Erdogan Al-Kadzab, lihat bukti-bukti dibawah ini
Menlu Turki: Solusi Militer Idlib Akan
Menjadi 'Bencana'
3 Kapal Perang Rusia ke Suriah Bebaskan
Idlib, Turki Meradang (turki dianggap sampah)
Erdogan ke Putin: Masuk Idlib Sama Saja
Runtuhkan Perjanjian Astana
Menuju Persekutuan Baru Iran-Turki-Rusia
( the Global
Review : Is Turkey Sleeping with the Enemy? The Russia -Turkey -Iran “Triple
Entente”)
UNICEF: Satu Juta Anak Terancam Jika
Operasi Idlib Dilancarkan
Konflik Suriah: Bagaimana Rezim Assad,
Rusia, dan Iran Lancarkan Pembantaian di Idlib ( Tom Rogan, www.washingtonexaminer.com)
Erdogan: Turki Akan Segera Dapatkan Rudal
Rusia S-400https://www.arrahmah.com/2018/09/01/erdogan-turki-akan-segera-dapatkan-rudal-rusia-s-400/
Turki pada Jum’at (31/8/2018) secara
resmi menetapkan aliansi Mujahidin Suriah, Hai’ah Tahrir Syam (HTS) sebagai
organisasi “teroris”, menjelang operasi besar yang akan dilancarkan oleh rezim
Nushairiyah pimpinan Bashar Asad di provinsi Idlib, provinsi yang sebagian
besar wilayahnya dikendalikan oleh HTS.
Pasukan rezim Asad telah berkumpul dalam
beberapa hari terakhir di sekitar Idlib, dekat perbatasan Turki dan terlihat
siap untuk meluncurkan pertempuran besar, lansir Zaman Alwasl.
Turki, yang sebelumnya menunjuk kelompok
Jihad Jabhah Nushrah sebagai kelompok “teror”, memperbarui daftar mereka dan
memasukkan HTS ke daftar yang baru.
HTS didominasi oleh faksi Jabhah Fath
Syam yang sebelumnya dikenal dengan Jabhah Nushrah. Saat ini HTS merupakan
salah satu faksi bersenjata yang paling kuat di Idlib.
Negosiasi yang intensif telah berlangsung
selama berminggu-minggu antara para pendukung rezim Asad dan Turki. Tidak jelas
apakah keputusan Turki untuk memasukkan HTS ke dalam kelompok “teror” sebagai
lampu hijau dari Ankara untuk kemungkinan operasi rezim Asad yang didukung
Rusia ke Idlib.
Turki sendiri mengklaim bahwa mereka
berupaya untuk membawa “perdamaian” ke Suriah. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut
Cavusoglu telah memperingatkan Rusia bahwa solusi militer di Idlib akan
menyebabkan bencana dan memicu masuknya pengungsi baru di perbatasannya.
Turki memiliki 12 pos pengamatan militer
di Idlib yang diklaim bertujuan untuk memantau zona dan media “de-eskalasi”.
(haninmazaya/arrahmah.com)
Erdogan
ke Putin: Masuk Idlib Sama Saja Runtuhkan Perjanjian Astana
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
menyatakan keprihatinan atas penargetan warga sipil di Daraa, Suriah selatan,
dalam percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini.
Menurut sumber-sumber di internal
kepresidenan Turki, seperti di lansir Al-Jazeera pada Ahad (15/07), Erdogan
mengatakan kepada Putin bahwa jika pasukan rezim Suriah maju ke provinsi Idlib
(Suriah utara) seperti yang terjadi di Daraa, hal itu akan menghancurkan esensi
perjanjian Astana.
Erdogan mengatakan kepada Putin bahwa
tidak adanya perkembangan negatif di Idlib akan menggembirakan bagi partisipasi
oposisi dalam pertemuan Astana yang dijadwalkan kembali digelar akhir bulan
ini.
