Wednesday, January 19, 2022

Bantahan Terhadap Penafsiran Ramadhan Al Buthi Dan Ruwaibidhoh Terkait Hadits 73 Golongan !!

Syekh Al-Buthi | Firqoh Yang Selamat.. | Memahami Hadis Umat Terpecah Menjadi 73 Golongan..


Golongan Islam Mana yang Akan Selamat? | Dr. Zakir Naik
Ancaman Bagi Orang yang Bergolongan dalam Islam | Dr. Zakir Naik


Asy Syahid Ramadhan Al Buthi : Jangan Gagal Pahami Hadis Umat Terpecah Menjadi 73 Golongan !
●Siapa itu Firqoh Najiyah | Syekh Ramadhan Al-Buthi
●Inilah Penafsiran Syaikh M. Said Ramadhan Al-Buthi tentang Hadis Iftiraqu al-Ummah
●Bagaimana Kita Menyikapi Hadis tentang Umat Akan Terpecah 73 golongan?
(pemahaman ang sama dengan M. Said Ramadhan Al-Buthi)
●Siapakah Dr. Ramadhan Al Buthi...??
 
●Penafsiran hadits oleh Ramadhan Al Buthi tidak benar dan menyesatkan, tunjukan pendapat ulama salaf atau pertengahan seperti pendapat beliau.
Beliau tidak membahas secara komprehensif dan utuh, seharusnya dengan tulisan.
●Beliau menafsirkan  ummat dakwah” dan “ummat Istijaabah” terkait hadits 73 golongn hanya pendapat akal beliau, kewajiban merujuk kepada dalil.
●Beliau tidak membahas hadits lain yang sejenis dan terkait dengan “Satu Golongan yang Selamat (Al-Firqatun An-Najiyyah) atau Masuk Surga” : Hadits  Abu Daud (4595, 4596, 4597), At - Tirmidzi (2640, 2641,5219), Hadits shahih Jamiat Tirmidzi (kitab fitnah, 2165, 2166, 2167), Ibnu Majah (3992).
●Juga beliau tidak melihat Ayat - ayat Al Qur'an terkait larangan golongan - golongan dalam Islam : QS Ali Imran (3) ayat 103 - 105, Al An'am (6) ayat 159, Syura' (42) ayat 13.
Selain artikel dibawah, anda bisa simak bahasan komrehensif, untuk membantah penafsiran M. Said Ramadhan Al-Buthi :
Golongan Islam Mana yang Akan Selamat? | Dr. Zakir Naik
Semua masuk neraka, kecuali satu : “Mereka adalah Al Jama’ah. Tangan Allah Diatas Jama’ah”. “Yaitu apa – apa yang Aku dan Para Shahabatku berada diatasnya”, buka artikel Al-Firqatun An-Najiyyah (Golongan Yang Selamat)
Siapa yang 72 golongan yang masuk neraka : buka artikel Firqah Sesat


Bantahan penafsiran Ramadhan Al-Buthi bisa direview pada artkel dibawah :
●Al-Firqatun An-Najiyyah (Golongan Yang Selamat)
●Firqah Sesat
●Kapan Keluar dari Ahlus-Sunnah ?
●Al-Jama’ah adalah Rahmat dan Perpecahan adalah ‘Adzab
Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Tiga Golongan Umat Islam
●Makna Al Jama’ah dan As Sawadul A’zham 
Firqah Sesat, Al-Firqatun An-Najiyyah (Golongan Yang Selamat) Dan Kapan Keluar Dari Ahlus-Sunnah ?
●Siapakah Golongan Yang Selamat (Al-Firqatun An-Najiyyah) ? Simak Dan Bandingkan Penjelasan Dua Doktor “UI Madinah” Dan “UIN Jakarta”
Larangan Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Pendapat Sendiri. Kaedah Penting Dalam Memahami Al Qur’an Dan Hadits.
Untuk Penuduh Salafi Mudah Mengkafirkan (Mati Ketawa Ala Buya Yahya)
●Sebagian Pokok-Pokok ‘Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah – Komparasi Antara Klaim dan Realitas
 
