far Abdullah bin Muhammad Al Manshur (wafat tahun
158H). Baghdad kemudian dijadikan sebagai pusat pemerintahan oleh dinasti (khilafah)
Abbasiyah hingga jatuh ke tangan pasukan Tartar yang kafir pada tahun
(656H).
Kota ini dijadikan pusat pemerintahan di
masa itu karena memang letak geografis yang sangat strategis dengan kekayaan
alam yang melimpah. Baghdad pada waktu itu menjadi pusat peradaban Islam di
dunia timur. Pergerakan di berbagai disiplin ilmu begitu pesat hingga Baghdad
merupakan kantong para ulama dan pusat perhatian para pecinta ilmu untuk
melakukan pelancongan kesana.
Seiring dengan itu pula aktifitas
perekonomian menggeliat. Sehingga untuk berjalannya pemerintahan dengan baik,
Baghdad pun berbenah diri dengan mengadakan beragam fasilitas yang memadai guna
mendukung aktifitas masyarakat. Oleh karenanya, tak berlebihan jika Imam Asy
Syafi'i pernah bertanya kepada Yunus bin Abdul A'la, "Wahai Yunus,
pernahkah kamu masuk Baghdad? Jawab Yunus, 'belum.' Berkata Asy-Syafi'i
kepadanya, 'Kamu belum melihat dunia." [Tarikh Baghdad 1/4].
Namun demikian bukan berarti dinasti
Abbasiyah yang berkuasa kurang lebih lima abad di sana adalah dinasti yang
maksum, luput dari kesalahan. Mereka tidak lebih dari manusia biasa sehingga
kesalahan tetap ada di sana sini. Akan tetapi di masa itu syiar-syiar Islam
begitu tampak di permukaan, jihad melawan orang-orang kafir digalakkan dan kaum
muslimin adalah umat yang berwibawa di hadapan para musuhnya, suatu hal yang
sulit kita dapatkan di masa sekarang ini.
Ibnul 'Al Qami Sang Menteri Syiah
Rafidhah
Namun tak disangka-sangka Baghdad yang
menjadi mercusuar beratus-ratus tahun lamanya harus menelan takdir yang pahit.
Tak terbesit pada benak orang kala itu bahwa mayoritas penduduk Baghdad akan
menemui ajalnya dengan cara yang sangat tragis. Yaitu dibantai oleh pasukan
Tartar pimpinan Holakokhan yang jumlah tentaranya sekitar dua ratus ribu
personil.
Dalam peristiwa pembantaian ini sang
khalifah (Al Musta'shim) dibunuh beserta keluarga kerajaan, para petinggi
kerajaan, alim ulama dan tokoh-tokoh penting. Ditaksir lebih dari satu juta
penduduk Baghdad dibantai pasukan Tartar secara bengis. Mereka tidak pandang
bulu apakah yang mereka bunuh itu wanita, anak-anak atau orang yang sudah tua
renta. Akan tetapi mengapa hal ini bisa terjadi? Di mana pasukan khalifah?
Jawabannya : disamping memang itu sudah
merupakan takdir/ketentuan Dzat Yang Maha Kuasa karena kemaksiatan yang
dilakukan oleh sebagian manusia di sana juga ada faktor yang dominan kenapa
pasukan Tartar dengan mudah melumpuhkan kota baghdad dalam waktu yang kurang
dari 40 hari. Diantara faktornya adalah penghianatan Ibnu 'Alqami menterinya
al-Mustashim yang beraliran Syiah Rafidhah.
Sebelum peristiwa ini sempat terjadi
keributan sektarian yaitu antara ahlusunnah dengan Syiah yang berakhir dengan kekalahan
telak di pihak Syiah dengan direbutnya wilayah-wilayah Syiah dan hunian-hunian
kerabat Ibnul 'Alqami.
Ibnul 'Alqami ingin membalas dendam. Di
samping memang telah berkumpul dalam benak Sang Menteri ini beragam kejahatan
yang ingin ia lancarkan. Diantaranya: kebencian terhadap Ahlusunnah dan
ambisinya untuk mendirikan kekuasaan Alawiyah (ahlul bait) di bawah
kepemimpinannya. Dialah yang membuka jalan bagi pasukan Tartar di bawah
pimpinan Holakokhan untuk masuk ke Baghdad agar pasukan Holako membinasakan
penduduk Baghdad kecuali Ibnul 'Alqami beserta keluarganya dan orang-orang yang
sepaham dengannya.