Di sisi lain, Kremlin mengatakan bahwa
Presiden Rusia berdiskusi dengan Erdogan selama panggilan telepon untuk
menyelesaikan isu Suriah. Dia menambahkan bahwa kedua presiden membahas langkah
bersama untuk menyelesaikan masalah ini, melalui resolusi Dewan Keamanan PBB
dan perjanjian Astana.
Kedua belah pihak menunjukkan bahwa
konvergensi pandangan antarnegara penjamin dari jalan Astana dan negara-negara
anggota Aliansi Internasional untuk melawan ISIS Islam, akan mempercepat solusi
politik berdasarkan persatuan politik Suriah dan kedaulatan negara tersebut.
Perlu dicatat, kesepakatan Astana yang
ditandatangani di bawah sponsor Rusia, Iran dan Turki tidak membawa keuntungan
bagi oposisi. Sejak kesepakatan itu ditandatangani, justeru rezim dan Rusia
semakin mudah merebut wilayah pejuang Suriah.
Pasalnya, kesepakatan itu mengharuskan
pejuang di wilayah masing-masing tidak boleh menggelar operasi militer.
Sebelumnya kesepakatan itu, pejuang biasanya menggelar operasi militer di
wilayahnya di saat wilayah lain digempur habis-habisan. Hal itu bertujuan
memecah konsentrasi rezim.
Sumber: Al-Jazeera
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Erdogan
Berjanji Selamatkan Lebih Banyak Daerah
di Suriah ??!
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan tengah mempersiapkan langkah
terakhir operasi militer ke Suriah. Pernyataan itu disampaikan Erdogan ketika
berpidato di kantor Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Parti) di Trabzon,
dilansir Sputnik (13/8/2018). Baca juga: Erdogan Umumkan Serangan ke Wilayah
Kurdi Suriah Erdogan menjelaskan, pasukannya telah melaksanakan dua operasi
militer. Yakni "Olive Branch" dan "Euphrates Shield".
Operasi lintas batas "Euphrates Shield" dilakukan sepanjang 2016
sampai 2017 dengan tujuan menghancurkan teroris yang mengancam keamanan Turki.
Sedangkan "Olive Branch" dilaksanakan pada Januari ke Afrin di mana
Turki menargetkan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). "Dengan kehendak
Tuhan, kami bakal membebaskan lebih banyak daerah dan memberi keamanan di
Suriah," janji Erdogan dikutip Reuters. Dia mengklaim, sejak Turki melakukan
operasi militer, sekitar 250.000 orang yang mengungsi telah kembali ke kampung
halamannya. Presiden 64 tahun itu melanjutkan, ssat ini fokus pemerintahannya
adalah melakukan usaha diplomasi dan militer di Provinsi Idlib. Provinsi yang
terletak di barat laut Suriah itu merupakan benteng terakhir kelompok penentang
Presiden Bashar al-Assad. Erdogan menyatakan dia telah menempatkan puluhan pos
pengamatan militer. "Kami bertujuan mencegah kekacauan seperti yang
terjadi di wilayah Suriah lain," terangnya. Assad yang mendapat sokongan
dari Rusia dan Iran mengecam operasi militer yang dilakukan Turki karena
melanggar kedaulatan wilayahnya.
SumberReuters,Sputnik News
https://internasional.kompas.com/read/2018/08/13/11262111/erdogan-berjanji-selamatkan-lebih-banyak-daerah-di-suriah
SumberReuters,Sputnik News
https://internasional.kompas.com/read/2018/08/13/11262111/erdogan-berjanji-selamatkan-lebih-banyak-daerah-di-suriah
Erdogan
Berjanji Akan Membawa Perdamaian Dan Keamanan Di Suriah Dan Irak
(melindungi bashar dan konspirasi
dengan syiah)
Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Ahad
(26/8/2018) berjanji akan membawa perdamaian dan keamanan ke Irak dan
daerah-daerah di Suriah yang tidak berada di bawah kendali Turki dan mengatakan
organisasi-organisasi teroris di daerah-daerah itu akan dilenyapkan.