 
Kajian Ilmiah: Iftiraqul Ummah - Ustadz Firanda Andirdja, MA
Hadits Tentang Perpecahan Umat Menjadi 73 Golongan - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, MA
●Ciri Firqatun Najiyah, Golongan yang Selamat
Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, MA
●Siapa 72 Golongan yang Masuk Neraka?
Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, MA
●Apakah Manhaj Salaf Golongan yang Paling Benar?
Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, MA
●Manhaj Salaf dan Manhaj Ahlul Bid'ah dalam Berdalil l Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.(327 Comments)
●Tentang 1 Golongan yang Selamat dari 73 Golongan
●Salafi merasa benar sendiri, merasa masuk surga (hadits, Umat Terpecah 73 Golongan) ? Ustadz dzulqarnain bin muhammad sunusi (lihat 375 Comments)
●Benarkah Wahabi Suka Mengkafirkan? - Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi
●"Tanggapan" Dari Mulai Maroko sampai Marauke itu Asy'airoh (Mayoritas ?)-Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi
●Menjawab Syubhat : Kebanyakan Umat ini Penganut Asy'ariyah (Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi)
 
●Ketika Banyak Ulama Yang Membingungkan,Carilah Ilmu Syar'i Di Madinah
●Ancaman Bagi Orang Yang Membenci Kota Madinah Dan Ahlul Ilmunya..
●Fenomena Ruwaibidhoh (Berbicara Agama Tampa Ilmu)
●Ketika Ilmu (ulama)  Dinangkat Dan Kebodohan Merajalela
●Perpecahan Umat Islam – Hadits 1492-1493 – Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah (Ustadz Badrusalam, Lc.)
●Tolok Ukur Kebenaran Adalah Secara Syar'i
●Dakwah Bil Kitabah, Bukan Dominan Bil Lisan. Dakwah Bil Youtube, Berpotensi Negatif Untuk Jadi Alat Provokasi. Rahasia Produktivitas Menulis Para Ulama Salaf.
Busung Dada Merasa Mayoritas Dari Maroko Ke Marauke. Makna Al Jama’ah Dan As Sawadul A’zham, Siapakah Al-Firqatun An-Najiyyah ?
●Kebenaran Tidak Diukur Dengan Banyaknya Orang Yang Mengikutinya. Berpegang Pada Suara Mayoritas Adalah Kaidah Kaum Jahiliyah
●Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang
●Kebodohan Akan Menghalangi Seseorang Untuk Menerima Kebenaran.
●Hadist: Jika Engkau Tak Malu, Perbuatlah Sesukamu
●Ditanya oleh sahabat, siapakah Ruwaibidhah itu? Nabi menjawab Ruwaibidhah ialah seseorang yang dungu, tapi dipercaya dan sibuk mengurusi urusan publik (HR Ibn Majah dari Abi Hurairah).
●Standarisasi Kebenaran Dalam Islam
●Standar Kebenaran Bukan Pada Amalan Semata
Bukti Umat Islam Terpecah 73 Golongan !! Da'i - Da'i Syaitan Penyeru Kepada Neraka Jahannam
 
 
Penafsiran Aswajal (aswaja lokal)
 
H. Ustadz Abdul Somad Lc,MA - penjelasan tentang hadits umat islam terpecah menjadi 73 golongan
Maksud Hadits | 73 Golongan | Gus Idrus Ramli
73 Golongan Sesat 1 Selamat, Apa Itu? - Buya Dr. Arrazy Hasyim, Ma
Buya Arrazi Hasyim - Islam Terpecah 73 Golongan, Siapa Satu Golongan Yang Selamat itu?


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan dalam hadits di atas,
 
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً
 
“Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga ‘millah’ (golongan).” (HR. Tirmidzi no. 2641)
 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut masing-masing aliran dengan istilah “millah” (agama). Hal ini menunjukkan bahwa aliran-aliran tersebut berbeda dengan millah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Sehingga perbedaan antara millah-millah (yang menyimpang) tersebut dengan millah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perbedaan jalan, perbedaan pemahaman, atau perbedaan metodologi dalam beragama.
 