Maksud Ibnul Alqami adalah ia ingin
meminjam tangannya pasukan Tartar untuk menumpas khalifah Abbasiyah dan
penduduk Baghdad yang berkeyakinan Ahlussunnah kemudian pada gilirannya nanti
dia akan mengambil alih kekuasaan untuk dirinya.
Cara-Cara Licik Ibnul 'Alqami
Sebelum kita mengetahui lebih lanjut
bentuk penghianatan menteri Syiah ini alangkah baiknya kita mengenal lebih
dahulu siapa Ibnu 'Alqami ini sebenarnya. Dia adalah Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad bin Ali bin Abi Thalib Ibnul 'Alqami, menterinya khalifah Al
musta'shim, khalifah terakhir dari bani Abbasiyah.
Sebelum diangkat jadi menteri, Ibnu
'Alqami telah lama menjadi seorang guru di komplek kerajaan. Dia seorang yang
mumpuni dalam bidang sastra. Namun dia seorang syiah Rafidhah yang jahat dan menyimpan
kejelekan kepada Islam dan kaum muslimin. Semasa menjadi menteri dia
mendapatkan pengagungan dan posisi yang sangat terpandang yang tidak pernah
didapat oleh para menteri yang lainnya.
Kebijakan menteri ini sering diikuti oleh
khalifah Al musta'sim yang memang kurang jeli terhadap makar sang menteri.
Beragam niatan kejahatan terkumpul padanya hingga akhirnya ia berhasil membuka
jalan bagi Holakokhan dan pasukannya untuk menumpas Baghdad.
Namun Allah berkehendak lain. Ibnu
'Alqami justeru mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dari pasukan
Tartar. Bahkan dia menjadi orang yang miskin lagi terhina. Padahal sebelumnya
dia orang yang terpandang dan disegani.
Kini dia naik keledai sendirian yang
sebelumnya, iring-iringan kebesarannya menyerupai iring-iringan khalifah.
Ketika dia naik kuda dalam keadaan hina dengan kuda yang dicambuki oleh yang
menuntunnya, ia disindir oleh seorang wanita: "Hai Ibnul 'Alqami, apakah
seperti ini dahulu Bani Abbas (keluarga khalifah) memperlakukan kamu?! Ibnul 'Alqani
sakit hatinya dan sangat terpukul dengan ejekan itu. Setelah itu dia tidak mau
keluar rumah sampai mati dalam keadaan sedih dan terpukul hatinya.
Ibnul 'Alqami hidupnya tidaklah lebih
dari 3 bulan setelah tragedi pembantaian penduduk Baghdad. Kemudian tidak lama
anak Ibnul 'Alqami yang diangkat menjadi menteri pada masa-masa kritis ini
menyusul mati bapaknya. Hilang sudah harapan Ibnul 'Alqami untuk menjadikan
Baghdad sebagai pusat pemerintahan 'Alawiyah. Ternyata ia dikhianati oleh
pasukan Tartar. Ibnul 'Alqami mati pada tahun (656 H) pada umur 66 tahun.
Inilah diantara cara-cara licik yang
dilakukan oleh Ibnul 'Alqami dalam andilnya menghancurkan Baghdad :
1.Memangkas jumlah pasukan khalifah dari
yang sebelumnya seratus ribu personil menjadi sekitar sepuluh ribu dengan dalih
menghemat anggaran negara.
2.Diam-diam mengirimkan surat kepada
Holakokhan yang isinya membeberkan rahasia lemahnya muslimin dan sedikitnya
pasukan khalifah.
3.Menahan surat-surat yang datang dari
luar Baghdad untuk khalifah al musta'shim yang dikirim oleh beberapa penguasa
yang memberi nasihat kepada khalifah.
4.Mendorong Holakokhan untuk masuk ke
Baghdad dan membuka jalan untuknya.