Sejauh ini telah dilakukan dua operasi
lintas batas sepanjang perbatasannya dengan Suriah dan mendirikan puluhan pos
pengamatan militer di wilayah Idlib, Suriah utara.
Berbicara di provinsi Mus, Turki bagian
tenggara, untuk memperingati ulang tahun Pertempuran Manzikert tahun 1071,
Erdogan berjanji akan membawa perdamaian dan keamanan di Suriah dan Irak.
Berbicara di provinsi Mus, Turki bagian
tenggara, untuk memperingati ulang tahun Pertempuran Manzikert tahun 1071,
Erdogan berjanji akan membawa perdamaian dan keamanan di Suriah dan Irak.
“Satu-satunya tempat di Suriah di mana
keamanan dan perdamaian telah dibangun adalah berada di bawah kendali Turki.
Insya Allah, kami akan membangun kedamaian yang sama di wilayah-wilayah lain di
Suriah juga. Insya Allah, kami akan membawa perdamaian yang sama ke Irak, di
mana organisasi teroris aktif,” katanya.
Gandeng
Rusia-China dan Iran, Turki Bersiap Lawan Balik Amerika Serikat
Keberadaan pangkalan militer AS di
Incirlik, Turki dalam perkembangan terkini ternyata tidak hanya merupakan
ancaman bagi Rusia bahkan bagi Turki sendiri.
Sejak Perang Dingin masih berkobar,
pangkalan militer Incirlik sering digunakan oleh militer AS untuk menerbangkan
pesawat pengintai U-2, guna memata-matai wilayah Rusia (Uni Soviet).
Jet-jet tempur AS dan NATO pun selalu
siaga di Incirlik untuk sewaktu-waktu melancarkan serangan udara ke Rusia jika
terjadi konflik.
Secara kedaulatan Incirlik sebenarnya merupakan
milik Turki.
Dilansir dari CNN dan South China Morning
Post, Pemerintah Turki sendiri sebenarnya sudah pernah berniat mengambil alih
pangkalan militer Incirlik pada tahun 1975.
Tapi setiap kali Turki akan mengambil
alih pangkalan militer Incirlik, AS langsung meresponnya dengan cara menerapkan
sangsi embargo militer dan ekonomi terhadap Turki.
Atas ancaman embargo dari AS itu, Turki
akhirnya memilih diam sehingga pangkalan militer Incirlik masih bisa leluasa
dioperasikan oleh AS dan NATO.
Tapi ketika pada tahun 2016 di Turki
terjadi upaya kudeta yang didalangi AS, mulai terjadi perubahan sikap antara
Turki-AS.
Apalagi pasukan AS di Suriah yang
bertempur melawan ISIS malah mendukung suku Kurdi yang notabene merupakan musuh
Turki. Konflik AS-Turki pun tak bisa dihindarkan.
Militer Turki di bawah perintah Presiden
Recep Endorgan sebenarnya bisa langsung menangkapi personel militer AS di
Incirlik yang terlibat kudeta.
Trio
Putin-Erdogan-Rouhani Permalukan Arab
Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri
Pertemuan trio pemimpin negara non-Arab
ini makin menunjukkan Arab yang suram.
Sebuah konferensi tingkat tinggi (KTT)
telah diselenggarakan di Ankara, Turki, pada Rabu lalu (04/04). Agenda besar
konferensi membahas masa depan Suriah. Yang menarik, tak seorang pun dari pihak
Suriah — baik Presiden Bashar Assad dan rezimnya maupun kelompok-kelompok
oposisi — yang terlibat dalam konferensi.
Juga para pemimpin Arab. Tak ada satu pun
dari mereka yang menghadiri KTT itu. Justru yang menjadi aktor utama KTT adalah
Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan
Presiden Iran Ayatullah Hassan Rouhani.
Ketiga negara itu bukan Arab. Turki dan
Iran memang bagian dari Timur Tengah tapi bukan Arab. Sedangkan Rusia berada di
ujung dunia, ribuan kilometer dari Suriah. Sedangkan Suriah sendiri merupakan
anggota Liga Arab -- beranggotakan 22 negara dengan jumlah penduduk lebih dari
200 juta jiwa.