Hadits ini (HR. Abu Dawud no. 4597 dan HR. Tirmidzi no. 2641) menunjukkan bahwa jalan kesesatan itu banyak, sedangkan jalan kebenaran itu hanya satu saja (tunggal, tidak berbilang). Artinya, banyak model kesesatan. Untuk menjadi orang sesat itu banyak jalannya, sehingga tinggal “memilih”.
 
Adapun jalan kebenaran, yaitu jalan Allah, jalan Rasul-Nya, dan jalan ini pula yang ditempuh oleh para sahabat, itu hanya satu dan tidak berbilang. Allah Ta’ala berfirman,
 
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
 
“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am [6]: 153)
 
Pada ayat di atas, Allah Ta’ala menggunakan kata tunggal ketika menyebutkan jalan-Nya, yaitu “shirath”. Sedangkan ketika Allah Ta’ala menyebutkan jalan kesesatan, Allah Ta’ala memakai bentuk jamak, yaitu “as-subul”. Sekali lagi, ini menjelaskan bahwa jalan kebenaran itu hanya itu, itulah jalan Allah, sedangkan jalan kesesatan itu banyak dan berbilang.
 
Seebagian orang salah paham dengan hadits di atas dengan mengatakan bahwa, “Mereka (yang mengklaim dirinya sebagai ahlus sunnah) ingin mengkapling surga sendiri.” Ini adalah salah paham dengan hadits di atas.
 
Hal ini karena tujuh puluh dua golongan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan sesat, mereka itu masih menjadi bagian umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga berhak masuk surga, namun mereka terancam dengan neraka.
 
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
 
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي
 
“Dan umatku akan terpecah … “
 
Umat apa yang dimaksud? Perlu diketahui bahwa ada dua jenis umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pertama adalah “umat dakwah”, yaitu semua orang yang menjadi objek sasaran dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang hidup sejak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus menjadi Rasul, hingga hari kiamat. Ke dua adalah “umat ijabah”, yaitu mereka yang menerima dan merespon dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga menjadi bagian dari kaum muslimin.
 
Pengertian “umatku” dalam hadits di atas bermakna umat ijabah. Sehingga tujuh puluh dua golongan tersebut masih termasuk dalam bagian umat Islam yang nantinya akan masuk surga, bukan orang kafir yang kekal di neraka.
 
Lalu, apakah mereka pasti masuk neraka?
 
Jawabannya, belum tentu. Ancaman untuk masuk neraka ini terwujud (benar-benar terwujud) jika syarat-syarat terpenuhi dan tidak ada penghalang. Hal ini sesuai dengan kaidah umum bahwa dalil-dalil yang berisi ancaman neraka itu akan terwujud jika syarat (kondisi) terpenuhi dan tidak ada faktor penghalang.
Orang yang meninggal dan dia berada di salah satu dari tujuh puluh dua golongan, berarti bahwa telah terpenuhi syarat (kondisi) orang tersebut untuk terkena ancaman. Namun, masih ada faktor penghalang.
 
Di antara faktor penghalang adalah adanya rahmat dan ampunan dari Allah Ta’ala. Kalau ternyata Allah Ta’ala mengampuni, maka tentu tidak jadi masuk neraka.
 
Berdasarkan penjelasan ini, maka tidak benar bahwa surga itu “dimonopoli” oleh ahlus sunnah wal jama’ah saja. Kecuali kalau jalan kesesatan mereka itu berada di luar tujuh dua golongan itu (alias kesesatan yang menyebabkan kekafiran sehingga tidak lagi termasuk dalam umat ijabah), maka mereka kekal di neraka, seperti golongan Ahmadiyyah.
●Mendulang Faidah dari Hadits Perpecahan Umat

Hadits Islam Berpecah Menjadi 73 Golongan
 
Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan :
 
عَنْ أَبِيْ عَامِرٍ الْهَوْزَنِيِّ عَبْدِ اللهِ بْنِ لُحَيِّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِيْ سُفْيَانَ أَنَّهُ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ: أَلاَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ: أََلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ اِفْتَرَقُوْا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ. ثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ .
 
