Thursday, July 30, 2015

Jantung Pengkaderan Ulama Syi'ah Di Iran Tidak Bersentuhan Dengan Al-Qur'an!

Hauzah Ilmiah di Iran adalah institusi resmi pengkaderan ulama-ulama Syiah yang mencetak para mujtahid, ayatullah dan lain sebagainya.

Membaca ini akan terbayang di benak kita sebuah madrasah hebat yang mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam secara mendalam dan komprehensif dimulai dari pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ilmu-ilmu pokok lainnya seperti fiqh, tafsir, tarikh, bahasa arab dan lain sebagainya.
Namun ‘pesantren’ syiah ini beda dengan sekolah atau institusi agama lainnya, pasalnya Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam beragama dan mendalami ilmu agama Islam ternyata tidak dipelajari di jantung pengkaderan ulama Syiah tersebut, bagaimana bisa? Silakan baca pengakuan dari ulama-ulama mereka sendiri di bawah ini,

Khomeini, “Wahai murid-murid Hauzah dan universitas-universitas ahli tahkik, bangkit dan selamatkanlah Al-Qur’an dari kejahatan orang-orang jahil dan ulama suu’ yang menyerang Al-Qur’an dengan sengaja. Perlu diketahui, saya berkata dengan rendah hati bukan dengan cara biasa, saya sangat  bersedih, karena hidupku yang telah berlalu di atas jalan kesesatan dan kebodohan. Untukmu wahai anak-anak Islam yang pemberani, bangkitkanlah hauzah serta universitas-universitas agar bisa menoleh kepada Al-Qur’an. Jadikanlah pengajaran Al-Qur’an ada di setiap cabang-cabangnya sejauh pandanganmu dan tujuanmu yang tertinggi, agar anda semua tidak ditakdirkan oleh Allah untuk menyesal di akhir usia kalian ketika kelemahan dan usia tua menghalangi anda beramal kemudian anda menyesali usia muda yang telah lewat, sebagaimana yang penulis alami sendiri” (Al-Qur’an, Ats-Tsaql Al-Akbar, Khomeini, hal 33, Al-Qur’an Bab Al-Ma’rifah, hal 68-69)
 
Ali Khamene’i “Hauzah Ilmiah (sekarang ini), merupakan hasil dari keadaannya yang jika dilihat dari sejarah tidak punya perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an serta pelajaran-pelajaran Qur’ani, kondisi ini (jauhnya Hauzah dari Al-Qur’an serta ilmu-ilmunya) memberikan dampak yang sangat besar terhadap jalannya pembelajaran dan pengajaran di Hauzah Ilmiah, sama saja jika dilihat dari sisi ilmu-ilmu umum atau dari sisi ilmu muamalah.”

“Sesungguhnya sikap menutup diri dan menjauh dari Al-Qur’an yang terjadi di Hauzah-hauzah Ilmiahmenyebabkan terjadinya masalah-masalah yang banyak pada masa kini dan kedepannya, begitu juga jauhnya kita dari Al-Qur’an menyebabkan pendeknya pandangan kita dalam menganalisa sesuatu”

“Diantara yang membuat kita heran adalah bahwa seorang penuntut ilmu agama sangat mungkin menjadi seorang alim dan mujtahid dalam masalah-masalah keislaman, pemikiran, serta fiqh dengan tidak bersentuhan dengan Al-Qur’an yang merupakan kitab wahyu!”

“Di antara yang membuat kita bersedih adalah bahwa dengan mudah kita memulai pelajaran dan mendalaminya sampai pada taraf menerima ijazah ‘ijthad’ tanpa harus merujuk kepada Al-Qur’an walau cuma satu kali, kenapa bisa begini? Karena pelajaran-pelajaran kita tidak terikat dengan Al-Qur’an”!