Seorang pengamat Timur Tengah menyebut
KTT trio presiden bukan Arab yang membahas salah satu negara Arab jelas
menggambarkan kondisi Suriah yang acakadut. Juga kondisi para pemimpin
dunia Arab itu sendiri. Seolah trio pemimpin bukan Arab itu ingin mempermalukan
para pemimpin Arab.
‘’Lihatlah, wahai para pemimpin
Arab! Boro-boro kalian menyelesaikan masalah Suriah, persoalan Palestina
saja yang sudah berlangsung selama puluhan tahun tidak bisa kalian
selesaikan.’’
Pengamat tadi dari Saudi, bernama Masyary
al-Thaidy. Menurutnya, melihat foto atau video yang memperlihatkan trio
Erdogan-Putin-Rouhani tersenyum – saat konferensi pers usai KTT -- justru
menunjukkan kondisi dunia Arab yang suram.‘’Hari ini kami mengumumkan secara
resmi berakhirnya perang di Suriah,’’ ujar Rouhani.
‘’Kami sepakat bekerja sama menyelesaikan
krisis Suriah,’’ kata Putin. ‘’ISIS dan semua kelompok teroris serta yang
mendukung mereka tidak dapat berkontribusi pada pembentukan perdamaian abadi di
Suriah,’’ Erdogan menjelaskan.
Kata ‘teroris’ dari Erdogan itu merujuk
pada kelompok-kelompok Kurdi yang selama ini berjuang menuntut kemerdekaan dari
Turki. Mereka menggunakan wilayah perbatasan dua negara — Turki-Suriah —
sebagai basis perjuangan. Amerika Serikat (AS) selama ini dianggap mendukung
perjuangan Kurdi. Itulah sebabnya AS tidak dilibatkan dalam KTT tripartit itu,
meskipun mereka ikut memerangi sebuah kelompok yang menamakan diri Negara Islam
(ISIS).
Ketiga negara — Turki, Rusia, dan Iran —
sebenarnya mempunyai banyak perbedaan. Iran adalah Syiah, Turki merupakan
negara Suni, sedangkan Rusia negara komunis yang kini jadi sekuler. Rusia dan
Iran sejak awal mendukung rezim Bashar Assad.
Sementara itu, Turki mendukung
kelompok-kelompok oposisi sejak muncul konflik di Suriah tujuh tahun lalu.
Hanya satu yang menyamakan ketiga negara itu, masing-masing mempunyai
kepentingan di Suriah.
Dukungan Iran kepada rezim Presiden Assad
sebagai upaya untuk membuka jalur Syiah: Iran-Irak-Suriah-Lebanon (Hizbullah).
Presiden Assad adalah Syiah, sedangkan mayoritas warga Suriah adalah Suni.
Di pihak lain, Putin — yang masih dalam
eforia kemenangan atas terpilihnya kembali sebagai Presiden Rusia — berambisi
untuk menebar pengaruhnya di Timur Tengah melalui Suriah. Pengaruh yang selama
ini didominasi oleh AS. Ia sangat membutuhkan dukungan Erdogan untuk memberikan
‘perlindungan’ yang diperlukan melawan tuduhan bahwa intervensi Rusia di Suriah
adalah perang terhadap umat Islam.
Apalagi serangan pasukan Suriah yang
didukung penuh militer Rusia — baik udara, darat, maupun laut — telah
menewaskan puluhan ribu warga.
Perlindungan’ itu diperlukan lantaran
Putin tidak mau mengulang pengalaman pahit dulu ketika Uni Sovyet mengintervesi
Afghanistan. Intervensi militer Uni Sovyet saat itu dianggap sebagai perang
melawan umat Islam. Karena itu, bukan suatu kebetulan ketika penasihat Kremlin
baru-baru ini menegaskan kepada para tokoh Muslim di seluruh Federasi Rusia
bahwa keberadaan militer Rusia di Suriah mendapat dukungan dari pemimpin Muslim
Suni Presiden Erdogan.