Artinya: Dari Abu ‘Amir al-Hauzaniy ‘Abdillah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia (Mu’awiyah) pernah berdiri di hadapan kami, lalu ia berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan dan sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, (adapun) yang tujuh puluh dua akan masuk Neraka dan yang satu golongan akan masuk Surga, yaitu “al-Jama’ah.”
Hadits diatas diriwayatkan oleh:
1.Abu Dawud, Kitabus Sunnah Bab Syarhus Sunnah no. 4597, dan lafazh hadits di atas adalah dari lafazh-nya.
2.Ad-Darimi, dalam kitab Sunan-nya (II/241) Bab fii Iftiraqi Hadzihil Ummah.
3.Imam Ahmad, dalam Musnad-nya (IV/102).
4.Al-Hakim, dalam kitab al-Mustadrak (I/128).
5.Al-Ajurri, dalam kitab asy-Syari’ah (I/314-315 no. 29).
6.Ibnu Abi ‘Ashim, dalam Kitabus Sunnah, (I/7) no. 1-2.
7.bnu Baththah, dalam kitab al-Ibaanah ‘an Syari’atil Firqah an-Najiyah (I/371) no. 268, tahqiq Ridha Na’san Mu’thi, cet.II Darur Rayah 1415 H.
8.Al-Lalikaa-iy, dalam kitab Syarah Ushul I’tiqad Ahlus Sunah wal Jama’ah (I/113-114) no. 150, tahqiq Dr. Ahmad bin Sa’id bin Hamdan al-Ghaamidi, cet. Daar Thay-yibah th. 1418 H.
8.Al-Ashbahani, dalam kitab al-Hujjah fii Bayanil Mahajjah pasal Fii Dzikril Ahwa’ al-Madzmumah al-Qismul Awwal I/107 no. 16.
Golongan Mana yang Langsung Masuk Surga?
Sebenarnya semua muslim akan masuk surga, namun yang 72 golongan ini akan masuk neraka dulu untuk dihapus dosa-dosanya, untuk kemudian dimasukkan ke surga. Kecuali Al-jamaah yang akan langsung masuk ke dalam surga tanpa melalui siksa neraka.
 
Lalu, siapakah Al-Jama’ah, 1 golongan yang akan langsung masuk surga itu?
 
Dijelaskan dalam hadits yang lain (karena hadits ini banyak periwayatnya, ada sekitar 14 sahabat nabi yang meriwayatkan hadits ini):
 
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِيْ مَا أَتَى عَلَى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِيْ أُمَّتِيْ مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ.
 
Artinya:
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh akan terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil sedikit demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka (Bani Israil) yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah saja dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang semuanya di Neraka kecuali satu millah.’ (para Shahabat) bertanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Apa yang aku dan para Shahabatku berada di atasnya.’”
 
– HR At-Tirmidzi no. 264
 
Saya harus tepok jidat dengan orang-orang yang mempermasalahkan dan mempertanyakan “siapa 1 golongan yang masuk surga itu?”. Karena dalam hadits itu sendiri kan sudah dijelaskan, siapa golongan yang masuk surga. Para sahabat sudah bertanya siapa 1 golongan yang masuk surga itu kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
 
(para Shahabat) bertanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Apa yang aku dan para Shahabatku berada di atasnya.’”
 
Nah, jelas kan… Orang yang termasuk dalam 1 golongan yang akan masuk surga adalah orang-orang yang meneladani Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dengan kata lain, orang-orang yang berpegang teguh pada Al-quran dan Assunnah dengan pemahaman para shalafushalih (para sahabat). Kenapa kok para sahabat? Karena rasulullah menyampaikan Al-quran dan hadits shahih kepada para sahabat.
 
Jadi, seharusnya ini tidak lagi perlu menjadi perdebatan panjang, karena toh sudah dijelaskan disitu siapa 1 golongan yang akan masuk surga.
 
