Thursday, November 1, 2018

Sudah Diduga, Sekuat Apapun, Rusia Akan Kalah Dan Terusir Dari Suriah Seperti Di Afghanistan.

Hasil gambar untuk rusia terusir dari afghanistan

Rusia yang juga pendukung konstitusi baru yang disusun Suriah dinilai bersedia menarik seluruh pasukannya dari tanah Suriah. Menurut Brakel, masalah keuangan menjadi faktor yang membuat Rusia tidak ingin begitu terlibat dalam pembentukan konstitusi Suriah.
”Rusia menghadapi masalah pembangunan kembali Suriah. Tentu saja mereka ingin negara lain yang memberikan kontribusi. Ini tentang menginvestasikan miliaran dolar selama 15 hingga 20 tahun ke depan. Baik Rusia maupun Iran tidak dapat memberikan uang sebanyak itu, dan negara-negara Teluk hingga saat ini tidak siap untuk memberikan kontribusi substansial,” kata Brakel.
Ahli Timur Tengah Rusia, Taimour Dwidar, mengatakan memang ada kemungkinan pihak Moskow bersedia untuk berkompromi. ”Kremlin ingin mengakhiri operasi militernya di Suriah. Operasi ini adalah beban besar terhadap ekonomi Rusia. Selain itu, perang ini juga telah mengganggu hubungan yang membaik dengan Amerika Serikat dan Israel,” kata Dwidar kepada DW.

Rusia Siap Angkat Kaki 
dari Suriah

Rabu, 31 Oktober 2018
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri empat pemimpin negara di Istanbul Turki, khusus membahas konflik Suriah yang sudah dilanda perang saudara selama tujuh tahun belakangan ini. Turut dibahas cara menyelamatkan gencatan senjata yang terancam di wilayah terakhir yang dikuasai pemberontak, Kota Idlib, serta dibukanya akses bantuan kemanusiaan di sana.

Dilansir dari AFP, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai tuan rumah bersama Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Prancis Emmanuel Macron, serta Kanselir Jerman Angela Merkel duduk bersama merundingkan konflik di Suriah yang sudah memakan korban nyawa 360 ribu orang lebih tewas.

Rusia sendiri selaku pendukung dan pelindung Presiden Suriah Bashar al-Assad, berlawanan dengan Turki yang mendukung kaum pemberontak. Namun Rusia dan Turki dalam pertemuan itu telah bersepakat menciptakan zona penyangga di sekitar Idlib.

Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin mengatakan tujuan utama pertemuan itu untuk mengklarifikasi langkah-langkah yang akan diambil untuk sebuah solusi politik, sekaligus menentukan peta jalan. Kepada kantor berita Turki, Anadolu, Ibrahim Kalin mengatakan pembentukan komisi yang akan membuat konstitusi Suriah pascaperang, yang dipandang sebagai sebuah batu pijakan untuk menggelar Pemilu di negeri tersebut. Sebelumnya, pemerintah Suriah telah menolak proposal pembentukan sebuah komite untuk membuat konstitusi baru yang digagas PBB.

Dalam pertemuan tersebut, Jerman fokus pada masalah terkait pengungsi, demikian ungkap Direktur Yayasan Heinrich Böll, Kristian Brakel, di Istanbul kepada DW. ”Bersama Turki, Jerman ingin memastikan aliran pengungsi dari Suriah ke Turki berhenti. Hingga saat ini Turki sudah mengakomodasi lebih dari tiga juta pengungsi asal Suriah. Karena alasan inilah Turki dan Jerman khawatir akan adanya serangan militer yang menargetkan Idlib,” kata Brakel.

Menurutnya, bila Idlib diserang maka akan sulit mengurangi atau menghentikan arus pengungsi ke Turki. Ia menambahkan, kalau saat ini Turki dan Jerman sudah berada di bawah tekanan terkait pengungsi. Di wilayah timur Turki, kerusuhan akibat masalah pengungsi terjadi berkali-kali.

Di Jerman, isu pengungsi tidak hanya berperan besar dalam Pemilu pada September 2017, namun menjadi faktor berpengaruh dalam pemilihan di negara-negara bagian. ”Jerman dan Turki tertarik untuk menjaga situasi setidaknya cukup stabil sehingga eksodus massal dari Suriah tidak terjadi lagi," kata Brakel. 

Hengkang

Rusia yang juga pendukung konstitusi baru yang disusun Suriah dinilai bersedia menarik seluruh pasukannya dari tanah Suriah. Menurut Brakel, masalah keuangan menjadi faktor yang membuat Rusia tidak ingin begitu terlibat dalam pembentukan konstitusi Suriah.
”Rusia menghadapi masalah pembangunan kembali Suriah. Tentu saja mereka ingin negara lain yang memberikan kontribusi. Ini tentang menginvestasikan miliaran dolar selama 15 hingga 20 tahun ke depan. Baik Rusia maupun Iran tidak dapat memberikan uang sebanyak itu, dan negara-negara Teluk hingga saat ini tidak siap untuk memberikan kontribusi substansial,” kata Brakel.