Sebaliknya, Erdogan juga membutuhkan
Putin agar serangan militer Turki terhadap kantong-kantong Kurdi di wilayah
Suriah tidak diganggu-gugat oleh rezim Assad. Dan, itulah yang terjadi. Pasukan
Rusia dan Suriah benar-benar menutup mata terhadap berbagai serangan militer
Turki ke wilayah-wilayah Kurdi.
Bahkan Erdogan sepertinya diberi
keleluasaan untuk menguasai wilayah-wilayah Kurdi yang sebenarnya menjadi
bagian dari kedaulatan Suriah. Dukungan Putin kepada Erdogan juga telah
menghentikan berbagai kecaman keras dari pihak Iran atas sepak terjang militer
Turki di wilayah Suriah.
Sebagai politisi berpengalaman, Erdogan
tampaknya paham betul bahwa ia harus mengambil peran penting di tengah adu
kekuatan antara negara-negara besar. Dalam hal ‘permainan pengaruh’ di Suriah,
ia merasa akan lebih baik buat Turki bila memihak kepada Rusia dalam berhadapan
dengan kekuatan besar lainnya yang diwakili oleh AS. Apalagi AS selama ini
mendukung perjuangan Kurdi.
Lalu apakah peran atau pengaruh AS di
Suriah benar-benar habis dengan KTT Tripartit ini? Apalagi Presiden AS Donald
Trump telah mengumumkan akan segera menarik semua pasukannya dari Suriah?
AS — bersama negara-negara lain — selama
ini merupakan kekuatan utama dalam perang melawan ISIS. Ia juga penyokong utama
keberadaan kelompok-kelompok Kurdi. Sekitar 2 ribu pasukan AS kini masih berada
di Suriah Utara sebagai bagian dari misi melawan sisa ISIS, yang sebelumnya
menguasai daerah tersebut.
Wilayah ini merupakan basis
kelompok-kelompok Kurdi. Kini, dengan rencana Trump menarik pasukan AS dari
Suriah, warga Kurdi pun khawatir. Mereka kini tanpa dukungan.
Amerika Serikat selama ini pun merupakan
sekutu utama negara-negara Arab, khususnya negara-negara Teluk. Bahkan puluhan
tahun AS telah menjadi ‘penjaga’ keberadaan negara-negara Teluk, terutama untuk
melawan pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah.
Karena itu KTT di Ankara dengan tiga
aktor utama Erdogan, Putin, dan Rouhani sulit dikatakan sebagai pengulangan
Konferensi Yalta dalam tingkat yang lebih kecil, regional Suriah.
Konferensi Yalta adalah KTT yang dihadiri oleh tiga tokoh Sekutu — Winston
Churchill (Inggris), Franklin D. Roosevelt (AS), dan Joseph Stalin (Uni Sovyet)
— untuk mengakhiri Perang Dunia II. Konferensi ini juga sekaligus untuk
membicarakan pembagian pampasan perang (baca: pengaruh) di antara negara-negara
pemenang perang terhadap mereka yang kalah.
Suriah tentu bukan Jerman, Jepang, dan
Italia sebagai pihak yang kalah dalam PD II, meskipun Presiden Bashar Assad
kini hanyalah boneka dari Presiden Putin. Konflik di Suriah banyak yang
terlibat. Di dalam negeri ada kelompok-kelompok oposisi, ada Kurdi, dan ada
rezim Bashar Assad sendiri.
Di luar itu ada kekuatan-kekuatan
regional dan internasional yang juga terlibat. Ada negara-negara Arab yang
tidak menginginkan rezim Assad, ada Turki, Iran, Rusia, AS, negara-negara
Eropa, dan seterusnya.