Parahnya, banyak orang terutama orang-orang muslim Sunni pada umumnya menganggap Al-jamaah itu adalah golongan “Ahlus Sunnah Wal Jamaah” (mereka sering sebut juga Aswaja). Yaitu golongan Islam terbesar di dunia saat ini. Tapi pendapat ini keliru, sangat keliru. Karena yang pertama, pendapat ini kontradiksi/bertentangan dengan hadits dibawah ini yang menjelaskan bahwa kondisi Islam di masa depan (yaitu sekarang) akan semakin sedikit :
 
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
 
Artinya: “Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing”
 
– HR. Muslim no. 145
 
Hadits di atas menjelaskan, bahwa syariat Islam lama-kelamaan akan di tinggalkan dan akan terasingkan, sebagaimana ia pertama kali dibawa Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam di fase Mekkah, maka ini tidak sesuai dengan jumlah jamaah terbesarnya AsWaJa.
 
Orang-orang mungkin masih menisbatkan dirinya pada agama Islam (sebagaimana orang-orang kafir Mekkah masih percaya kepada Allah). Namun mereka telah melupakan syariatnya (sebagaimana orang kafir Mekkah meninggalkan syariat Ibrahim), dan sebagian lagi mengubah-ubah syariat Islam. Bahkan banyak sunnah-sunnah yang ditinggalkan, berganti menjadi bid’ah-bid’ah yang bermunculan. Kenapa saya memahami hadits ini demikian? Karena ada hadits lain yang melengkapi hadits di atas:
 
dalam riwayat yang lain :
 
قيل يا رسول الله ومن الغرباء؟ فقال: الذين يصلحون إذا فسد الناس
 
Artinya: Rasulullah- Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya “wahai rasulullah siapa yang asing itu (al-Ghuraba)?” Rasulullah- Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Yaitu orang-orang yang mengadakan perbaikan di tengah manusia yang berbuat kerusakan”.
 
– HR. Abdullah bin Ahmad bin Hambal dalam Az Zawaid [16736], Al Baghawi dalam Mu’jam Ash Shahabah [1950], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [1273]
 
Berbuat kerusakan yang bagaimana maksudnya? Kerusakan pada agama, atau kerusakan pada bumi? Dalam riwayat lain dijelaskan dengan lafadz yang sedikit berbeda:
 
هم الذين يصلحون ما أفسد الناس من سنتي
 
Artinya: ”mereka adalah orang-orang yang memperbaiki sunnahku yang dirusak manusia”
 
Nah, maka 1 golongan yang akan masuk surga itu sebenarnya adalah Al-Jamaah, yaitu orang-orang yang Rasulullah dan para sahabat berada di atasnya, yaitu orang-orang yang berpegang pada Al-quran dan Assunnah dengan pemahaman Rasulullah dan shalafus shalih (para sahabat). Bukan Al-jamaah Ahlus Sunnah wal Jamaah.
 
Mau dia Salafi atau non-salafi, mau dia Muhammadiyah, Aswaja atau FPI, selama dia berpegang teguh pada Al-quran dan Assunnah dengan pemahaman para sahabat, maka itulah yang masuk surga. Malahan, kalau dia menisbatkan diri pada Salafi tapi tidak memegang teguh Al-quran dan Assunnah, maka dia tidak termasuk pada 1 golongan yg masuk surga itu.
 
Pertanyaannya sekarang:
KAMU MEMEGANG PADA ALQURAN DAN ASSUNNAH TIDAK? APA JANGAN JANGAN KAMU MALAH MASIH RUTIN MENGERJAKAN BID’AH-BID’AH? Masih suka syukuran (kehamilan, rumah baru, ulang tahun, among-among, syukuran laut,dll), kenduri, wiridan, tahlilan, tahun baru hijriyahan, dll?
 
(Hei, Allah tidak menuntut balasan yang besar-besar kepada hambanya yang ingin bersyukur. Allah cuma meminta kamu berucap “Alhamdulillah” saja. Maka cukupkanlah dengan kalimat “Alhamdulillah”…)
 
Ketahuilah, bid’ah itu sekecil apapun sangat berbahaya. Dimulai dari yang kecil, lama-lama menjadi besar. Dan lama kelamaan akan merusak syariat, seperti yang terjadi pada orang-orang Islam di Vietnam (ironis, bahkan islam disana tidak lagi bisa disebut sebagai Islam. Naudzubillahiminzalik).
 