“Di dalam Fiqh terdapat ayat-ayat Al-Qur’an akan tetapi itupun tidak dipelajari, dan tidak diteliti dalam bentuk yang mendalam sebagaimana yang terdapat dalam riwayat-riwayat”

“Dari sini, solusinya adalah mengembalikan setiap perkara ke sumber asalnya yang benar, dan membangun ilmu-ilmu Islam di atas Kitab dan Sunnah, bukan berubah kepada pengetahuan-pengetahuan yang dibangun di atas dengan mengenyampingkan Kitab dan Sunnah, kemudian pelajaran Kitab dan Sunnah beralih ke pelejaran-pelajaran yang tidak pokok, ini merupakan hambatan untuk sampai pada sebuah tujuan, karena sesungguhnya kita membutuhkan ushul, fiqh, mantiq, ilmu bahasa arab dan selainnya untuk memahami Kitab dan Sunnah, bukan sebaliknya” (Al-Hauzah Al-Ilmiyyah fi Fikril Imam Al-Khamene’i, Markaz Takhtit wal Manahij Ad- Dirasah, hal 59-60. Dan juga Tsawabit wa Mutaghayyiraat Al-Hauzah Al-Ilmiyyah, Dr. Ja’far Al-Baaqiri, hal 110-112)
Husein Fadhlullah, “Kita telah dikagetkan dengan kenyataan bahwa ternyata Hauzah Ilmiah di Najaf, Qom atau yang lainnya tidak memiliki motede pembelajaran Al-Qur’an sama sekali” (Tsawabit wa Mutaghayyiraat Al-Hauzah Al-Ilmiyyah, Dr. Ja’far Al-Baaqiri, hal 111)
Muh. Ya’qubi, “Saya telah katakan di beberapa buku saya, bahwa di antara hal yang sangat disayangkan adalah hilangnya Al-Qur’an dari metode pengajaran di hauzah, saya telah menyusun dengan bentuk yang tidak membuat seorang penuntut ilmu harus membahas Al-Quran Al-Karim secara mendalam dari awal ia belajar hingga akhir. Kemudian ia tidak akan menyentuh pembahasan Al-Qur’an kecuali ketika mencari dalil atas sebuah kaidah nahwu, atau penelitian ushuli serta masalah fiqh, akhirnya menjadi penelitian lewat akal semata, sedangkan Al-Qur’an tidak dijadikan gizi bagu hati, ruh serta obat bagi jiwa.”

“Dan mungkin seorang siswa hauzah akan sampai pada derajat yang tinggi dalam bidang fiqh dan ushul dengan tidak menjalani hidup bersama Al-Qur’an, dan belum mencoba berinteraksi dengan Al-Qur’an dan mendalaminya layaknya risalah perbaikan. Hari-hari dan pekan telah berlalu dan anda tidak mendapat seorang pun penuntut ilmu yang memegang mushaf asy-syarif uuntuk membaca dan mentadabburi ayat-ayatnya, karena tidak adanya hubungan ruh yang mendalam antara dirinya dengan Al-Qur’an, padahal jika hubungan tersebut ada niscaya bekal dan gizinya telah mencukupinya dari selainnya ketika ia mampu meninggalkannya, dan ini merupakan musibah yang besar bagi hauzah dan masyarakat, bahkan bisa jadi sebagian di antara mereka tidak bisa membacanya dengan bentuk yang diinginkan!”(Tsalatsah Yasykuun; Al-Qur’an, Al-Masjid, Al-Imam, hal 39)

Beginilah nasib Al-Qur’an di negeri pusat Syiah ini, jangankan bertanya kepada masyarakat awam yang berada di sana tentang interaksi mereka dengan Al-Qur’an, institusi pembentukan ulamanya pun sama sekali tidak bersentuhan dengan Al-Qur’an Al-Karim, oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak kita temukan ulama Syiah yang tidak hafal Al-Qur’an, bahkan ayat kursi yang dihafalkan oleh anak-anak TPA ternyata juga tidak dihafal oleh ulama Syiah (Baca: Dua UlamaSyiah ini Tidak Hafal Ayat Kursi, Maklum Qur'annya Beda), Wallahul musta’an.

Bahan bacaan: kitab Al-Fisham An-Nakd; Dirasah Lihaqiqah Al-Azimah Baina Ulama Asy-Syiah wal Qur’an, karya Abdul Malik bin Abdurrahman Asy-Sayfi’i, Cet 1, 2010.)
(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)