Namun, KTT di Ankara dengan aktor utama
Erdogan, Putin, dan Rouhani untuk membicarakan masa depan Suriah jelas
menggambarkan ketidak-berdayaan para pemimpin Arab. Ketidak-berdayaan yang
disebabkan perbedaan sikap dan perseteruan di antara mereka sendiri. Sedangkan
masa depan Suriah akan tetap menjadi misteri. Perebutan pengaruh akan terus
berlangsung. Korbannya adalah rakyat Suriah.
Pejabat Iran Temui Erdogan Untuk
Membicarakan Masalah Suriah
Krisis Ekonomi Semakin Parah, Menteri
Keuangan Iran Masoud Karbasian Diberhentikan
Para Pejabat Keamanan Senior AS, Suriah
Bertemu Di Damaskus
AS: Rusia Sudah 'Terjebak' di Suriah
Rusia Di Suriah Akan Bernasib Sama (Mujahidin
Keturunan Para Sahabat Nabi Dan Keimanannya Dipuji Nabi, Gurunya Mujahidin
Thaliban). Tanpa Pasukan Khusus, Mujahidin Thaliban Kalahkan Pasukan Khusus
AS,CIA Disalahkan.
Rakyat Suriah Tetap Melawan Sampai 3 Negara
Penjajah Terusir!!!
Turki (Sekuler)-Iran (Syi’ah Rafidhah) – Rusia
(Komunis) Vs KSA (100 % Syariat Islam, Al Haramain) – USA. Lebih Dari 500.000
Ahlus Sunnah Syam Dibantai, Sebagian Dari Ratusan Rudal Houthi Mengarah Ke
Makah. Terkait Akhirat, Dimana Posisi Anda ?
17 Tahun Perang Gak Kelar-Kelar, As Akan
Negosiasi Langsung Dengan Taliban (Perang Vietnam 18 Tahun). Uni Soviet Dengan
Personal Dan Peralatan Militer Sangat Besar, Frustrasi Dan Terhina Dari
Afghanistan (10 Tahun Invasi). Di Suriah, Rusia Akan Lebih “Terjerembab” Dan
Bangkrut (3 Tahun Invasi Langsung)
Kebohongan Erdogan Soal Jerusalem (Al Quds).
Bersama Komunis Rusia Dan Majusi Syiah Iran Mengkavling Syam, Mengisolir
Mujahidin Ahlus Sunnah Dan Mengamankan Jagal Terkeji Bashar Asaad. Bisa
Dipercaya ?
Kenapa Erdogan Lembek (Tak Berdaya) Di Ghouta ?
Karena Zona 'De-Eskalasi ' Jahat (Licence To Kill) Dan Barter Afrin Dengan Dua
Penjahat Perang, Putin (Komunis Rusia) Dan Hassan Rouhani (Majusyi’ah Iran).
Mereka Ekspansionis Non Arab Di Bumi Syam Seperti Bangsa Tartar.
Jangan Terpedaya "Gema Islam"
Erdogan. Fakta, Dia (Bangsa Turki) Bersama Bangsa Majusi Iran (Syi’ah) Dan
Bangsa Rusia (Komunis, Ortodoks) Berkonspirasi Membunuhi Ahlus Sunnah Syams
(Arab). Apa Haknya Mereka (Bertiga) Mendefinisikan “Para Mujahidin Ahlus Sunnah
Bangsa Arab Syam” Yang Harus Dibinasakan (License To Kill) ? Silahkan Bantah
Fakta-Fakta Dibawah.
Konferensi Sochi, Manifestasi Kesepakatan Busuk
Erdogan (Turki), Putin (Komunis Rusia), Hasan Rouhani (Syi’ah Iran) Untuk
Menjajah Syam (Suriah). Mereka Mengeliminir Kekuatan Oposisi Paling Dominan
(Mujahidin Ahlus Sunnah Syam). Hanya Antek-Antek Erdogan (FSA Sekuler) Yang
Bisa Dipaksa Hadir Sebagai Barter Serangan Ke Afrin.