 
Ingat, orang-orang yang terasing karena memperbaiki / mempertahankan sunnah rasulullah yang dirusak manusia dengan bid’ah-bid’ah itulah yang akan selamat!
Allahualam bishawab…
73 Golongan dalam Islam, Siapa 1 yang Akan Masuk Surga?
 
 
Hadits-Hadits Tentang Al Jama’ah

Untuk memahami makna Al Jama’ah, mari kita simak beberapa hadits yang memuatnya.
 
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
“Ketahuilah sesungguhnya umat sebelum kalian dari Ahli Kitab berpecah belah menjadi 72 golongan, dan umatku ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan. 72 golongan di neraka, dan 1 golongan di surga. Merekalah Al Jama’ah” (HR. Abu Daud 4597, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
عليكم بالجماعة ، وإياكم والفرقة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد .من أراد بحبوحة الجنة فليلزم الجماعة .ن سرته حسنته وساءته سيئته فذلكم المؤمن
“Berpeganglah pada Al Jama’ah dan tinggalkan kekelompokan. Karena setan itu bersama orang yang bersendirian dan setan akan berada lebih jauh jika orang tersebut berdua. Barangsiapa yang menginginkan bagian tengah surga, maka berpeganglah pada Al Jama’ah. Barangsiapa merasa senang bisa melakukan amal kebajikan dan bersusah hati manakala berbuat maksiat maka itulah seorang mu’min” (HR. Tirmidzi no.2165, ia berkata: “Hasan shahih gharib dengan sanad ini”)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ستكون بعدي هنات وهنات، فمن رأيتموه فارق الجماعة، أو يريد أن يفرق أمر أمة محمد كائنا من كان فاقتلوه ؛ فإن يد الله مع الجماعة، و إن الشيطان مع من فارق الجماعة يركض
“Sepeninggalku akan ada huru-hara yang terjadi terus-menerus. Jika diantara kalian melihat orang yang memecah belah Al Jama’ah atau menginginkan perpecahan dalam urusan umatku bagaimana pun bentuknya, maka perangilah ia. Karena tangan Allah itu berada pada Al Jama’ah. Karena setan itu berlari bersama orang yang hendak memecah belah Al Jama’ah” (HR. As Suyuthi dalam Al Jami’ Ash Shaghir 4672, dishahihkan Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shahih 3621)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
من رأى من أميره شيئا يكرهه فليصبر عليه فإنه من فارق الجماعة شبرا فمات ، إلا مات ميتة جاهلية
“Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak ia sukai dari pemimpinnya, maka bersabarlah. Karena barangsiapa yang keluar dari Al Jama’ah sejengkal saja lalu mati, ia mati sebagai bangkai Jahiliah” (HR. Bukhari no.7054,7143, Muslim no.1848, 1849)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
والذي لا إله غيره ! لا يحل دم رجل مسلم يشهد أن لا إله إلا الله ، وأني رسول الله ، إلا ثلاثة نفر : التارك الإسلام ، المفارق للجماعة أو الجماعة ( شك فيه أحمد ) . والثيب الزاني.والنفس بالنفس
“Demi Allah, darah seorang yang bersyahadat tidak lah halal kecuali karena tiga sebab: keluar dari Islam atau keluar dari Al Jama’ah, orang tua yang berzina dan membunuh” (HR. Muslim no.1676)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
من مات مفارقا للجماعة فقد خلع ربقة الإسلام من عنقه
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan memisahkan diri dari Al Jama’ah, maka ia telah melepaskan tali Islam dari lehernya” (HR Bukhari dalam Tarikh Al Kabir 1/325. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ 6410)
Yang mengikuti para sahabat dalam beragama, itulah yang selamat (firqotun najiyah). Sebagaimana disebutkan dalam hadits perpecahan umat. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Jadi, yang mengikuti pemahaman para sahabat, itulah yang selamat.
Mengapa kita mesti mengambil pemahaman salaf atau sahabat dalam beragama? Karena kalau memakai pikiran masing-masing dalam memahami Al Qur’an dan Hadits, maka tafsirannya bisa macam-macam, bahkan bisa rusak. Sehingga tidak cukup kita mengamalkan Al Qur’an dan Hadits saja, namun juga ditambah harus mengikuti pemahaman para sahabat.