Ia menambahkan. ”Karena itulah Rusia mengandalkan Jerman baik untuk berkontribusi secara finansial dan mungkin membujuk sekutu Barat untuk melakukan hal serupa. "Rusia tentu ingin Jerman berada di pihaknya,” papar Brakel.

Ahli Timur Tengah Rusia, Taimour Dwidar, mengatakan memang ada kemungkinan pihak Moskow bersedia untuk berkompromi. ”Kremlin ingin mengakhiri operasi militernya di Suriah. Operasi ini adalah beban besar terhadap ekonomi Rusia. Selain itu, perang ini juga telah mengganggu hubungan yang membaik dengan Amerika Serikat dan Israel,” kata Dwidar kepada DW.

Pada September lalu, tujuh negara barat dan Arab, termasuk Jerman, meminta PBB untuk secepat mungkin membuka jalan bagi rancangan konstitusi. Deklarasi menyerukan pembentukan komite dengan perwakilan dari semua pihak dalam konflik. Salah satu tujuannya adalah untuk meletakkan dasar bagi pemilihan yang bebas dan adil di bawah pengawasan PBB di mana semua warga Suriah yang memenuhi syarat untuk memilih - termasuk mereka yang telah melarikan diri dari negara itu - diizinkan untuk berpartisipasi.

Namun pemerintah Suriah menolak seruan untuk penyusunan konstitusi internasional ini. Menteri Luar Negeri Walid al-Moallem sebagaimana dikutip oleh media pemerintah mengatakan hal ini adalah urusan Suriah sebagai negara yang sepenuhnya berdaulat. (ae/yp/jpc/jpg)
Rusia, Jerman, Prancis, Turki Serukan Gencatan Senjata 
di Suriah
28 Okt 2018
Pemimpin Rusia, Jerman, Prancis dan Turki, menekankan pentingnya gencatan senjata lestari di Suriah. Komite untuk membuat konstitusi baru, diminta bersidang pada akhir tahun ini.
Pemimpin empat negara tersebut, berkumpul dalam pertemuan puncak di Istanbul, untuk membahas Suriah, tempat kekerasan terjadi pekan ini di kawasan utama. Ankara, yang telah lama mendukung pejuang, untuk bertempur menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Moskow, sekutu utama presiden Suriah itu, membuat perjanjian, untuk menciptakan daerah bebas militer di kawasan Idlib, Suriah barat laut. Idlib dan kawasan di dekatnya adalah benteng terakhir pejuang, yang mengangkat senjata pada 2011 saat menentang Bashar.
Kawasan itu adalah tempat tinggal 3 juta orang, yang lebih dari setengahnya sudah melarikan diri ke wilayah lain. Sementara pasukan pemerintah bergerak maju. “Rusia dan Turki telah merundingkan perjanjian yang harus dilaksanakan ketat. Jaminan-jaminan dibuat. Kami semua akan waspada guna menjamin komitmen-komitmen ini dipenuhi, dan gencatan senjata stabil dan lestari,” kata Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Terbaru, gempuran di Idlib telah menewaskan sedikitnya tujuh warga sipil, Jumat (26/10/2018). Jumlah korban tewas terbesar di sana sejak serangan-serangan udara Rusia berhenti pada pertengahan Agustus. Berdasarkan atas perjanjian mereka bulan lalu, Turki dan Rusia sepakat untuk membuat zona penyangga sepanjang 10 hingga 15 kilometer, ke wilayah pejuang yang harus dievakuasi seluruh senjata berat dan para pejuangnya.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan, Turki memenuhi kewajibannya, terkait persetujuan mengenai Idlib. “Proses itu tidak mudah, dan Rusia berencana terus bekerja sama,” kata Dia.
Macron, Putin, Presiden Turki, Tayyip Erdogan, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, juga menyerukan pertemuan komite konstitusional pada akhir tahun ini. Erdogan mengatakan, pertemuan itu hendaknya diadakan sesegera mungkin, dan berharap pertemuan diselenggarakan sebelum akhir tahun.
Peserta pertemuan perdamaian Suriah di Rusia pada Januari lalu, setuju untuk membentuk komite, beranggotakan 150 orang. Komiter bertugas menulis kembali konstitusi Suriah, dengan sepertiga dipilih oleh pemerintah, sepertiga oleh kelompok oposisi dan sepertiga oleh PBB. (Ant)