Erdogan Bersahabat dengan Israel dan Syiah
Kejahatan Rezim Rafidhah Bashar Assadis, Ingin
Merubah Demografis Suriah, Merampas Lahan Warga ! Melebihi Kejahatan Zionis
Israel Terhadap Warga Asli Palestina
Mumtaz ! Sebut Rusia Sebagai Musuh, Oposisi
Suriah Tolak Hadir Di KTT Sochi (Rusia). Si Endorgan Menggunting Dalam Lipatan,
Bersama Komunis Rusia Dan Majusi Iran Ikut Membantai Mujahidin Ahlus Sunnah
Syam !
Mana Realisasinya ????
Tak Tahan Lihat Serangan Rusia di Suriah,
Erdogan Ancam Putus Hubungan dengan Rusia (Pembual, dia pernah juga ancam yang
sama terhadap Israel dan USA, ciri-ciri orang Munafik).
Turki Ancam Putus Hubungan Jika AS Jadikan
al-Quds Sebagai Ibu Kota Israel
Erdogan Ancam Akan Putuskan Hubungan Dengan AS,
Kenapa?
Menanti Bukti Ancaman Erdogan Putus Hubungan
dengan Israel
Syaikh Al Arifi: Mujahidin yang Bertempur di
Suriah saat ini Adalah Para Keturunan Sahabat Nabi
Siapa Yang Akan Menangkan Perang Di Suriah
Sesuai Sabda Rasulullah ?
“Syam Jadi Magnet Besar Kumpulnya Orang-orang
Kafir Untuk Mengalirkan Darah Kaum Muslimin”
Tidak Ada Perdamaian Tanpa Keadilan di Suriah
Mengapa Kita Harus Membantu Muslim Suriah ?
Meragukan Kekafiran Dan Bela Bashar Al-Assad Merusak Iman (Bisa Batalkan Aqidah
Islam)
Membantu Kaum Muslimin Suriah adalah Jihad fie
Sabilillah. Perang di Suriah Adalah Perang Terhadap Islam dan Kaum Muslimin.
Umat Islam Harus Peduli Syam/Suriah, Sebagai Bukti keimanan.
Keutamaan Bumi Syam Dalam Al Quran Dan As
Sunnah. Perang Suriah, Pintu Awal Pembebasan Bumi Syam. Ulama Suriah: Ini
Adalah Revolusi Islam.
Semakin Jelas Hakekat Perang Di Suriah Antara
Sunni Dengan Alawi!
Damaskus: Kota Para Ulama Ahlus Sunnah. Rebut
Damaskus Dari Tangan Syi’ah !
Perang Ini Telah Allah Takdirkan, Pusat Negara
Islam Ada di Bumi Syam
Darah Saudara Kalian Terus Mengalir, Masihkah
Kalian Acuhkan Suriah (masih punya hati) ? Anak- Anak Suriah Ikut Bertempur
Melawan Assad
Mengapa Sahabat Nabi SAW Banyak Hijrah Dan Mati
Syahid Di Bumi Syam. Mujahidin Yang Bertempur Di Suriah Saat Ini Adalah Para
Keturunan Sahabat Nabi.
Sampai Kapan Rezim Assad Akan Bertahan di
Suriah?
Senator Amerika: Tumbangnya Asad Berarti
Penjajahan Islam Dan Kaum Muslimin Atas Eropa. Bukti Nyata, Mengapa Amerika Dan
Eropa Membela Matia-Matian Basyar Asad?!!
Al-Jaulani: Intervensi Rusia adalah Perang
Salib yang Didukung Syiah Iran !
IM Suriah: Berperang Melawan Pendudukan Rusia
Adalah Kewajiban Agama
Keutamaan Perjuangan Di Syam
Kemenangan Islam Bermula Dari Syam, Irak Dan
Yaman
Ketakutan Syiah Terhadap Kebangkitan
Ahlussunnah di Suriah
Kemenangan di Suriah, Dajjal dan Turunnya Nabi
Isa
Siapa yang Masih Istijabah Dengan Seruan Jihad Melawan
Rusia di Suriah?