Ketika pasukan Tartar di bawah komando
Holakokhan telah mengepung Baghdad dari timur dan baratnya maka Ibnul 'Alqami
meminta kepada khalifah untuk menghadap Holakokhan agar melakukan perdamaian
dengan Holako yang isi perdamaiannya adalah menyepakati setengah hasil dari
wilayah Irak diserahkan kepada Holakokhan dan setengahnya untuk khalifah.
Akan tetapi ini hanya tipuan belaka dari
menteri Syi'ah ini agar Holako bisa menangkap khalifah dan para petinggi
kerajaan. Sang khalifah tidak jeli membaca makar jahat Ibnul 'Alqami. Khalifah
keluar dengan sekitar tujuh ratus orang dari kalangan hakim, ulama, shufi (ahli
ibadah), para petinggi negara dan para tokoh untuk menghadap Holako.
Ketika sudah dekat dari tempatnya Holako,
khalifah dikepung bersama sekitar tujuh belas orang sedangkan yang selebihnya
yang berjumlah lebih dari enam ratus tokoh dibunuh semua dan kendaraan mereka
dirampas.
Setelah khalifah bertemu Holako dan
terjadi pembicaraan, sSang khalifah dilepas untuk pulang ke istananya di
Baghdad untuk menyerahkan perhiasan-perhiasan dan harta-harta yang mewah kepada
Holako. Ketika khalifah datang lagi membawa harta-harta tersebut kepada Holako
maka orang-orang munafik dan para petinggi syi'ah Rafidhah membisikan kepada
Holako bahwa perdamaian ini jika disetujui maka tidak akan berjalan kecuali
setahun atau dua tahun. Mereka mengusulkan kepada Holako untuk membunuh
khalifah. Disebutkanbahwa yang menyarankan pembunuhan sang khalifah adalah
Ibnul 'Alqami dan Nashiruddin ath-Thusi yang notabenenya adalah Syi'ah. Holako
mengikuti saran mereka dan akhirnya ia membunuh khalifah.
PEMBANTAIAN YANG SANGAT SADIS
Setelah khalifah dibunuh, pasukan Tartar
bergerak masuk Baghdad untuk membunuh siapa saja yang bisa mereka tangkap.
Mereka tidak mempedulikan lagi apakah yang mereka bunuh itu laki-laki atau
wanita orang tua atau anak kecil. Karena bengisnya pembantaian maka ada
sebagian orang bersembunyi masuk ke sumur, jamban-jamban, dan got-got
pembuangan kotoran.
Sebagian lagi ada yang bersembunyi di
pertokoan -pertokoan dengan mengunci pintu-pintunya namun pasukan Tartar
membuka dengan paksa atau membakarnya lalu membunuhi orang yang bersembunyi
padanya. Tidak luput pula dari pembantaian orang-orang yang berlindung di
masjid-masjid.
Penduduk Baghdad tidak ada yang selamat
dari pembantaian ini kecuali orang-orang kafir dzimmi (orang kafir yang hidup
aman di dalam negeri Islam) dari kalangan Yahudi dan Nashrani dan orang-orang
yang berlindung di rumah sang menteri syi'ah, Ibnul Alqami dan sekelompok
saudagar yang meminta jaminan keamanan dengan menyerahkan harta yang banyak
kepada Ibnul 'Alqami supaya selamat.
Berrubahlah Baghdad menjadi kota yang
hancur luluh yang sebelumnya merupakan kota yang paling tentram dan sejahtera.
Baghdad pasca pembantaian tidaklah dihuni kecuali oleh segelintir manusia dalam
keadaan mereka serba ketakutan, kelaparan serta terhinakan.
Ahli sejarah berbeda pendapat tentang
beberapa jumlah penduduk Baghdad yang terbantai dalam peristiwa ini, ada yang
menyatakan delapan ratus ribu orang, ada pula yang mengatakan satu juta delapan
ratus ribu orang dan bahkan ada yang memperkirakan mencapai dua juta orang,
Innalillahi wainna ilaihi raji'un.
Dan adalah masuknya pasukan Tartar ke
Baghdad di akhir-akhir bulan Al Muharram. Mereka membunuhi penduduknya sampai
empat puluh hari. Mayat-mayat berserakan di jalan-jalan, sehingga wabah dan
penyakit menyebar kemana-mana. Orang-orang yang masih hidup waktu itu di
Baghdad, banyak yang menyusul saudaranya yang telah mati sebelumnya.