Rusia Di Suriah Akan Bernasib Sama (Mujahidin Keturunan Para Sahabat Nabi Dan Keimanannya Dipuji Nabi, Gurunya Mujahidin Thaliban). Tanpa Pasukan Khusus, Mujahidin Thaliban Kalahkan Pasukan Khusus AS,CIA Disalahkan.
Akankah Suriah Akan Menjadi Afghanistan Kedua Bagi Rusia/Putin?
Uni Eropa : Rusia Akan Kalah Dan Terusir Dari Suriah Seperti Di Afghanistan.
Perang Soviet–Afganistan
Taliban (Muridnya Ulama Syam) : Sekuat Apapun, Musuh Akan Pulang Dengan Tangan Kosong. Juga Di Syam (Suriah), Gerombolan Komunis Dan Syi’ah Akan Kalah (In Sha Allah).
Hadits Shahih Tentang Peperangan Besar Di Negeri Syaam Dan Keutamaannya, Terutama Damaskus Dan Ghuuthah. Nabi Nabi : ‘Benteng Kaum Muslimin Pada Hari-Hari Peperangan Dahsyat/Besar Adalah Damaskus”
Rakyat Suriah Tetap Melawan Sampai 3 Negara Penjajah Terusir!!!
17 Tahun Perang Gak Kelar-Kelar, As Akan Negosiasi Langsung Dengan Taliban (Perang Vietnam 18 Tahun). Uni Soviet Dengan Personal Dan Peralatan Militer Sangat Besar, Frustrasi Dan Terhina Dari Afghanistan (10 Tahun Invasi). Di Suriah, Rusia Akan Lebih “Terjerembab” Dan Bangkrut (3 Tahun Invasi Langsung)
Kondisi Suriah Saat Ini, Hampir Sama Dengan Yang Dialami Syaikhul Islam Di Zamannya, Musuh Kembali Bersekutu, Sejak Dari Bangsa Mongol (Tar Tar), Berbagai Suku Turki, Persia, Orang-Orang Sejenis Dengan Mereka Yang Murtad, Dari Kalangan Kristen Armenia Dan Lain-Lain.
Rusia Dan Amerika Bisa Gigit Jari (Dan Terhina) Di Suriah (In Sya Allah)
Konferensi Sochi, Manifestasi Kesepakatan Busuk Erdogan (Turki),
Putin (Komunis Rusia), Hasan Rouhani (Syi’ah Iran) Untuk Menjajah Syam (Suriah). Mereka Mengeliminir Kekuatan Oposisi Paling Dominan (Mujahidin Ahlus Sunnah Syam). Hanya Antek-Antek Erdogan (FSA Sekuler) Yang Bisa Dipaksa Hadir Sebagai Barter Serangan Ke Afrin.
Mumtaz ! Sebut Rusia Sebagai Musuh, Oposisi Suriah Tolak Hadir Di KTT Sochi (Rusia). Si Endorgan Menggunting Dalam Lipatan, Bersama Komunis Rusia Dan Majusi Iran Ikut Membantai Mujahidin Ahlus Sunnah Syam !
Turki Yang Sekuler Tulen Akan Hancur (Bersama Sekutunya Komunis Rusia Dan Rafidhah Iran) Karena Adzab, Terlibat Konspirasi Pembantaian Keturunan Sahabat Nabi Di Suriah (85 % Ahlus Sunnah, Keimanannya Dipuji Nabi, Negeri Para Ulama Salaf).
Subhanallah Walhamdulillah, Mujahidin Ahlus Sunnah (Non-Sekuler) Syam Bisa Bertahan Tujuh Tahun Menghadapi Ekpansi Bangsa Asing Adi Kuasa Komunis Rusia- Kufar Barat- Majusyi’ah Iran- Tentara Rezim Bengis Syiah Nushairiyah Bashar Al-Assad- Turki.
Turki (Sekuler)-Iran (Syi’ah Rafidhah) – Rusia (Komunis) Vs KSA (100 % Syariat Islam, Al Haramain) – USA. Lebih Dari 500.000 Ahlus Sunnah Syam Dibantai, Sebagian Dari Ratusan Rudal Houthi Mengarah Ke Makah. Terkait Akhirat, Dimana Posisi Anda ?
Kebohongan Erdogan Soal Jerusalem (Al Quds). Bersama Komunis Rusia Dan Majusi Syiah Iran Mengkavling Syam, Mengisolir Mujahidin Ahlus Sunnah Dan Mengamankan Jagal Terkeji Bashar Asaad. Bisa Dipercaya ?
Kenapa Erdogan Lembek (Tak Berdaya) Di Ghouta ? Karena Zona 'De-Eskalasi ' Jahat (Licence To Kill) Dan Barter Afrin Dengan Dua Penjahat Perang, Putin (Komunis Rusia) Dan Hassan Rouhani (Majusyi’ah Iran). Mereka Ekspansionis Non Arab Di Bumi Syam Seperti Bangsa Tartar.
Jangan Terpedaya "Gema Islam" Erdogan. Fakta, Dia (Bangsa Turki) Bersama Bangsa Majusi Iran (Syi’ah) Dan Bangsa Rusia (Komunis, Ortodoks) Berkonspirasi Membunuhi Ahlus Sunnah Syams (Arab). Apa Haknya Mereka (Bertiga) Mendefinisikan “Para Mujahidin Ahlus Sunnah Bangsa Arab Syam” Yang Harus Dibinasakan (License To Kill) ? Silahkan Bantah Fakta-Fakta Dibawah.
Erdogan Bersahabat dengan Israel dan Syiah
Kejahatan Rezim Rafidhah Bashar Assadis, Ingin Merubah Demografis Suriah, Merampas Lahan Warga ! Melebihi Kejahatan Zionis Israel Terhadap Warga Asli Palestina