Kematian di mana-mana karena hawa menjadi
berubah dengan membawa wabah penyakit. Bahkan saking dahsyatnya hawa karena
bangkai-bangkai manusia yang berserakan, orang-orang yang berada di Syam banyak
juga yang meninggal.
BIOGRAFI SINGKAT KHALIFAH AL
MUSTA'SHIM
Beliau adalah Abdullah bin Abi Ja'far Al
Manshur bin Muhammad Al hasyimi Al 'Abbasy. Akhir khalifah dinasti (daulah)
Abbasiyah di Irak. Beliau seorang Sunni di atas keyakinan salaf, akan tetapi
pada diri beliau ada sikap lembek, tidak jeli dan tidak sigap (terhadap makar
musuh) dan punya ambisi menumpuk harta.
Ia dibunuh oleh pasukan Tartar dalam
keadaan terzalimi pada hari Rabu 14 Shafar 656 H pada umur 46 tahun lebih empat
bulan. Masa kekhalifahannya 15 tahun 8 bulan dan beberapa hari. Semoga Allah
melimpahkan ampunan dan rahmat kepadanya.
SEKILAS FAEDAH DARI KISAH
1.Bahayanya menjadikan orang yang
menyimpang akidahnya sebagai teman dekat atau menjadikannya sebagai orang yang
diserahkan kepada tugas. Dan sebaik-baiknya orang yang diserahkan kepadanya
tugas adalah yang kuat lagi terpercaya sebagaimana firman Allah:
اِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَئْجَرْتَ الْقَوِيُّ
الأَمِيْنُ
"Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada
kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".
2.Orang-orang syi'ah untuk memuluskan
niat jahatnya mereka menghalalkan penghianatan dan menggandeng orang-orang
kafir untuk tujuan-tujuan busuk mereka. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah,
"Mereka (orang-orang syi'ah) selalu membela orang-orang kafir dari
kalangan musyrikin, Yahudi dan Nashrani untuk memerangi dan memusuhi muslimin."
[Al Watsaiq Attaamuriyah hal. 133]
Apa yang dilakukan oleh orang-orang
syi'ah di masa lalu dari penghianatan dan kerjasama dengan musuh-musuh Islam
juga dilanjutkan terus anak cucunya generasi demi generasi sampai saat
ini.
Berikut beberapa bukti yang menunjukkan
hal tersebut:
1.Runtuhnya Baghdad dan Kabul di jaman
sekarang oleh Amerika dan sekutunya karena sokongan dari Iran (negeriSyi'ah).
Berkata wakil presiden Iran di masa Muhammad Khatami : Kalau bukan karena
Iran niscaya Kabul (ibukota Afganistan) dan Baghdad tidaklah jatuh sedemikian
mudah.
2.Berkata Yahya Al Houtsi (Syi'ah Yaman)
dalam wawancaranya di salah satu televisi Arab bahwa Amerika tidak pernah suatu
haripun menjadi musuhnya al-Houtsi sebagaimana Al Houtsi dan pengikutnya tidak
pernah menjadikan Amerika menjadi musuh [lihat Al Watsaiq Attaamuriyah:
136]
3.Kemaksiatan berdampak negatif bagi
kehidupan manusia.
4.Waspada dari makar-makar jahat musuh
yang akan menghancurkan umat.
Demikian sekelumit pelajaran yang bisa
kita ambil dari peristiwa runtuhnya Baghdad pada tahun 656 H. Wallahu
a'lam
Referensi
●Al Bidayah Wannihayah
●Si'ar A'lam an nubala
●Tarikh Daulah Abbasiyyah
Sumber : Majalah Qudwah edisi 23 tahun
2013 halaman 37
Potret
Kejahatan Syi’ah dalam Sejarah
Penghianatan
Syiah di Baghdad (Kurang lengkap))
Assasins;
Pasukan Khusus Syiah, Pembantai Umat Islam Ahlussunnah
Damaskus:
Kota Para Ulama Ahlus Sunnah. Rebut Damaskus Dari Tangan Syi’ah !
Nuklir
Iran Menjadi Ancaman Bagi Umat Islam (Karena Iran Adalah Musuh Dalam Selimut
Bagi Umat Islam Sedunia)